sepulang Nerva dari sekolah ia tentu tak langsung pulang untuk pergi kerumahnya. melainkan dia menjalankan rencana yang sudah ia bulatkan pikirannya kemarin.
saat sedaritadi disekolah memang dia tak tenang rasa penasarannya menggema gema.
"Kang, nasi goreng kayak kemarin pesen 1 makan disini ya sama es teh" ucap Nerva memesan nasi goreng kepada tukang nasi goreng kemarin alias, Kang Beben.
"eh temennya si den Arshaka kemarin lagi, sip ditunggu" ucap Kang Beben ramah.
"hehe iya" Nerva mengangguk memberi senyuman, tak luput otaknya sudah banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan.
"den tinggal dimana? kayaknya ngga jauh dari sini yak" tanya Kang Beben sembari memasak.
"iya Kang ngga jauh dari sini, tinggal di jalan *beda agama*" jawab Nerva menyetujui.
"ohh komplek disana, dulu pernah juga saya jualan disana tapi pindah ke sini karena ngga diizinin jualan lagi sekitar komplek itu" curhat si Kang Beben.
"bener sih Kang ketat banget" ucap Nerva mengangguk setuju.
"makanya teh saya disini aja jualan, lumayan rame juga banyak anak anak markas beli" ucapan Kang Beben membuat Nerva terdiam kepo.
Markas??
"maksudnya markas apa Kang? terus kenapa juga kalo terus terusan masuk kedalam jalan kanan sana banyak tempat gede tertutup terus depannya ada spanduk gambar?" Nerva dengan wajah serius bertanya.
"ini udah biasa den, markas itu tempatnya cowok ataupun cewek banyak kumpul ditempat itu. terus juga main main juga balap liar sampai pukul pukulan kalo mereka ada musuhnya. intinya kayak geng gitu, biasanya malam baru rame banget sampe subuh dimarkas" Nerva tentu terkejut mendengar hal itu.
"pergaulan bebas gitu Kang? pantes aja kawasan ini sepi gaada orang asing masuk, mungkin takut kali" Nerva semakin serius membicarakan hal itu.
"iya kebanyakan takut padahal mah aslinya baik baik anak cowok disini, hormat banget cuman salah pergaulan aja, kayak saya juga SMA begini ikut markas geng geng an. karena kurang kegiatan terus bosan, mungkin ini juga dirasain sama anak anak itu" Kang Beben sangat mengerti karena ia pernah merasakannya sendiri.
"wah baru tau saya Kang kalo masih ada gitu gituan ternyata" Nerva masih tak menyangka.
"iya den santai aja kalau ada yang mau ditanyain sok tanya aja" tawar Kang Beben.
"saya mau nanya kang, Arshaka juga termasuk ikut geng geng itu ya?" ini pertanyaan yang memang Nerva gatal tak sabar ingin menanyakan.
"Arshaka mah udah jadi ketua dimarkas sana, den temennya emang engga pernah diceritain?" tanya Kang Beben diberi gelengan oleh Nerva.
"dari SMP langganan sama saya, anaknya emang baik banget tapi kadang saya juga teh khawatir karena dia banyak musuhnya. sering saya lihat berantem terus balapan" lagi lagi Nerva terdiam kaget.
jadi ini yang dimaksud Arshaka ke 'markas' waktu itu saat Arshaka memohon kepadanya untuk mengumpulkan tugas.
Arshaka mengikuti pergaulan seperti ini? bahkan sudah menjadi ketua?..
"kalo boleh tau nama markas Arshaka itu apa Kang?" Nerva sudah merencanakan sesuatu lagi pada benaknya.
"Malevolent Midnight kalo ngga salah seingat saya" jawab Kang Beben sembari tampak berpikir.
-
selesai makan, Nerva balik untuk pulang kerumah tak lupa berucap terimakasih sekali kepada Kang Beben yang sudah memberitahunya banyak hal. besok ia akan melanjutkan misinya itu.
"gue harus selidiki lebih dalem lagi besok" rasa penasaran Nerva belum sampai disitu, melainkan masih berlanjut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]
Ficção AdolescenteJabatan mereka berdua membuat mereka masing masing saling berlawanan sehingga membuat setiap harinya terlarut bermasalah. Termasuk dengan lelaki yang bernama Nerva Rafendra, jabatan sebagai wakil kelas tetapi seakan akan dia menjadi ketua kelas isti...