Bab 25 : Awal Yang Baik

6.7K 526 11
                                    

Sudah tiga hari Louis tinggal bersamaku. Ia tidur di sofa sedangkan aku tidur di kamarku sendiri tentunya bersama Meo. Kami jarang berbicara, seperti ada jarak diantara kami berdua.

Namun Louis cukup membantu. Ia sering membantuku bersih-bersih. Ia kerap kali melamun, dan selalu meminta maaf kepadaku. Berulang kali, mungkin ada lebih seratus kali ia berkata maaf kepadaku. Walau aku belum bisa memaafkannya sepenuhnya, entah kenapa muncul rasa yang mengganjal di hatiku.

🦋🍁🦋

Ku buka jendela kamar, tepat pukul lima dini hari. Suasana jalan di bawah sudah mulai ramai, para pekerja kantoran, dan beberapa yang lain berolahraga. Aku membersihkan dahulu diriku, dengan air dingin yang mengalir di kamar mandi yang terletak di sebelah kamarku. Setelah itu aku bergegas menuju dapur untuk memasak.

Aku tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Dua orang pengangguran di satu apartemen yang sama..haah. Aku harus mencari pekerjaan mulai sekarang.

"Louis?" Kulihat Louis sudah bangun. Dapur menyala, menampilkan Louis yang sudah menggunakan clemeknya.

Ia menggaruk kepalanya, " Ah maaf Maple, aku hanya.. em.. mencoba memasak."

Aku tertegun. Aku tidak menyangka sikap Louis yang selalu seenaknya sendiri, tiba-tiba berubah menjadi seorang yang kikuk dan canggung.

Aku menyilangkan tanganku sambil bersandar ke pintu dapur.
"Tuan Louis, ingin masak apa?" ucapku dengan nada meledek.

Louis tampak terkejut, kemudian menunduk. Ia menaruh gagang spatulanya ke sisi kompor.

Tiba-tiba aku merasa menjadi superior terhadap Louis. Perasaan seperti memenangkan sebuah peperangan yang berlangsung sekian lama.

"Jika kau tidak setuju aku tinggal disini, aku akan mencari tempat lain." ucap Louis.

"Ah, bu..bukan begitu. Maksudku, kau tampak telah banyak berubah Louis." ucapku kepadanya.

Louis bersandar ke dinding dekat penggorengan. "Tampaknya begitu, karena aku telah kehilangan segalanya."

Aku kemudian masuk ke dapur, untuk membantunya.
"Aku tahu kesalahanmu, tapi. Hem.. ya sudahlah, anggap saja ini adalah kehidupan barumu." ucapku sembari membalik telur yang Louis goreng agar tidak gosong.

Wajah Louis tidak bisa dibohongi. Ada kesedihan dan keputus-asaan terpancar di wajahnya.

"Mari bantu aku." ucapku kepada Louis.

Louis mengangkat wajahnya kemudian mendekat kepadaku.

"Telurnya sudah di goreng, tinggal roti tawar itu. Bisakah kau mengambilkannya?" ucapku sambil tersenyum kepadanya.

Louis diam sejenak memandangi wajahku, kemudian segera beranjak ke meja dapur mengambil beberapa lembar roti.

🍁🦋🍁

"Maple? Mau kemana kau?" ucap Louis yang melihatku bergegas mengenakan kemeja dan mengikat rambut.

Aku tersenyum kepadanya. "Aku akan mencoba mencari pekerjaan hari ini. Aku tidak bisa terus mengandalkan uang ayahmu, untuk aku hidup, bukan?"

ku memasukkan beberapa berkas lamaran dan juga kelengkapannya ke dalam tasku.

Louis diam sejenak, kemudian menatapku. "Bisakah aku ikut denganmu?" ucapnya.
"Aku akan bersiap. Beri aku waktu 5 menit!" ucap Louis. Ia bergegas menuju ke pojokan dinding, menggeledah tas kain usangnya mencari-cari baju yang bisa ia pakai.

Aku tertawa melihat Louis yang kelabakan mencari baju dan memakainya di depanku.

"Maafkan aku Maple, aku hanya memiliki jas ini." ucap Louis ketika ia berusaha mengancingkan jasnya, dengan warna kancing satu dengan lainnya yang berbeda.

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang