'awalan' →[1]

7K 181 5
                                    

Seorang lelaki berparas tampan dengan kulit berwarna putih menurut kalangan sekolah, sedang memakan hidangannya dengan perasaan jengkel. matanya juga tak kalah menatap sinis kedepan
Seakan akan dia seperti tidak mood untuk makan bahkan jika diliat lebih jelas, tidak mood sama sekali.

"Nerv what happened?" ucap lelaki bernama Marlen Farnoga atau sebut saja Marlen, binggung menatap sahabatnya.

"ya siapa lagi. kalo bukan karena ketua kelasnya cok, si
Arshaka" itu Dwikan Garestra biasa disebut Wikan.

"lo berdua bayangin aja tadi kelas rame banget berisik karena jamkos. tu anak malah asik main hp bukannya malah bantu suruh diem?! pita suara gue sampe seret gini tau ga nyuruh mereka pada diem.
Siapa coba yang ngga kesel!" ucap Nerva greget.

Nerva, Marlen, Wikan sudah bersahabat semenjak menginjak kelas 8, Yap tepat smp kelas 2 sehingga sekarang mereka duduk dibangku kelas 12.
Mereka bertiga tidak sekelas, melainkan mencar kesana kesini

Nerva berada di kelas 12 ipa 1

Marlen berada di 12 ipa 3

Sedangkan terakhir, Wikan melompat ke ips 2

Apes? Emang. siapa yang mau beda kelas sama sahabatnya?

Setiap jam istirahat mereka berkumpul janjian bertemu dikantin
dimana tempat duduk bagian tengah memang khusus mereka biasa tempati.

"tapi ya Nerv, gue liat liat tu anak walaupun di mata Lo ngeselin mukanya oke juga, gue sebagai cowok ngakuin sih" Marlen hanya mencoba menggoda Nerva.

Nerva segera melotot ketika mendengar ucapan Marlen.

"JANGAN SAMPAI PENGLIHATAN LO REDUP YA, JUGA GUE GAMUNGKIN HOMO" ucapnya berteriak tepat didepan wajah Marlen.

"tapi gue setuju juga sama Marlen, tu anak lumayan masuk kategori oke oke aja" ucap Wikan ikut menggoda.

Nerva memandang mereka berdua seolah olah wajahnya mengekspresikan 'u guys okey?'

"kalian pada kenapa? jelas jelas ngga mungkin. gue juga ngga mau gila, kita itu cowok sama cowok walaupun kalo misalnya jodoh gue satu satunya cuman dia nanti, gue lebih milih mati kali, itu cowo ngeselin!"
Nerva memutarkan bola mata sangat kesal, masalahnya kejadian seperti itu antara Arshaka dan Nerva setiap hari bahkan terjadi.

Marlen dan Wikan menggeleng-geleng tidak merespon berlebihan, saking terbiasanya.

Nerva terlalu cerewet seperti cewek untuk diladeni, tetapi di satu sisi saat tak ada Nerva dunia berasa sunyi sepi kalau hanya Marlen dengan Wikan,
pasti mereka berdua akan membicarakan hal hal penting saja.

"kayaknya orang yang tadi lo keselin dateng deh," ucap Marlen dengan pandangan lurusnya.

"hah? si bangsat Arshaka?" Nerva menatap Marlen intens meminta kepercayaan.

Wikan memberi kode kepada Nerva,
Dia menunjuk menggunakan dagunya dengan cara sedikit mengangkat.

ketika Nerva baru saja mendongak kepala,
itu manusia alias Arshaka sudah berada tepat depan dia.
Kedua temen Arshaka juga berada disitu tampak mengiringi Arshaka dari belakang.
sebut saja,
Stephen dan Brayden.

Arshaka dan Nerva sempat
bertatap-tatapan hening, beda halnya
Nerva menatap kebencian,
Arshaka menatap santai.

"APA?" ucap Nerva emosi duluan memandangi wajah lelaki tersebut.

"pms lo?" Arshaka menaikkan alis canggung.

"bangke." ketus Nerva.

"tolong" Arshaka kembali menatap Nerva penuh harapan.

KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang