Bab 37 : Tipu Muslihat Ben

5.2K 442 10
                                    

Sehabis pergi dari rumah sakit, Maple bergegas menuju ke dapur, tanpa berbicara sepatah katapun kepasa Louis. Ia mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan untuk jualan nanti sore.

Sementara itu, Louis sedang duduk di sebuah meja dengan taplak berwarna kuning, terlihat dengan cemas Louis sedang menghubungi seseorang. Ya, benar yang dihubungi oleh Louis adalah ayahnya—Tuan George.

"Nomor telepon yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah sesaat nanti... "

Louis berdecak kesal, nomor telepon rumah milik ayahnya tidak bisa diangkat.

Maple yang sedang mempersiapkan saos dan bahan lain untuk berjualan kemudian menengok dari arah dapur.
"Louis, apakah ada masalah?" tanya Maple.

Louis berdecak kesal. Ia kemudian menyimpan teleponnya di dalam sakunya.
"Tidak ada masalah. Aku hanya ingin menghubungi ayah, namun sepertinya ia telah memblokir kontakku."

Louis kemudian beranjak ke dapur membantu Maple.

"Mana yang harus ku potong?" kata Louis yang melihat selada dan bawang bombay merah tergeletak berserakan di meja dapur.

Maple membenahi kacamatanya, "Ah ini, kau bisa memotong selada dan mencucinya di wastafel, ya."

Louis mengangguk, dengan segera mengambil pisau dari tempatnya.

🦋🍁🦋

Di kediaman Tuan George...

Tuan George menatap kosong jendela besar tempat ia bekerja dengan segelas wine di tangannya. Ia sesekali memutar wine itu.

"Tuan George, Tuan Ben datang." ucap salah satu pelayan dari balik pintu.

"Suruh ia masuk!" Tegas Tuan George.

Suara beberapa langkah kaki berderap masuk ke dalam ruangan dengan gaya renaissance, dengan kubah yang berada tepat diatas mereka.

"Salam, ayah!" ucap Ben dengan senyum khas seringainya.

Tuan George mengangguk, kemudian berbalik ke arah Ben. "Ada apa gerangan, kau kesini?" ucap Tuan George.

Ben tertegun kemudian menunduk hormat. Dengan senyum khasnya ia seakan mengelabuhi Tuan George.

"Ayah, bukankah saya yang akan menjadi pewaris satu-satunya keluarga Axelsen ini bukan? Lalu kapan pengumumannya?" Mata Ben berbinar sangat antusias.

Tuan George meletakkan wine nya kemudian beranjak ke arah Ben. Ia tampak terkejut dengan pertanyaan anak asuhnya itu.
" Haahh...Aku berubah pikiran. Mau bagaimanapun, ia adalah anak kandungku. Selagi ia kuat selama satu tahun ini hidup seperti itu, aku janji akan mengembalikan dirinya disisiku, dan kau akan mendapatkan warisan dari tanah di kota kecil  dekat perbatasan kota."

Mata Ben mendelik tajam, ia mengeratkan giginya. "Kau bilang aku akan menjadi pewaris satu-satunya!! Kenapaa?!"

Tuan George menghela napasnya,
" Dengar Ben, apa kau tahu? Keluarga Axelsen masih ada hubungan dengan keluarga kerajaan! Aku tidak ingin memutus hubungan kami dengan menggunakan orang lain sebagai pewaris sah. Seluruh harta dan perusahaan milikku ini bertahun-tahun adalah milik keluarga Axelsen. Memang, Aku akan menjadikanmu pewaris utama dulunya. Apalagi kau sangat pintar dan sering membanggakanku, namun itu semua berubah ketika Louis lahir. Ia adalah darah dagingku, walaupun Louis adalah anak yang kurang ajar."

Ketika mendengar hal itu, marahlah Ben. Raut wajahnya menghitam.

"Sialan," umpat Ben dalam hati.

"Baiklah, sudah cukup aku bermain-main denganmu Tuan George!! " Ben menyampar meja telepon di sampingnya, kemudian merusak telepon itu dengan menginjaknya.

"Sudah kuduga semuanya akan terjadi, namun tak kusangka akan secepat ini! " ucap Ben sembari menuju ke arah ayahnya.

"Ben... Benyamin?! Apa-apaan ini!" Tuan George terjatuh, kemudian tersudut ke arah meja kerjanya. Gelas yang dipegang Tuan George tak sengaja licin dan jatuh, hingga pecah.

"Setelah aku dari luar negeri, aku jadi belajar satu hal. Bukankah menjadi boneka ku lebih menyenangkan, Tuan George?" Ben terkekeh.

BRAKK! (Suara pintu terbuka, beberapa pria berpakaian hitam yang tadi bersama Ben, disusul para pelayan Tuan George membawa pistol)

Para antek-antek Ben yang dibelakang, seluruhnya telah menodongkan pistol ke arah Tuan George. Begitupun dengan pelayan Tuan George yang tadi membukakan pintu. Ia terlihat tanpa takut menodongkan pistolnya ke arah Tuan George bersama para pelayan yang lain.

"Tuan George, lihat, bahkan pelayanmu disini mengkhianatimu. Selamat, Kau telah dikepung!"

Ben tertawa sangat keras hingga matanya berkerut. Ia kemudian merogoh sakunya, mencium sebuah foto Maple yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Rasanya aku ingin merebut semua kebahagian milikmu Louis si adik kecil!"

🦋🍁🦋

"Apakah kau sudah siap Maple?" kata Louis sembari mendorong gerobak itu ke luar dari basement apartement.

Maple mengangguk, sembari memutar choker di lehernya yang terasa tidak nyaman.

Louis melirik ke arah Maple.
"Aku akan menabung, untuk membelikanmu choker berbahan lembut agar kau nyaman memakainya. "

Maple mengelus perutnya yang rata. "Tidak, tidak usah. Berbagai nutrisi untuk janin ini sepertinya lebih membutuhkan. Aku juga masih punya tabungan dari Tuan George," kata Maple sambil tersenyum kepada Louis.

Sesampainya di Night Market....

Terlihat Kath dan pegawai omeganya sedang mengatur beberapa kursi dan meja lipat di depan mobil van mereka. Kath dengan senang melambaikan tangannya ke arah gerobak milik Maple.

"Hai, Tuan Alpha dan Tuan Maple," teriak Kath dari kejauhan.

Setelah gerobak milik Louis tiba di sampingnya, Kath terkejut, mulutnya mengerucut kesamping sambil memperhatikan Maple.
"Astaga, kau... bukankah ini choker?" ucap Kath yang ingin menyentuh choker milik Maple, namun Maple buru-buru bersembunyi di balik tubuh Louis.

"Well... Nona Beta, ucapanmu kemarin sangat manjur." kata Louis sembari menyilangkan tangannya.

Kath kebingungan, ia menggaruk rambut pirangnya yang di kepang dua.

"What? Apa aku pernah berbuat salah?" kata Kath sambil mengangkat kedua tangannya.

"Istriku hamil," kata Louis singkat.

"Maple sempat bercerita kepadaku, tentang... jika kau mengatakan sesuatu tentang "kehamilan". " kata Louis.

Tiba-tiba Kath tertawa sembari mengusap perutnya. "Astaga! Ja... jadi kau betulan.... "

"Selamat, Maple ku yang imutt!" ucap Kath yang ingin memeluk Maple namun dihalangi oleh tubuh Louis.

"Hm... Aku punya rencana, besok jika anak kita lahir, mari kita adakan piknik bersama-sama. Bukankah sangat menyenangkan?" kata Kath sambil bertepuk tangan.

Maple keluar dari belakang tubuh Louis sembari tersenyum dengan ragu-ragu.

****

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang