'talk' →[20]

1.4K 78 0
                                    

"mau ikut ke markas?" tanya Arshaka melihat Nerva sedang merapikan bukunya.

"boleh, tapi lo kumpulin tugas itu dulu" perintah Nerva menunjuk tugas tadi.

"bareng lo" Arshaka mengambil tugas tersebut lalu beralih menarik tangan Nerva.

"lo tuh ya ngga bisa banget mandiri kenapa. apa apa harus sama gue?!" celoteh Nerva, sedangkan Arshaka hanya diam sembari menarik tangan Nerva.

saat sampai ruang guru, Arshaka masuk untuk mengumpulkan tugas sedangkan Nerva diluar karena paksaan untuk menunggu Arshaka.

"let's go baby" serangan Arshaka selesai mengumpulkan tugas tiba tiba menggenggam tangan Nerva membuat sang empu tentu kaget.

"lepasin, lo ngga lupa kan sama peraturan yang gue kasi??" panik Nerva melihat sekitar.

"see. ngga ada siapa siapa, temen temen kita juga udah pulang" Arshaka menatap Nerva bermaksud agar anak itu merasa lebih tenang.

"lo itu emang dajjal nyari kesempatan dalam kesempitan!" Nerva mengkerutkan alis membuat Arshaka yang sedang menatapnya menahan senyuman gemas.

"free bahkan kiss, selama kita ngga ada disekitar orang orang" tengil Arshaka mendapatkan satu tonjokan pipi dari Nerva.

"pukulan lo oke juga" Arshaka tidak bohong, pukulan Nerva berikan cukup membuat pipinya merah.

"gue hajar lagi lo ya" ancam Nerva kesabaran setipis tisu.

"hajar dong, cantik" jawab Arshaka menurut Nerva gila dan tambah sinting.

"sinting!" Nerva meninggalkan Arshaka kearah bassement.

Arshaka lari mengejar Nerva, mengikuti anak itu.

"udah tau jalan markas?" tanya Arshaka melihat Nerva sudah siap untuk pergi.

"udah, tapi gue nunggu lo aja bareng" keputusan Nerva dengan senang hati Arshaka mengangguk cepat.

mereka berdua sudah siap diatas motor, tanpa basa basi Arshaka berjalan diekori belakang oleh Nerva.

-

sampai markas, lumayan banyak anggota anggota berkumpul termasuk Stephen dan Brayden. bahkan mereka berdua sedang menjadi tatapan pusat perhatian sekarang.

beberapa sapaan sapaan tertutur mereka terima.

"kenalin ini anak baru,
Nerva Rafendra" ucap Arshaka memperkenalkan sebagai ketua.

Nerva menerima banyak nama nama bahkan ia sendiri tidak terlalu ingat saking cukup banyaknya anggota.
sepertinya disitu yang ia benar benar ingat hanya Stephen Brayden.

Arshaka melihat adengan tersebut hanya melipatkan tangan berbeda dengan Stephen dan Brayden berusaha agar Arshaka menoleh kearah mereka berdua.

Arshaka akhirnya sadar, lantas menaikkan alis serta memasang wajah tanda tanya.

"lo invite dia?" Brayden tanpa bersuara menggunakan bahasa isyarat.

Arshaka mengacungkan jempol.

"gue cerita besok" Arshaka sebenarnya malas seperti orang tolol berkomunikasi seperti ini, tetapi ia berusaha memberikan kepastian.

mereka berdua mengangguk setelah mendapatkan jawaban dari Arshaka.

"udah semua kan? gue mau edukasi dia dulu" tanya Arshaka memperhatikan kembali situasi tersebut.

anggota lainnya menjawab menyetujui.

-

kini Nerva berada pada ruangan pribadi Arshaka pada markas. mereka kembali duduk untuk membicarakan beberapa hal. karena akan ada cukup banyak pertanyaan pertanyaan terlontar.

"besok mumpung minggu gue ajak lo beberapa latihan fisik, juga teknik teknik" ucap Arshaka diangguki seorang Nerva.

"gue masih bertanya tanya kenapa lo bisa sampai sini, tau, ketemu Gangga?" Arshaka memasang wajah penuh tanda tanya.

"awalnya semenjak gue ketemu lo didagang nasi goreng gue udah curiga sama tingkah lo juga lingkungan sekitar ini, karena cuman daerah sini yang pernah gue liat ada tempat tempat kayak gini terus lumayan sepi, besoknya pulang sekolah gue kedagang nasi goreng lagi buat nanya nanya dan ternyata gue akhirnya tau. dan besoknya gue izin sekolah ngaku sakit cuman pengen liat isi markas ini, karena emang dari dulu gue penasaran kenapa lo selalu nunda nunda buat kumpul tugas nyuruh gue dengan alasan yang sama yaitu 'markas'" jujur Nerva sangat detail tanpa kebohongan, memang seperti itu yang ia rasakan.

"segitunya, lo seberapa pengen tau lagi tentang gue? ada yang mau lo tanyain?" ucap Arshaka memberi space pembicaraan tersebut.

"sebenarnya banyak. cuman sekarang yang terlintas, lo dari kapan masuk masuk markas gini? terus apa keluarga lo ngga marah kalo tau ini?" tanya serius Nerva menunggu jawaban pasti.

"gue sedikit cerita. dulu waktu SMP gue lagi bolos sama kedua temen gue Stephen terus Brayden, kita disitu lagi bolos kewarung sebelah pokoknya udah langganan. baru pertama kali gue liat pas lagi bolos sama mereka, banyak orang ngumpul disana semacam kumpulan geng gue awalnya binggung karena emang biasanya ngga serame ini. naik naik motor sport juga dengan tujuan yang sama. awalnya gue sama kayak lo penasaran, dan singkat cerita gue sama temen gue ikutin mereka pelan pelan terus sampai markas sini dan berapa hari lagi ngeberaniin buat daftar. awalnya ada almarhum ketua namanya
'bang Raga" belum lama gue kenal dia dia ketua yang paling baik pernah gue temuin pas masuk markas, dia udah ngga ada karena kehabisan darah dan ngga selamat karena habis tawuran berantem pukul pukul cukup besar tapi geng itu diam diam ngebawa tongkat besar buat ngebobol bang raga, gue mau ngelapor kepolisi tapi waktu itu ngga ada bukti sama sekali karena geng itu pinter main rapi. sebelum ngga ada dia sempet nitip pesan ke gue kalo markas diserahin ke gue karena dia bilang gue salah satu diantara lainnya punya kemampuan cukup oke buat ngatasin markas, dan akhirnya gini.
target gue juga anggota gue sekarang buat ngemusnahin geng yang masih ada yang waktu itu udah sampai buat bang Raga ngga ada" mengingat kembali hal itu mata Arshaka menyala menyimpan dendam belum terhempaskan hingga sekarang.

Nerva mendengar dengan serius tak sadar sedaritadi ia membuka sedikit mulut tak menyangka.

"jadi geng markas itu.. masih ada?" tanya Nerva.

"iya nama geng itu Topcer, salah satu dalang dari semuanya Galang" Arshaka terdengar berbicara penuh tekanan juga dendam.

"gue harap lo ikhlas aja karena itu resiko mau gimanapun" mendengar pendapat Nerva, memang ada benarnya juga.

"iya gue ngerti, masalah keluarga waktu tau mereka sempet kaget dan nyuruh gue berhenti sampe sekarang. tapi ngga gampang lo tau" Arshaka menghidupkan rokok lantas mulai menghisap.

"oh emang keras kepala lo" umpatan Nerva membuat Arshaka sedang menyebat rokok terkekeh.

"ini terakhir gue tanya, kenapa lo bisa bikin syarat kayak gini si?!" Nerva terus merasa binggung dan emosi.

"karena gue suka sama lo" Arshaka adalah Arshaka, selalu bersama kesantainnya.

"heh lo kira gue alat buat ma-" Nerva ingin mengomel lagi, namun Arshaka lebih dulu menghempaskan rokoknya.

CUP

satu kecupan bibir Nerva dapatkan dari bibir Arshaka, bahkan sekarang ia sedang diam sangat stuck freeze.

syik syek syok..

"first kiss. for first deeptalk kali ini"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang