pukul empat sore, Arshaka masih dalam duduk bermain hp terdiam pada kasurnya sembari menunggu Nerva untuk bangun dari tidurnya.
Arshaka melihat Nerva diam dalam tidurnya sangat pulas tak bergerak sama sekali seperti tadi. kini membuat Arshaka memiliki niat mengecek keadaan lelaki itu.
"suhunya panas" ucap Arshaka ketika selesai meletakkan tangannya pada kening Nerva.
dengan gerakan cepat, Arshaka mengambil termometer berada dikamarnya serta menyiapkan kompres air hangat guna meletakkan pada kening Nerva.
termometer sedaritadi terpasang disitu berbunyi menandakan berapa suhu tubuh Nerva, Arshaka melihat termometer menunjukkan suhu
'37,6'.
buru buru Arshaka meletakkan kompres tersebut pada kening juga bergantian pada leher Nerva.perlahan-lahan mata itu mengerjap lantas terbuka. menampilkan Nerva baru bangun terkaget atas perilaku Arshaka kepadanya.
"jangan banyak gerak, lo sakit, badan lo panas" melihat Nerva sudah bangun karena mungkin merasa sedikit terganggu saat mengompres, Arshaka memberikan penjelasan.
Nerva bangun untuk memposisikan dirinya duduk sembari hanya diam melihat perilaku Arshaka yang tengah sibuk bolak balik meremas dan mengompres keningnya dengan air hangat. entah tetapi sempat merona merah sedikit pipinya mendapatkan perilaku tersebut.
"tunggu sini gue beliin lo makan dulu" ucap Arshaka tetapi ditahan duluan oleh Nerva.
"ngga usah tadi gue udah bungkus beli nasi goreng pas kesini, diatas meja sofa buat lo sama gue" ucap Nerva membuat Arshaka sempat terdiam sebentar.
"yaudah tunggu sini ya, gue siapin buat lo makan terus minum obat" ucap Arshaka yang bahkan sudah pergi, seperti orang dikejar.
"gue aneh" ucap Nerva sebab ia benar benar tidak bisa menahan senyumnya lagi.
Nerva sedang dalam posisi menunggu Arshaka mengambilkan makanan, kompres dikeningnya juga setia masih ada.
tak lama setelah itu Arshaka datang membawakan satu nasi goreng terlapisi piring bagian bawah, namun alis Nerva mengkerut ketika menatap nasi goreng tersebut tidak ada cabe sama sekali padahal kan ia pesan satu pedas khusus untuknya. mana enak kalo tidak isi cabe adanya hambar.
"kenapa? ada yang salah?" binggung Arshaka menatap wajah Nerva.
"kok ngga ada cabenya sama sekali, punya gue yang pedes" ucap Nerva menatap balik wajah Arshaka.
"gue sengaja ngga kasih lo yang isi cabe. karena lo sakit, emang makan pedes dengan cabe kecil potong sebanyak gitu menjamin lo sembuh?" mendengar ucapan Arshaka membuat Nerva reflek mempoutkan bibir.
Arshaka akan maksa memakan nasi goreng pedas tersebut nanti, walaupun ia sama sekali tipikal tidak terlalu bisa makan pedas. bagaikan kalo disuruh pesan seblak kuah bening atau bercabe satu pasti Arshaka akan milih kuah bening.
"ngeselin banget sih lo! kan ini sakit panas bukan bermasalah bagian tenggorokan. mana enak kalo ngga isi cabe, pokoknya gue marah!" rengekan bawel Nerva kembali, Arshaka menggelengkan kepala kepada tingkah Nerva.
"tetap ngga boleh. cepet makan, gue suapin" tekan Arshaka diberikan gelengan kepala terus terusan dari Nerva.
"NGGA MAUU GUE NGGA MAU" kekeh Nerva memasang wajah sangat kesal.
"bilang apa tadi? coba ulang." perintah Arshaka tepat berbicara semakin dekat dengan wajah Nerva.
"ngga mau" ucap pelan Nerva saat shock karena Arshaka tiba tiba malah mendekatkan wajah kehadapanya.
CUP
satu kecupan bibir Nerva terima. tetapi sekarang pasti bukan hanya itu, karena Arshaka melakukan serangan memegang tengkuk lantas memberikan lumatan pelan tetapi dalam begitupun pasti.
'mmmhhh'
'mmmhhh'
sangat rapi dan pelan lidah Arshaka menelusuri semua didalam mulut Nerva. Nerva benar benar menyimpan rengekan sesak napas pada lema melakukan.
'agghh jangan gigit bisa ngga!'
Nerva murka mendapat bibirnya mengeluarkan sedikit darah akibat gigitan gemas Arshaka beri. Arshaka membekap bibir Nerva menjilat cairan darah tersebut hingga sedikit bersih, lalu berakhir mengelus surai rambut Nerva lembut.
sumpah demi tuhan jantung Nerva benar benar tantrum berdetak, apalagi kini Arshaka menatapnya.
benar benar menimbulkan blush on alami..
Arshaka pun merasakan hal sama dengan Nerva. fuck, bibir Nerva manis sekali pikirnya..
"KENAPA SIH HOBI LO NYOSOR MULU, SUMPAH GUE MAU MARAH BANGET SAMA LO" Nerva meremas rambut frustasi, perasaan sungguh campur aduk.
"kenapa malu? gue pacar lo" ucap terlihat santai Arshaka membuat Nerva tantrum.
Nerva memutuskan mengambil nasi goreng dingin tersebut, pelan pelan memasukkan kedalam mulut dan mengunyah paksa.
Nerva sedang makan sedangkan Arshaka sembari mengelus bibir bengkak Nerva. Nerva ingin mengelak namun ia tau tenaga Arshaka melebihi Spiderman.
'agghh'
Nerva tertawa sangat puas jahil setelah berhasil mengigit jari Arshaka yang tengah mengelus bibirnya.
-
Nerva tidak pulang terlalu sore. sehabis minum obat ia langsung memutuskan pulang kerumah.
"ngga mau gue anter? sekalian jelasin ke orangtua lo" tanya Arshaka melihat tangan kanan Nerva terpasang banyak plaster.
"gapapa, mau jelasin apa juga? gue bisa bilang ini dipukul perampok" otak cerdik Nerva menyala.
"jangan ngebut ngebut kalo gitu, sampe rumah telpon gue. kalo ada apa apa bilang" khawatir Arshaka membuat Nerva geli.
"iye iye sok perhatian banget" Nerva memutarkan bola mata.
"gue serius, Nerva" ucapan Arshaka tidak ada kebohongan atau bercandaan pada matanya karena Nerva melihat.
"iya, makasih udah perhatian" jawab Nerva terkekeh.
wacana dalam kondisi tersebut, akhirnya Nerva menancap gas motor pulang kerumah.
-
"astaga tuhan, dek kamu kenapa wajah terus bibir luka luka gini sampai ke tubuh tubuh?" baru sampai rumah Nerva sudah diberikan ucapan panikan oleh Geisha.
"gapapa ma. ini Nerva tadi lagi jalan jalan sama temen ada perampok, terus Nerva dipukul pukul. ngga sakit lagi kok ma ini udah diobatin" ucap Nerva tentu berbohong berusaha menenangkan Geisha.
"lain kali hati hati dek, mama khawatir banget sama kondisi kamu. karena kamu satu satunya anak mama" pelukan Nerva terima dari Geisha, tak kalah erat ia membalas pelukan itu.
"maaf Nerva bikin mama khawatir tapi bener Nerva baik baik aja" Nerva mengelus punggung Geisha.
"udah jangan minta maaf dek, terpenting kamu sekarang merasa baik baik aja" jawab lembut Geisha.
-
"habis ada orang bareng lo ya?" tanya Stephen memasuki markas melihat Arshaka sedang sibuk.
"gue mau ngomong serius sama lo berdua" ucap Arshaka selesai merapikan sedikit urusannya lantas mengajak Stephen Brayden duduk.
"jadi kenapa?" tanya Brayden penasaran.
"Nerva tadi siang ngebuat timbang 7 anak buah Galang, sampe dia sendiri sakit demam" tentu mendengar ucapan Arshaka itu, Stephen Brayden terdiam kejut.
"buset jago juga bangsat, terus terus gimana?"
"gue ngga terima. gue mau nanti malam kalian berdua tanpa anggota lainnya tau, nganter gue gebukin sampe bonyok tujuh cowok yang udah ngebuat Nerva sampai sakit" ucapan Arshaka membuat Stephen Brayden sudah kaget lalu ambigu binggung.
"sedendam itu lo? biasanya ngga sampe segitunya kecuali lo diserang lagi" terdiam Arshaka akan ucapan Brayden.
"too much information, gue udah jadian sama dia" lagi lagi setiap ucapan Arshaka membuat keduanya kaget.
"tapi bukan lagi atas taruhan yang lo jalanin dari waktu itu kan?" Stephen membuka mulut bukan atas dasar kata kata lagi tetapi mengulti.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]
Teen FictionJabatan mereka berdua membuat mereka masing masing saling berlawanan sehingga membuat setiap harinya terlarut bermasalah. Termasuk dengan lelaki yang bernama Nerva Rafendra, jabatan sebagai wakil kelas tetapi seakan akan dia menjadi ketua kelas isti...