Bab 27 : Flashback

6.7K 440 4
                                    

Lima tahun yang lalu, di rumah duka milik keluarga Winterwood.

Seorang remaja berusia enam belas tahun, dengan luka parah di tubuh sebelah kirinya. Salah satu matanya di perban, sedangkan mata yang lain melihat sekeling dengan buram. Tangan kiri remaja itu memakai gipsum, disangga oleh kain berwarna putih yang tersampir dipundaknya. Ia duduk menekuk kakinya dan bersender di tembok.

Remaja lelaki itu menatap tiga peti di depannya, lengkap dengan foto yang sangat ia kenal. Ibu, dan kedua kakak lelakinya. Dengan mata kanannya yang buram, ia melihat beberapa pelayat mulai berdatangan silih berganti.

"Sambut, para tamu ini, gantikan posisi ayahmu yang sedang koma untuk sementara!" tegas Tuan Marcus sambil menarik paksa lengan kanan Maple .

Maple enggan. Tubuhnya terasa sangat berat. Ia menghiraukan perkataan pamannya.

"Haish, sialan. Hei Maple! Kau adalah penerus keluarga mu mengerti! Jangan buat malu." bisik Tuan Marcus sedikit membentak Maple.

Maple terkejut, ia berdiri terhuyung sambil dibantu bibinya.

"Ck, anak ini sedang kehilangan keluarganya. Janganlah terlalu keras kepadanya!" Ucap bibi Li, istri dari Tuan Marcus.

Tuan Marcus berdecak kesal ketika melihat Maple dibela oleh istrinya, sambil bersungut-sungut, Tuan Marcus  meninggalkan mereka berdua, untuk menyambut tamu yang lain.

"Yang sabar ya, Nak. Kakakmu, Oak dan Elm sudah tenang disana. " ucap Bibi.

Air mata Maple yang sudah mengering, jatuh lagi. Ia terisak sambil menepis kasar bibinya.

Bibi Maple terkejut. Ia sedikit sedih dengan tingkah Maple barusan. Untuk menenangkan remaja itu, Bibi Li menepuk-nepuk pundak Maple dengan lembut.

Dari arah pintu terdengar derap beberapa langkah kaki bersamaan. Tiba-tiba datang keluarga Axelsen. Dua orang putranya dengan ayahnya menghampiri Tuan Marcus.

"Tuan George, terimakasih." ucap Tuan Marcus sambil menjabat tangan pria paruh baya itu.

Louis, anak kandung dari Tuan George yang berdiri disamping ayahnya terkejut melihat adik kelasnya, sekaligus teman dekatnya dengan kondisi yang memprihatinkan.

Ia kemudian bergegas menghampiri Maple yang berdiri di sebelah bibinya.

🦋🍁🦋

"S.. Siapa kau!" ucap Maple yang panik, ketika seseorang perlahan mendekat kepadanya. Wajahnya tidak terlihat jelas. Hanya sosok bayangan buram.

"Ini aku Louis." ucap Louis sembari memegang pundak Maple.

Maple terkejut. Ia menepis kasar Louis. Buru-buru, Maple menarik tubuhnya menjauhi Louis.

"Maple, ah.. maafkan aku. Aku turut berduka cita." ucap Louis sambil mencoba mendekati Maple yang ketakutan.

Maple tiba-tiba tersenyum dengan paksa. "Kenapa kau baru datang kesini? Kau sudah melupakanku?"

Louis mengrenyitkan dahinya. "Apa, maksudmu?"

"Aku terlihat menyedihkan bukan? Sialan, aku selalu menunggumu di atap sekolah, namun kau tidak pernah datang, semua pesanku tidak pernah kau balas!"

Louis lagi-lagi menggelengkan kepalanya, kemudian memeluk Maple dengan erat.

Maple mendorong tubuh Louis kebelakang dengan kuat, ia juga memberikan tamparan asal yang mengenai dada Louis. Dengan  keadaan kacau Maple berkata, "Lepaskan aku, sialan! A..apa kau tahu? Ji..jika aku dan keluargaku tidak mengunjungi pesta ulang tahunmu waktu itu, kami semua masih hidup lengkap! Merek..mereka tidak perlu mati sia-sia!!"

Tiba-tiba Louis merasa geram, "kenapa kau menyalahkanku atas kecelakan orang tuamu?"
"Maple tolong dengarlah, ini tidak ada hubungannya! Semuanya sudah takdir!!"

Maple terlihat tidak peduli. Ia kemudian berbicara dengan keras dan lantang kepada semua orang yang hadir disana, ia berbicara kepada Louis, bahwa semuanya yang terjadi akibat darinya.

"Maple, hentikan! Kau egois!" ucap Louis.

"Egois? karena kau, jika bukan karena pesta ulang tahunmu yang bodoh itu, semuanya tidak akan terjadi!" Teriak Maple hingga suaranya yang tersisa menggema ke seluruh ruangan.

Tuan George, Tuan Marcus dan istrinya yang melihat mereka berdua beradu mulut, kemudian melerai Maple yang terus menerus menyalahkan Louis. Hingga akhirnya tubuh Maple perlahan melemas dan jatuh pingsan karena kelelahan.

"Sudah kubilang bukan, anak ini butuh istirahat." ucap Bibi Maple yang menyalahkan suaminya.

Tuan Marcus tidak terima, ia kemudian berbalik menyalahkan istrinya yang tidak becus untuk menjaga keponakannya.

Keadaan semakin kacau karena semua orang saling menyalahkan. Hingga pada akhirnya, Tuan George turun tangan. Ia meredam suasana agar menjadi kondusif.
Louis yang hanya bisa berdiri melihat kejadian itu dengan diam, tanpa bergerak. Ia marah, kemudian meninggalkan ruang duka dengan tetgesa, melangkahkan kakinya dengan hentakan menuju ke dalam mobil yang terparkir di luar gedung. Hatinya menjadi kaku, ia mulai merasakan kebencian kepada Maple.

🦋🍁🦋

Disi lain, Ben melihat Maple sebagai harta karun yang langka. Ia tetap mengikuti ayah angkatnya di dalam ruang duka itu. Sesekali ia menutupi mulutnya, karena tertawa.

"Astaga Louis, rupanya pria kecil ini kelemahanmu. Hihi, seumur hidupku, aku baru melihatmu yang marah besar karena pria bermata satu di depanmu ini. Tenang Louis, akan ku rampas semua yang menjadi milikmu."

"Hmm, walau dia beta, jika di poles sedikit, ia akan menjadi luar biasa. Ia sangat sesuai dengan tipeku. Aku sangat tidak sabar menjinakkannya dan memberi pria itu collar lucu bergambar anjing. Hehe." Ben tertawa cekikian di belakang ayahnya. Ia menyeringai puas dengan rencana yang akan ia susun.

****

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang