Bab 22 : Everything Will Be Fine (I)

7.1K 551 6
                                    

Louis berjalan lunglai pulang dari pemakaman. Maple kemudian menyusul dari belakang dan berjalan berjejer dengan suaminya itu. 

"Jangan ikuti aku," ucap Louis. Ia malu dan enggan menatap Maple.

Maple menggigit bibirnya, mencoba memulai obrolan. Karena Maple tahu rasanya kehilangan orang terkasih, kesepian dan kesendirian.

Musim panas kali ini adalah musim panas terburuk bagi Louis. Walau  matahari bersinar terik, langit biru yang cerah tanpa awan, dan beberapa orang-orang berkumpul di taman mengadakan piknik sederhana bersama orang yang mereka kasihi. Mereka nampak terlihat bahagia. Louis, hanya bisa melihat orang-orang yang sedang piknik dibawah pepohonan magnolia itu dari seberang jalan dekat dengan pemakaman.

"Louis? Eum..." Maple bermain dengan jari-jarinya.

Louis menoleh menatap Maple yang berjalan beriringan dengannya.

"Eum, ka..kau bisa tinggal bersamaku jika kau mau." ucap Maple dengan gugup sembari membenahi kacamatanya yang turun.

Louis tertegun. Ia kemudian memandangi Maple lekat-lekat. Mata Louis tajam namun penuh kerapuhan.

"Tidak perlu." ucap Louis singkat. Ia tidak pantas jika harus tinggal bersama Maple, apalagi atas perbuatan Louis selama tiga tahun yang lalu.

"Ah, baiklah kalau be.. begitu. " Maple menunduk sembari meremas jarinya.

Mereka berdua telah berjalan cukup lama hingga tak sadar sudah sampai di persimpangan jalan yang ramai.

"Kita berpisah disini saja." ucap Louis sembari memencet tombol pejalan kaki untuk menyebrang.

Maple diam, lalu menatap Louis.

Selang tak berapa lama, Louis berjalan menyebrangi zebracross bersama dengan para pejalan kaki yang lain. Tubuh Louis yang tinggi perlahan tertutupi oleh banyaknya orang yang lewat.

Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan Maple dalam otaknya, namun tiba-tiba hati Maple tergerak untuk mengikuti Louis. Ia berlari menerobos para pejalan kaki, karena lampu penyebrangan sebentar lagi akan menjadi merah. Namun sial, ketika Maple sedang berlari, ia menubruk seorang pejalan kaki yang lain yang sedang menggunakan earphone. Kacamata Maple terlepas dan jatuh diantara para pejalan kaki yang ramai.

Maple meraba-raba diatas aspal yang diantara kaki para orang yang sedang menyebrang. Tubuhnya juga beberapa kali terdesak. Maple meminta pertolongan, namun orang-orang sibuk mengejar lampu hijau yang akan berubah menjadi merah.

Ting!

Lampu berubah menjadi warna merah, Maple berusaha bangkit dan berlari dengan matanya yang buram.

Bunyi klakson mobil terdengar bersahut-sahutan dari kejauhan. Maple panik. Namun tiba-tiba ada tangan yang menggapainya. Orang itu menuntun Maple sambil tangan kanannya menyetop paksa mobil itu.

"Bodoh!" terdengar suara Louis. Ia memegangi pundak Maple dengan erat.

"Lou.. Louis." Maple gugup. rambutnya yang sebahu acak-acakan menutupi wajahnya.

Sesampainya di tepi jalan, Louis merangkul tubuh kurus Maple.
"Kau mau mati, hah! Tidak cukup putraku yang mati?!" Louis geram.

"Ma.. Maaf." ucap Maple sambil menunduk.

Tiba-tiba sebuah ciuman mendarat di kepala Maple. Dengan samar, Maple melihat ke wajah Louis.

🦋🍁🦋

"Ini kacamatamu. Aku menemukannya tidak jauh dari jalan tadi" ucap Louis sesaat kemudian.

Dengan terburu-buru Maple kemudian mengenakan kacamatanya. Penglihatannya yang tadinya buram akhirnya menjadi cerah.
Namun tak lama di pakai, kacamata Maple bengkok dan salah satu gagangnya yang terbuat dari plastik patah. Kacamata itu kemudian terlepas kembali.

Louis menepuk jidatnya.

"Ayo, kita benahi dulu kacamata itu di apartemen ku." ucap Louis. Ia ingat pernah punya lem untuk mengelem beberapa mainan Rheu yang sempat rusak.

Maple mengangguk.

"Ehem, pegang tanganku erat, " ucap Louis kikuk.

"Ah, ba.. baik." ucap Maple gugup sambil menggandeng tangan Louis.

🍁🦋🍁

Sebuah apartemen kumuh cukup mengejutkan Maple. Dengan mata kanannya ia bisa melihat dengan samar, tempat ini bukanlah tempat yang bersih, apalagi ditambah bau sampah yang menyengat luar biasa. Ia juga beberapa kali menginjak sebuah genangan air di jalan padahal semalam tidak hujan.

"Apa kau tinggal di tempat seperti ini?" ucap Maple. Ia mengeratkan tangannya di lengan Louis.

"Yah, seperti itulah." ucap Louis singkat. Ia kemudian menuntun Maple naik ke lantai tiga dimana apartemennya berada.

🦋🍁🦋

Nenek So menghampiri Louis dengan tergopoh-gopoh. Nenek renta yang berusia 70 tahun itu merasa sangat bersalah. Raut wajah sedihnya tidak bisa disembunyikan.

"Nak Asen! Dimana Rhee, apakah sudah ketemu? Kenapa semalam kau tak pulang?" ucap Nenek So.

Louis menghiraukan Nenek So. Rasa kesalnya bercampur menjadi satu. Daripada ia meluapkannya kepada Nenek So, Louis memilih diam.

"Asen! Maafkan Nenek, Nenek pikun kalau Nenek sedang bersama Rheu. Dia tidak apa-apa bukan?" ucap Nenek So sambil membenahi syalnya.

Louis mengeratkan rahangnya. Namun ia tahan.

"Rheu... dia sudah meninggal."

Nenek So seketika lemas. Tubuhnya jatuh terduduk. Ia kemudian menangis, tidak percaya. Kemudian muncul cucu dari Nenek So dari dalam apartemen kumuh itu, seorang perempuan omega berpenampilan seksi dengan dress baby doll berwarna pink bunga-bunga yang langsung menghadang Louis.

"Jangan salahkan, Nenek!" ucap perempuan berumur hampir sama dengan Louis.

Louis terkejut. Ia benar-benar marah, namun di tahan oleh Maple.

"Bisa-bisanya kau menitipkan seorang bocah berumur 3 tahun kepada orang tua yang menderita alzheimer!"
"Jika kau sayang anakmu, maka carilah pekerjaan yang menghasilkan uang banyak! Jadi kau bisa menyewa seorang nanny, sialan!"

Maple tetap berusaha menahan Louis agar tidak melakukan hal-hal di luar kendali. "Louis, sudahlah ayo masuk."

Perempuan itu kemudian melirik Maple dengan pandangan jijik.
"Ini istrimu? Hah, pantas, saja dia tidak pernah mengurusimu!!" ucap perempuan itu dengan kasar.

"Kurang ajar!!" Louis murka ia menyiapkan tangannya untuk menampar, tetapi langsung dihalangi oleh Maple.

"Tidak, Louis. Sudah... Sudah..." kata Maple.

Tiba-tiba, Suami dari perempuan itu kemudian keluar setelah mendengar pertengkaran itu semakin memanas dan mencoba meredakan suasana. Ia mencegah istrinya untuk memaki Louis lebih lama. Akhirnya ia menuntun Nenek So dan istrinya untuk masuk ke dalam apartemen milik mereka.

🦋🍁🦋

"Pindahlah dari sini," ucap suami dari cucu Nenek So.

Louis terkejut.
"Aku tidak mau. Kau siapa mengaturku, hah! " tegas Louis.

"Baiklah, mari selesaikan semuanya ini di hadapan Ibu Mer! "
Lelaki suami dari cucu Nenek So itu kemudian menyilangkan tangannya di depan dada, sambil menatap kedua orang di depannya itu dengan sinis.

****






[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang