merasa asik mengobrol dengan Mayra, Arshaka bahkan lupa tujuannya diam disini untuk apa.
sial. mengapa dia menjadi manusia yang ditakdirkan pelupa seperti ini?"lah, udah pada bubar" kaget Arshaka setelah melihat wantilan tidak ada satu pun orang tersisa.
"ya emang daritadi ego, panik banget muka lo, pacar lo ikut bubar kan" ngerti Mayra.
"aduh anjing. gue ke kelas dulu kalo gitu" Arshaka tanpa pamitan sarkas menuju kelas.
"AWAS PACAR LO DIGODAIN COWOK SEME" teriak Mayra kepada Arshaka yang semakin lama punggung anak itu semakin jauh.
Mayra bahkan lebih heran sekarang. bukannya Arshaka adalah ketua kelas? mengapa jadi pacarnya seorang Nerva yang kumpul?
konsep apa ini ya..
sebrang sana Arshaka jelas mendengar teriakan Mayra, namun bahkan kini malah lebih panik.
-
langkah langkah panik menuju kelas Arshaka lewatkan, sampai sekarang pada akhirnya ia sudah sampai kelas dengan nafas jauh dari kata beratur.
"Nerva" panggil Arshaka setelah berusaha mengatur nafasnya.
"apaan?" jawab Nerva yang sedaritadi menatap tingkah laku Arshaka.
"cepet banget lo baby ke kelasnya" ucap Arshaka membuat Nerva terkekeh kecil.
"gue yang kecepatan atau lo yang asik ngobrol" ucap Nerva seadanya.
"gue bisa jel-" baru saja ingin menjawab ucapan Nerva, Nerva terlebih dahulu mendorong Arshaka agar kembali kebangkunya.
Arshaka paham menghela nafas, karena melihat guru mapel setelah bel istirahat istirahat memasuki kelas untuk melanjutkan pelajaran.
-
"gue mau jelasin yang tadi" Arshaka memegang kedua bahu Nerva.
sekarang waktu pulang sekolah sudah tiba. Arshaka terus terusan menahan Nerva menunggu keadaan sekolah sedikit sepi, Nerva kalau boleh jujur cukup jengkel. sedangkan tujuan Arshaka pastinya melanjutkan penjelasan terkait kesalahpahaman tadi.
"udah sepi" ucap Nerva melihat sekitar lingkungan sekolah itu.
"gue sama Mayra cuman sahabatan, gue tadi niatnya nungguin lo tapi gue malah ngga sadar, gue akuin terlalu asik ngobrol sama dia karena jarang ketemu, maaf" ucap Arshaka sesuai faktanya.
"terus?" Nerva mengerti sekali apa maksud Arshaka, dia hanya tidak tahu harus berkomentar apalagi.
"ngambek?" tanya Arshaka sedikit menurunkan badan, melihat lebih jelas wajah Nerva.
"ngga. ngapain sih sampai nurunin badan kayak gitu?! kesannya gue pendek banget tau ngga" celoteh Nerva kesal.
Arshaka tersenyum lebar, salah satu hal kecil ia sukai serta membuat bahagia yaitu saat Nerva bawel layaknya bocah lima tahun.
"gue mau ngomong serius kali ini" ucap Arshaka diberikan wajah tanda tanya tanpa jawaban oleh Nerva.
"besok gue mau ngenalin lo ke orangtua, gue ajak lo kerumah gue" sempat terdiam freeze sebentar ketika mendengar ucapan Arshaka.
"lo.. serius.." Nerva masih lema sedikit syok tak percaya.
"why lie baby? gue udah kasih tau hubungan kita, mereka pengen ketemu lo kapanpun lo bisa" ucap Arshaka sembari mengelus wajah Nerva.
"sebenarnya orangtua gue juga udah tau, beberapa hari lalu gue sama orangtua gue sempet saling canggung.. tapi akhirnya mereka ngerti" mendengar penjelasan Nerva yang tiba tiba reflek menunduk, Arshaka menaikan dagu Nerva bermaksud agar Nerva menatapnya.
"kita pasti bisa jalanin pelan pelan percaya sama gue, jangan ragu. selesai kita ke tahap orangtua gue, setelah itu gue bakal berhadapan sama orangtua lo" ucap Arshaka menenangkan Nerva.
"makasih udah bertahan" Nerva merasa hatinya terserat hangat.
"gue bakal selalu bertahan sama cowok semanis lo. bangsat, fucking lucky gue bisa ketemu cowok semanis lo."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.lama juga ngga up huhu, karena ujian inii
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]
Teen FictionJabatan mereka berdua membuat mereka masing masing saling berlawanan sehingga membuat setiap harinya terlarut bermasalah. Termasuk dengan lelaki yang bernama Nerva Rafendra, jabatan sebagai wakil kelas tetapi seakan akan dia menjadi ketua kelas isti...