15. Menemani Dinda

49 4 0
                                    

"Arhan aku mau tanya sesuatu?" ucapku setelah mengontrol semua rasa gugup.

"Tanya apa?"

"Itu ... Kan mama sama Billa sudah balik. Apa sebaiknya aku kembali tidur di atas saja?" tanyaku namun enggan melihat ke arahnya.

"Silahkan saja. Tapi nanti kalo tiba-tiba mama menginap di sini. Kamu harus bisa jelasin, ya!"

"Lah ... Terus gimana?"

"Memangnya masalah, ya. Kamu tidur di sini?"

"Hmm ... Engga, sih. Cuma ... Aku kurang lepas aja tidurnya." Setiap kali tidur, aku harus selalu mastiin tidur tidak berubah posisi. Kebiasaan tidurku suka balik kemana-mana.

"Tapi yaudah lah, kalo kamu ngizinin aku tidur di sini." Padahal sebenarnya aku kurang nyaman berduaan dengannya terus. Entah mengapa aku selalu merasa gugup.

"Besok weekend kamu mau pulang ke rumah mama?" tanyanya tumben.

"Rencana awalnya gitu, tapi Dinda minta aku ketemu. Ada urusan penting banget, jadinya di tunda dulu ke sananya."

"Kenapa? Kamu mau ke sana?"

"Gak, aku besok ada pemotretan jadi ambasador, tempatnya gak jauh dari rumah kamu di sana."

"Oh begitu, Arhan kamu kan model, pasti tahu tentang fashion?"

"Iya, kenapa?"

"Itu hal yang kamu suka ?"

"Iya."

"Pernah tidak kamu dilarang dengan apa yang kamu suka?"

"Pasti ada dong, Lana."

"Terus gimana kamu menyikapinya?"

"Kalo itu menurut aku baik, dan ga ada pihak merugikan aku tetap melakukan apa yang aku mau. Tapi kalo itu jadi malasah, ya aku milih mundur," jelasnya.

"Ada apa? Kamu langsung saja ngomong ke intinya!" Ucapnya dengan sungguh. Ga ada salahnya juga aku cerita ke Arhan.

"Desain aku di beli untuk kolaborasi bersama salah satu designer yang terkenal di Indonesia,untuk menjadi salah satu baju yang akan di tampilkan di event fashion show week bulan depan. Namun aku tahu papa tidak menyukai segala hal yang berbau fashion."

"Loh, bagus itu. Congrats ... Ya!"

"Thanks, kamu kan suka fashion, nah ... Papa. Tidak akan pernah aku mendapat respon seperti itu."

"Coba aku liat desainnya ?"

"Eh, aku malu nunjukinnya. Masih amatir!"

"Oh, kalo amatiran itu bisa ke pilih di beli desain gitu ya?

"Sedikit aku tahu tentang desain, mungkin aku bisa kasih saran?" Aku menatapnya tidak percaya.

"Serius?!"

"Coba aja."

Aku membuka tablet menunjukkan hasil desain yang sudah aku buat. Lalu Arhan mengambilnya memperhatikan dengan baik.

"Wow... Ini keren, Lana! Pantas desainnya mau dibeli," ujarnya jujur. Aku tersenyum senang padanya.

"Kamu tahu dari mana tentang desain baju?" tanyaku penasaran.

"Temanku ada di bagian fashion, dia sering minta pendapat setiap membuat karyanya. Nanti kamu boleh kenalan dengannya. Dia juga sangat berbakat tentang ini!"

"Sungguh?"

"Iya."

"Ini bagus, banyak hal yang ingin aku tanyakan."

Alahna (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang