Bab 50 : Tendangan Kecil

6.4K 422 10
                                    

Maple POV

Louis dengan perlahan mengangkat tangannya kemudian menyeka pipiku dengan lembut. Perasaan haru yang membuncah dihati ku membuat air mataku ingin mengalir lagi. Ku pegang tangan Louis dengan erat dan enggan melepaskannya.

(Louis memberikan kode dengan gerakannya bahwa ia kehausan).

Aku tersadar, lalu bergegas mengambilkan air putih yang berada di meja yang terletak di samping tempat tidur.

Louis dengan susah payah mencoba bersender pada tembok, namun sepertinya gagal. Aku kemudian mencoba menaikkan tempat berbaring Louis, sehingga punggung Louis sedikit terangkat.

"Terimakasih, " ucap Louis dengan lirih, bibirnya bergetar dan matanya berkaca-kaca melihat ke arahku.

Aku mengangguk sembari mengarahkan gelas itu.

Louis minum dengan banyak, ia terlihat sangat kehausan.

Setelah minum, aku mengambil kembali gelas dari tangannya, lalu meletakkannya di atas meja.

"Aku akan memberitahu dokter ya jika kau sudah siuman, " ucapku sembari membenahi cardigan kebesaran berwarna biru muda yang ku pakai.

"Hum.." Mata Louis tiba-tiba membulat lalu badannya berusaha untuk condong ke arahku. Tangannya berusaha menggapai tubuhku.

Aku sedikit tertawa melihat tingkah Louis seperti anak kecil. "Tidak Louis, aku hanya ingin memencet bel ini saja."

Aku memencet bel yang berada tepat di atas kasur Louis yang langsung menuju ke ruang jaga para suster.

Raut wajah Louis sepertinya kesal. Ia kemudian berbaring membelakangiku.

"Astaga, kenapa tingkah Louis seperti anak kecil? Ia tidak amnesia bukan?" Batinku sembari membereskan meja dan sofa yang terletak di samping Louis.

"Astaga, " Kejutku ketika bayi di dalam kandungan menendang lebih kuat dari biasanya.

Louis sepertinya mendengar suaraku yang tampak sedikit panik. Ia lalu berbalik dan seketika terbangun dengan alat bantu medis yang masih melekat di badannya. Ia kemudian ingin beranjak dari tempat tidur namun buru-buru aku menahannya.

"Pei, kau tidak apa-apa, hm? Kenapa, apa ada yang sakit?" kata Louis dengan polos.

Aku kebingungan melihatnya, "pfft, seharusnya aku yang bertanya seperti itu, haha." Aku tak bisa menahan tawa yng tiba-tiba lolos dari mulutku

Seakan sudah sehat, Louis dengan rautnya yang serius, kemudian menangkupkan tangannya ke atas dahi dan leherku, mengecek bahwa suhu tubuhku normal.

Aku tertawa melihatnya, kemudian menggapai tangannya dan menurunkannya.
"Tuan Louis Axelsen, lihat kondisimu tidak baik-baik saja, namun kenapa kau mengkhawatirkan orang lain, hmm?" Ucapku sedikit geram melihat Louis yang jelas-jelas kondisinya lebih buruk dariku.

Louis menaikkan alisnya seakan tidak mau tahu apa yang aku ucapkan.

Ia kemudian bersender di lenganku dengan sedih.
"Kukira kau sakit, aku khawatir Pei, apalagi dengan bayi kita." Louis berucap lirih dengan nada yang berat.

Aku kemudian mengacak-acak rambut Louis. "Hei, Tuan Louis... Bayimu tumbuh dengan sehat, lihat." ucapku sembari menuntun tangannya ke atas perutku yang membuncit.

Gerakan halus sang bayi terasa samar dari luar. Louis kemudian meraba dengan takut-takut diatas perutku lalu mendekatkan wajahnya tepat di pusarku.

"Tidak apa-apa coba dengarkanlah." ucapku kepada Louis sembari membelai lembut kepalanya yang masih mengenakan perban.

Telinga Louis mulai mendengar suara tendangan-tendangan kecil, beserta suara gerakan usus milik Maple.

Ia kemudian menempelkan kepalanya dengan lekat, sambil menutup matanya, suara tendangan itu semakin terdengar jelas. Louis menyunggingkan senyumnya yang penuh bahagia.

"Aku tidak pernah mendengar ini sebelumnya, bahkan ketika kehamilan Rheu." ucapnya.

"Sekarang sudah dengar bukan? Jika kau mau mendengar suara detak bayinya, aku bisa mengirimkanmu rekaman hasil dari usg. Disana juga dengan samar sudah terdengar." ucapku sembari membelai rambut Louis yang kusut.

"Pei," Louis memanggilku kemudian mendongakkan wajahnya.

"Hmm,"

"Pei mau reward?" tanya Louis sembari merangkulkan tangannya ke pinggang ku dengan susah payah.

"Pfft, apa-apa ini Louis." Aku tertawa lagi karena tingkah Louis yang aneh.

"Aku serius, Pei. Aku akan memberimu hadiah karena kau telah ada disisiku selama ini dan..." Louis tertunduk sebentar, kemudian kembali mengangkat wajahnya.

"Kau telah rela menjadi ibu dari anaku, " ucap Louis dengan serius namun wajahnya tampak lucu karena rambutnya acak-acakan.

Aku menghela napasku.

Louis tiba-tiba menarik kedua tanganku ke depan dan menyentuhkan bibir nya bersamaan dengan bibirku.

Kurasakan lembut bibir Louis yang menuntunku masuk kedalam ciuman panas.

"Uh, apa semua alpha akan mempunyai tenaga sekuat ini bahkan setelah mereka sakit?" Gumamku dalam hati.

Tiba-tiba...

"Tuan Maple, Dokter yang akan menangani Tuan Louis sudah datang, maaf menunggu lama karena beliau sedang visit dengan pasien lain.... " kata suster yang tanpa aba-aba membuka pintu kamar Louis.

"Eh, " Suster itu terkejut, disusul dokter yang datang dibelakangnya.

"Sepertinya kita datang di waktu yang kurang, ehem..." ucap dokter itu yang tampak canggung sembari mengipasi dirinya dengan data pasien yang ia bawa. Ia kemudian saling bertatapan dengan Louis sembari mengacungkan jempolnya.

"Sudah kuduga, kekuatan alpha memang tidak main-main, " batin dokter itu sembari menggelengkan kepalanya.

****


[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang