Bab 21 : Peristirahatan Terahkir

8.6K 625 6
                                    

"RHEU! BANGUN NAK!"

Louis berteriak sangat kencang memanggil nama anaknya berulangkali. Namun tubuh mungil Rheu sudah tidak merespon. Beberapa perawat dan dokter jaga, kemudian melepas semua alat yang melekat di badan Rheu. Louis berontak, ia tidak mau alat itu dilepas dari badan kecil putranya. Maple, bersama perawat lain kemudian memegangi kedua tangan Louis.

"Rhee... Rhee..." Suara Louis parau dan lemas. Ia menangis, ketika seluruh alat bantu kehidupan itu dilepas.

Selang beberapa saat, akhirnya Louis menjadi lebih tenang dan menerima keadaan. Ia duduk di depan ruangan itu bersama Maple.

"Tenanglah Louis." ucap Maple. Ia turut sedih sambil melihat Louis yang tampak kacau.
"Eum.. Pakaianmu tampak tidak nyaman. Ku ambilkan sebentar di apartemen. Tolong tunggulah disini." ucap Maple. Ia kemudian bangkit dari bangku itu.

Louis mengangguk. Pikirannya kosong dan tampak seperti orang linglung.

🦋🍁🦋

Segerombolan pria bertato itu masuk ke dalam rumah sakit dengan rusuh. Satpam sudah menghalangi mereka, namun dengan mudahnya para pria bertato itu masuk ke lorong rumah sakit.

(Bunyi langkah kaki bersamaan)

"Wah, wah, akhirnya ketemu juga." ucap salah satu pria dengan tato sayap di lehernya. Ia memandangi Louis yang tengah duduk sambil menunduk berpangku tangan.

Louis mengangkat kepala, dilihatnya segerombolan pria bertato itu mengelilingi dirinya.

"Louis Axelsen, ck.. ck.. kasihan. Kenapa nasibmu menjadi seperti ini, heh? Padahal kau dulu kaya. Dimana tampang sok mu itu? "
ucap pria itu tiba-tiba.

Yang lain tertawa mendengar bosnya yang bercanda.

"Jangan lupa, bayar hutang istrimu, sialan! Sudah hampir beberapa bulan, kau tidak membayarnya!!" tegas pria itu. Ia mengepalkan tangannya ke wajah Louis.

Louis tiba-tiba terkekeh. " Dasar, tidak tahu malu! Apa kalian tidak tahu aku sedang berduka hah!!"

Louis kemudian bangkit dan meninju pria bertato itu tepat di wajahnya. Pria itu tidak terima, ia kemudian balik meninju wajah Louis hingga babak belur.

"Sialan! Pegangi dia!" ucap pria bertato menyuruh bawahannya. Mereka patuh dan memegangi ke dua tangan Louis dan menariknya kebelakang.

Louis berteriak kesakitan, namun pria bertato itu sedang memukuli punggung dan perut Louis dengan kakinya.

"Pritt! Pritt! Stop!"

Bunyi peluit satpam dengan nyaring terdengar menggema di lorong. Satpam itu membawa beberapa polisi di belakangnya. Polisi itu kemudian meringkus para preman itu.

"Urusan saya belum selesai! Dia belum membayar hutangnya!" teriak salah satu ketua preman dengan tato bersayap di lehernya. Ia berusaha mengelak namun polisi memborgol tangannya.

"Awas kau ya! Dalam waktu seminggu, jika belum membayar hutang, kau akan menerima akibatnya!!" ucap pria bertato yang akhirnya digiring bersama bawahannnya menuju keluar rumah sakit.

🍁🦋🍁

Maple berjalan tergesa-gesa memasuki rumah sakit. Ia heran melihat beberapa polisi yang membrogol beberapa pria yang berpenampilan seperti preman keluar dari rumah sakit. Tiba-tiba Maple merasa cemas. Ia kemudian masuk ke dalam lorong. Maple melihat keadaan Louis babak belur dan sedang diobati oleh seorang perawat.

"Sus, ada apa ini?" ucap Maple kaget. Ia menatap Louis, namun ia memalingkan wajahnya ke samping.

"Ada sekelompok pria tak dikenal menyerang Tuan ini." ucap suster itu sambil memplester luka Louis.

Maple terkejut mendengar penjelasan dari suster. Matanya kemudian beralih mengamati wajah Louis dengan teliti.

"Astaga, pelipisnya." ucap Maple dengan reflek menyentuh pelipis Louis yang sedikit sobek.

Louis kaget. Ia kemudian memegangi tangan Maple.

"Ah, ma..maaf Louis." ucap Maple. Ia kemudian menurunkan tangannya dengan segera.

"Sus, sudah cukup. Terima kasih." ucap Louis. Tubuhnya berkeringat dan wajahnya penuh lebam.

Maple beralih memandangi kostum kelinci yang dipakai Louis, membuatnya cukup terkejut. Kostum yang semula putih itu terlihat menjadi kecokelatan kusam. Ada sedikit bercak darah di kerah leher kostum itu, sepertinya dari pelipis Louis yang terluka.

Maple kemudian mengulurkan satu set pakaian untuk Louis. "Pakailah ini, kau pasti tidak nyaman dengan kostum yang berat itu. Eum.. se.. semoga pas."

Louis menatap Maple. Dengan lirih dan bibirnya bergetar Louis berucap,
" Terima kasih banyak Maple. Aku.. maafkan aku selama ini, uh.."

Tangis Louis pecah kembali.

🦋🍁🦋

Pemakaman Rheu akhirnya dilaksanakan keesokan harinya. Louis dibantu Maple, mempersiapkan pemakaman sederhana. Yah, siapa lagi yang ingin datang ke pemakaman dari seorang cucu yang tak direstui Tuan George. Para sahabat dan kolega Louis tidak mungkin datang, karena para orang itu hanya penjilat harta Louis. Mereka meninggalkan Louis ketika sudah jatuh terpuruk.

Harapan terakhir dari Louis adalah ibu Rheu, yaitu Rudolf. Pria omega cantik itu berkali-kali dihubungi namun tetap saja tidak diangkat. Rudolf benar-benar lepas tangan dari segala urusan anak kandungnya.

Louis terlihat sudah tidak memiliki harapan hidup. Ia mengamati peti mati itu diturunkan. Suasana pemakaman sangat sepi, karena hanya ada ia dan Maple.

(Keheningan mulai terjadi diantara mereka berdua. Rheu sudah dikuburkan)

"Aku.. aku akan melunasi semua biaya yang kau gunakan untuk merawat Rheu, hingga biaya pemakamannya hari ini." ucap Louis sambil menunduk.

"Aku akan bekerja keras, mencari uang. Aku akan melunasi hutangku kepada preman itu, lalu..." ucap Louis. Tangannya mengepal menunduk penuh malu dan penyesalan.

Maple menggeleng, "tidak usah Louis. Aku membantumu dengan ikhlas. "
Ia mengusap nisan Rheu sambil menaruh satu ikat bunga lili putih di atasnya.

****

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang