'apalah ini apalah' →[5]

2K 111 2
                                    

kini pengurus kelas dari seluruh kelas berkumpul duduk diwantilan sekolah yang cukup luas tak terhingga. begitupun dengan Arshaka dan Nerva yang sedang duduk anteng mendengarkan sosialisasi yang ditampilkan didepan itu.

"panas banget anjing" Nerva menggerakkan tangannya didepan mukanya, layaknya seperti kipas.

"lebay lo" jawab Arshaka yang kebetulan mendengar omongan Nerva.

"yee taik! lo pikir ditempat duduk gue ini agak ujung ngga panes apa?! lo mah enak agak mendingan disamping itu, ada lah reda reda nya" bawel Nerva kepanasan.

"gue harus ngalah seolah olah gue pacar lo gitu?" ucap Arshaka seolah olah memancing masalah kepada orang yang sedang kepanasan disebelahnya.

"bangsat" umpat Nerva kesabaran setipis tisu.

Nerva dibikin lebih pusing sekarang ketika melihat Arshaka merobek double kertas buku yang memang Arshaka bawa, lantas kedua itu ia lipat lipat.

"ngapain lo?" Nerva memijat pelipisnya menahan sabar.

Arshaka sudah selesai dengan kerjaannya, memberi double kertas lipatan itu kepada Nerva.

"terus? lo bercanda ya?" Nerva yang menerima hal itu dibuat binggung.

Arshaka mengambil alih double kertas lipatan itu lantas mengipaskan kedepan wajah Nerva.

"makanya ngotak dikit" ucap Arshaka membuat Nerva memutarkan bola mata.

"lo yang ngotak dikit" Nerva malah mengambil buku Arshaka dan mengipaskan kewajahnya.

"gue udah effort effort" ucap Arshaka sembari membuat buat wajah kecewa.

"yaudah temuin gue sama cowo fiksi" Nerva menaikkan alisnya menantang.

"siapa?" tanya Arshaka.

"jaekyung! diajak gay sama dia gue juga gapapa kali" ucapan Nerva membuat Arshaka tertawa tetapi hanya bisa pelan pelan.

"pffftt.. lo suka yang mainnya ganas ganas?" Arshaka menaikkan alisnya heran.

"TAMPANGNYA! BUKAN CARA MAINNYA!" Nerva malah terlanjur berteriak, membuat semua orang yang sedang mendengarkan sosialisasi menatapnya.

Nerva menundukkan serta menutup wajah sangat malu. sedangkan Arshaka menunduk berusaha menahan tawa disana.

• • •

"udah selesai sosialisasinya, jangan nunduk terus" ucap Arshaka memerhatikan Nerva.

mereka berdua selesai mendengarkan sosialisasi tepat saat jam istirahat sekarang.

"ini bukan tentang malu masalah tadi lagi, tapi lo ngga nyadar kalo kita diliatin sama orang sepanjang jalan dari wantilan?" tanya Nerva berbicara sambil menunduk, merasa tidak percaya diri.

"yaudahsih biarin aja, gue mau ke kantin lo mau sekalian bareng?" Arshaka menghentikan langkah bertanya kepada Nerva.

"tap-"

"udah lah ribet, ikut aja" Arshaka keduluan menarik Nerva kearah kantin, yang tak luput semakin banyak tatapan mata itu.

"gue malu anjing" Nerva masih berbicara sembari menunduk dengan tangan ditarik oleh Arshaka.

"emang mereka ngasi makan lo" ucapan Arshaka ada benarnya juga.

tidak terasa mereka sudah sampai kantin, bahkan sedang duduk menunggu makanan mereka pesan.

"lo sok introvert banget padahal aslinya kayak monyet lepas" Arshaka menyentil dahi Nerva.

"eh ketua kelas dongo, jangan nyari masalah ya" jawab Nerva kesal mengacungkan jari tengah.

"iya deh wakil" Arshaka terkekeh kecil.

"gue tuh harusnya tadi nolak ikut kesini, bisa bisa gue sama lo masuk rumor berita sekolah lagi" ucap Nerva sudah terdengar pasrah.

"mau banget lo kayaknya dirumorin sama gue" jawab Arshaka yang lagi lagi membuat Nerva kesal tak tertolong.

"heh ketua kelas dongo! bisa ngga sekali aja ngga jadi trouble maker, emang gue sama lo tu ngga sefrekuensi" Nerva menghela nafas berat.

"wkwkwk, ya sekolah elit gini orangnya pada ngga bener kali" ucap Arshaka berbicara fakta.

"termasuk lo kan?" Nerva dengan mengeluarkan smirknya.

setelah beberapa perdebatan yang memang tak ada habisnya, makanan mereka datang juga mereka makan dengan tenang. tak ada satupun bahkan yang mengomong saat menyantap hidangan.

"woi kan" Marlen memanggil nama Wikan, sedangkan sang empu asik bermain dengan handphonenya.

"oit apaan" ucap Wikan merasa terpanggil.

"itu Nerva bukan si?" tanya Marlen menunjuk bangku kantin yang berada tidak terlalu ujung.

"iya itu Nerva pantesan kita nyari nyari ngga ada tadi" jawab Wikan menyetujui omongan Marlen.

mereka berdua masih memerhatikan Nerva dari kejauhan untuk memastikan anak itu.

"bukannya itu Arshaka yak?" Marlen menyipitkan matanya.

"mungkin lagi akrab kali mereka berdua" Wikan sudah tidak heran lagi.

"iya bisa jadi sih" Marlen menganggukkan kepalanya.

"lo udah liat berita Twitter sekolah?" Wikan menampilkan wajah tanda tanyanya.

"tentang.. Arshaka sama Nerva itu?" Marlen mengerti apa yang dimaksud Wikan.

"gue liat komennya orang orang sini jahat, padahal satu lingkungan sekolah" ucap Wikan sempat membaca beberapa komenan dipostingan itu.

"namanya juga manusia ngga ada etika, cuman gue takutnya Nerva down aja si" ucap Marlen disetujui dengan Wikan.

"tumben lo bisa diajak serius" heran Wikan menaikkan alis.

"gue juga manusia ege" jawab Marlen dibalas tertawa oleh Wikan.

• • •

Arshaka dan Nerva sedang berjalan menuju kelas, karena jam istirahat juga sudah selesai.

"Pak dewa ada nitip tugas b indo, nanti lo ngambil ya di kantor soalnya dia nyuruh" ucap Nerva memberi tahu.

"guru jarang banget ngajar di kelas kita, kenapa?" Arshaka mengucap gitu membuat Nerva menaikkan bahu.

"lo nanya gue? ya mana gue tau" Nerva menunjuk dirinya.

"pms lo?" Arshaka melipat tangannya.

"lo pikir gue cewek?!" Nerva mengambil arah berhadapan dengan Arshaka memblok langkah anak itu.

"mending kita ngambil tugas di kantor, tuh" Arshaka mem puk puk surai rambut Nerva, lantas kembali menarik tangan Nerva.

"TANGAN GUE LO TARIK MULU DIKIRA TALI APAA?!!"

begitulah..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang