Bab 6 : Pesta

8.9K 813 8
                                    

Tiga hari kemudian aku dengan Louis bersiap untuk menghadiri pesta ulang tahun Tuan George, ayah Louis yang akan diadakan saat malam hari. Aku sendiri sudah mempersiapkan semuanya. Aku memakai satu set jas yang pernah dipakai di hari pernikahanku dengan Louis, karena itu satu-satunya jas dewasa yang aku miliki. Kucoba mengancingkan manset, lalu sedikit merapikannya. Terlihat jas yang kupakai longgar, sepertinya aku telah kehilangan cukup banyak berat badan selama tinggal di sini.

Kuikat rambutku yang sudah agak panjang, karena tidak sempat pergi ke barbershop. Tabunganku sendiri mulai menipis, apalagi untuk membelikan makanan Meo. Hah, miris. Aku sendiri tinggal di rumah mewah ini, namun tidak pernah menikmatinya.

Aku menggelengkan kepalaku, untuk menepis pemikiran penyesalan seperti itu. Ku raupkan wajahku, kemudian mengelus Meo yang sedang tidur di tumpukan kain perca melingkar, seperti bola bulu. Ku elus Meo dengan perlahan agar ia tidak bangun. Aku lalu bergegas mengenakan sepatu usangku, kemudian keluar dari gudang.

🦋🍁🦋

Aku berkaca di sebuah cermin yang diletakkan di dapur dekat dengan kamar mandi. Tampak wajahku yang kusam, dan pupil mata kiriku yang berwarna hitam pudar tanpa cahaya. Aku kemudian melepaskan kacamataku yang selalu aku pakai kemana-mana. Kucoba menutup mata kananku dengan tangan. Aku kemudian melihat ke arah cermin menggunakan mata kiriku. Masih sama saja, gelap. Aku benar-benar tidak dapat melihat apapun. Kemudian bergantian dengan mata satunya, mata kananku masih sama, tanpa kacamata yang kulihat hanya buram dengan bayangan ku yang terpantul tidak jelas. Namun tidak apa-apa. Masih mending daripada yang sebelah kiri.

Ku lihat kepala sebelah kiriku, beberapa alur bekas jahitan dokter masih membekas disana. Aku mencoba membenahi rambutku lagi, agar bekas jahitan itu tidak terlihat.

Kupakai kembali kacamata tebal itu. Aku kemudian menarik napas dalam-dalam, tinggal satu sentuhan terahkir yang paling aku benci. Ku keluarkan kotak kecil berwarna hitam dari sakuku. Ku buka kotak itu, sebuah cincin emas bertahtakan permata kecil diatasnya tampak berkilau ketika terkena cahaya. Ku selipkan cincin itu dijari manisku.

"Berat badanku turun lagi. " Gumamku sembari mengusap cincin yang ternyata sedikit kebesaran di jari manis itu. Akhirnya, ku lepas cincin itu, lalu ku pakai di jari telunjuk.

🦋🍁🦋

Louis sudah menungguku di mobil. Ia terlihat kesal sambil menyilangkan tangannya. Terlihat ia berdecak dan mengumpat beberapa kali.

Suasana di dalam mobil tampak hening dan canggung. Aku tidak berani menatap ke samping dimana Louis sedang duduk sembari bermain dengan ponselnya. Aku sendiri masih sedikit takut menaiki mobil. Kecelakan lima tahun yang lalu masih membekas tajam di ingatanku. Ibu dan kedua kakak alpha ku meninggal di tempat. Lalu aku dan ayah yang selamat. Namun sayangnya umur ayah tidak lama, setelah kecelakan tersebut, beliau hanya bertahan dua tahun tepat perusahaan milik ayah hampir gulung tikar hingga seluruh aset dipercayakan oleh paman.

Tuan George adalah sahabat karib ayah. Disaat-saat terahkir ayah, Beliaulah yang memiliki ide untuk menikahkan ku dengan Louis. Sebenarnya maksud Tuan George baik, ia hanya tidak ingin aku kesepian dan sendiri. Ia yakin, pernikahan seorang alpha dan beta adalah hal yang biasa dilakukan. Apalagi Tuan George sangat percaya kepada cenayang yang ia temui dipinggir jalan, bahwa kami berdua merupakan pasangan fate (pasangan yang di tentukan oleh takdir) .

Namun kenyataannya berbanding terbalik. Ku pikir, cenayang yang ditemukan Tuan George adalah palsu. Hanya scam yang menyerang beberapa orang kaya yang masih percaya hal-hal seperti itu.
Aku ternyata diam-dian terkekeh memikirkan hal tersebut sambil menatap toko-toko yang penuh lampu warna warni yang sebagian tertutup salju.

🦋🍁🦋

Louis ternyata diam-diam mengamati Maple dengan seksama. Ia tertegun ketika melihat Maple yang tiba-tiba tertawa sembari melihat ke arah kaca mobil. Pandangannya kemudian beralih ke tangan kanan yang terselip cincin emas. Tampak jari-jari Maple yang sangat kurus, hingga tulang dan urat halusnya terlihat.

Louis sendiri sebenarnya merasa bersalah karena telah menyakiti Maple begitu dalam, hingga menjadikan Rudolf istri keduanya secara diam-diam bahkan mereka telah memiliki seorang putra. Pemikiran Louis sendiri sempit. Ia memilih seorang omega hanya karena mereka cantik dan sempurna, mengeluarkan bau feromon yang memikat setiap alpha, bahkan bisa menandai mereka. Seorang omega, juga peka dan dengan insting mereka, bisa mengetahui siklus rut pasangannya, begitu pula dengan siklus heat.

"Ehem," Louis berdehem tiba-tiba kepada Maple.

Maple sedikit terkejut, kemudian menatap Louis takut-takut.

"Aku akan bilang kepada ayah tentang rencana perceraian kita, juga aku akan menjadikan Rheu anak sah dariku." ucap Louis, ia sama sekali tidak tertarik menatap Maple.

Maple meremas kedua jari tangannya dengan gugup.

"Ya, aku setuju. Itu lebih baik untuk kita berdua bukan?" ucap Maple.

Louis menatap Maple dengan ragu-ragu. Tatapannya langsung tertuju kepada mata dan wajah Maple. Ia kemudian mengangguk singkat.

****

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang