seperti biasa, menjalani kewajiban sebagai seorang murid yang menduduki bangku SMA,
Arshaka kini sedang duduk dikelas mengobrol bersama kedua temannya itu."lo diajak balapan nanti sama Raven" ucap Brayden yang memang mendapatkan pesan.
"berapa juta?" Arshaka diam diam tersenyum miring, tahu bahwa ia tentu akan menang.
"5 juta" jawab Brayden terdengar meledek membuat Arshaka sendiri terkekeh.
"tcih, tenaga sekuat ini harus berhadapan sama uang cuman 5 juta" ucap Arshaka berlagak tengil.
"bener juga. turun ngga lo nih?" tanya kembali Brayden memastikan.
"kalo ngga turun yang ada gue dibilang lemah. 11 12 tu bangsat kayak Galang" jawab Arshaka sembari melipatkan kedua tangan.
"iya lagi anjing" timpal Brayden setuju mendengar jawaban Arshaka.
"tanya sekalian tar ke dia, mau jadi korban kedua?" Stephen membuka mulut mendapatkan tawaan keras dari kedua temannya itu.
"lawak lo, udah kayak psikopat kita" Brayden tak berhenti tertawa.
kembali terdiam sama sama bernafas karena terlalu asik tertawa, Arshaka pada akhirnya membuka mulut berbicara.
"ohiya ada satu yang gue mau bilang, Nerva bukan bahan tawuran gue dan gue nyesel pernah jadiin dia bahan tawuran. gue rasa emang beneran suka" ungkapan Arshaka hanya diberikan tampang tak heran lagi.
"ngga heran gue Ka soalnya kelihatan banget. sekarang tugas gue minta pj lah" nada Brayden terdengar ceria ketika meminta pajak jadian kepada Arshaka.
"pj sebulan" ucap Stephen hanya bercanda tetapi Arshaka terlebih dahulu menggeleng keras.
"nanti aja, kalo sebulan ogah bangkrut gue" tolak mentah mentah Arshaka.
"iye iye dah. mending urusin tuh cowok lo daritadi gue lihat ngobrol
sama Kaatiya" Brayden langsung membuat Arshaka menoleh kearah bangku Nerva.benar saja, Nerva terlihat asik disana sedang berbincang dengan Kaatiya. entah apa yang dibicarakan.
melihat Arshaka kepanasan lantas menghampiri dua orang tersebut, Stephen Brayden tak heran sama sekali. memang harusnya begitu kan?
"yaudah va, gue nyamperin temen gue dulu" ucap Kaatiya diacungkan jempol setuju oleh Nerva.
saat Kaatiya sudah pergi, Arshaka duduk pada atas bangku meja Nerva. tentu Nerva heran dengan tingkah Arshaka.
"kenapa sih lo?" tanya Nerva sangat heran melihat Arshaka diam menatapnya.
"asik bener berdua ngobrol, ngobrolin apa?" Arshaka menaikkan alis, gaya khas seperti om om.
"lo mesti tau" Nerva membuat Arshaka menatapnya tanda tanya.
"beberapa orang disekolah ini udah tau kita punya hubungan, temen temen kelas kita juga udah ada yang tahu" heboh Nerva pada sela berbicara bisik itu.
"terus kenapa baby?" wajah santai tanpa ekspresi Arshaka membuat Nerva kesal.
"lo ngga ada panik paniknya! pantes aja pas masuk sekolah tadi gue dapet banyak tatapan" kesal Nerva memandang Arshaka.
"jangan hirauin, yang penting mereka ngga ngancem atau aneh aneh ke lo. kalo ada yang gitu, gue habisin detik itu tu orang juga" serius Arshaka.
"sinting" umpat Nerva.
"ngobrol ketawa ketawa gitu kenapa?" Arshaka masih berlanjut kepo.
"Kattiya udah tahu hubungan kita, terus tadi dia ngasih tunjuk ngeroasting muka orang yang julid in hubungan kita. mau ngga mau karena emang mukanya jelek gue ketawa sama dia" jelas Nerva mengingat.
"ngga ngajak" wajah sok ngambek Arshaka jelas Nerva jijik geli.
"bangsat. muka lo biasain aja" Nerva menepuk pipi Arshaka.
tidak menunggu jawaban Arshaka, Nerva spontan reflek mendorong Arshaka tiba tiba agar anak itu kembali kebangku sendiri. menerima tingkah Nerva yang spontan, Arshaka jadi tahu bahwa ada guru sudah masuk kelas.
perbincangan sayang sekali hanya sampai situ karena mereka melanjutkan mapel hari ini.
-
jam bel istirahat berbunyi, pertanda siswa siswi SMA tersebut memakan hidangan dibawanya masing masing,
begitu Arshaka dan Nerva."gue istirahat sama temen gue dulu" baru saja Nerva melangkah kaki pergi, Arshaka menahan pergelangan tangan Nerva.
"gue sama temen gue ikut satu meja sama temen lo" Arshaka melihat reaksi Nerva tampak binggung akan ucapannya.
"ada yang mau gue omongin sama satu temen lo" sempat terdiam sebentar Nerva, dan pasrah.
ArRva diikuti Stephen Brayden menuju kantin sesuai planning, walau selama berjalan menuju kantin Nerva tidak pede, banyak pasangan mata menatap mereka berdua.
sebrang sana kedua teman Nerva duduk tampak menunggu, tanpa basa basi mereka menghampiri.
masalah kursi juga kebetulan pas enam orang."mereka ikut bareng kita" ucap Nerva memberi tahu kedua temannya.
"iya buset tumben banget, mau lamaran lo berdua?" ceplas ceplos Marlen.
"sumpah diem ngga lo" Nerva dengan kesabaran setipis tisu.
sedangkan Wikan diam menyimak sadar akan Arshaka terus menatapnya.
"kenalan kuy kuy" sifat friendly Brayden kambuh.
alhasil mereka saling kenalan satu sama lain dan mengobrol mengindari rasa canggung.
"lo pacar adik gue?" pandangan semua beralih menatap Arshaka.
"iya gue pacar Naura, sama sekali ngga ada niat aneh. gue suka sama Naura dari lama, gue harap lo ngerti buat ngizinin" tegas Wikan tegang.
"ngga usah tegang, gue izinin asal pacaran sehat. jaga adik gue kalo ngga terima resiko" jawaban Arshaka diberikan anggukan cepat Wikan.
"makasih banyak. gue bakal selalu jaga dia" singkat Wikan tulus dari dalam hati.
Wikan berusaha menyembunyikan senyuman bahagia, izin Arshaka salah satu dampak jawaban hubungannya. bisa dibilang bagian terpenting selama ini.
Nerva dan Marlen ikut senang, sekian wanti wanti hubungan tidak jelas Wikan jalankan, kini kejelasan sudah ada.
"semua ini gue traktir, kalo mau tambah aja, pajak jadian gue sama Nerva" ucap Arshaka selalu memasang wajah santai.
siapa coba orang tidak senang jika ditraktir? ya sesuatu untuk menambah makanan kemungkinan terjadi. tidak lupa mengucapkan terima kasih terhadap Arshaka.
Nerva baru saja ingin protes tetapi Arshaka menutup mulut Nerva, menyadari bahwa mulut sang empu penuh berisi makanan.
"gapapa, itu kunyah jangan banyak ngomong nanti keselek" perintah Arshaka mengelus wajah Nerva.
yang lain menatap mendengar nyimak sebentar lagi pasti akan menjadi nyamuk..
dasar bulol.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUAKEL VS WAKILKEL [BXB]
JugendliteraturJabatan mereka berdua membuat mereka masing masing saling berlawanan sehingga membuat setiap harinya terlarut bermasalah. Termasuk dengan lelaki yang bernama Nerva Rafendra, jabatan sebagai wakil kelas tetapi seakan akan dia menjadi ketua kelas isti...