Bab 32 : Tanda-tanda

5.7K 490 5
                                    

Louis dan Maple akhirnya meninggalkan Night Market yang sudah mulai sepi. Terlihat beberapa pedagang sudah mulai mengemasi tenda ke dalam mobil dan gerobaknya.

Maple mengikuti Louis dari belakang dengan sedikit tertatih- tatih karena perutnya tidak nyaman. Maple menahannya dan enggan berbicara.

"Pei, kau tidak apa-apa?" tanya Louis sembari menengok kebelakang. Ia melambatkan langkahnya agar sejajar dengan istrinya itu.

"Ah, aku tidak apa-apa." ucap Maple sambil menundukkan kepalanya.

Louis tiba-tiba mengacak-acak rambut Maple. "Kerja bagus, Pei!" kata Louis sambil menyunggingkan senyumannya.

Hati Maple berdesir, sudah lama ia tidak mendengar namanya di panggil dengan nama kecilnya. Ia dengan ragu-ragu menoleh ke arah Louis, "terimakasih Asen, sudah membantuku hari ini."

Louis terkekeh, kemudian mendorong gerobak hotdognya dengan perasaan yang membuncah. Masa-masa indah selama sekolah bersama Maple yang sempat terlupakan, kini teringat kembali.

Ketika mereka berdua menapaki jalanan kota yang mulai sepi, Maple mulai menyibakkan rambut depannya, sehingga memperlihatkan mata kirinya yang keabuan. Ia kemudian memberanikan diri bertanya kepada Louis.

"Lo... Louis, bolehkah aku bertanya?"

"Hm?"

Maple menghela napasnya kemudian mengepalkan tangannya di baju bawahnya.
"Apa benar alpha yang kelebihan hormon harus melakukan terapi dengan seorang omega dominan?" kata Maple sembari membenahi kacamatanya.

Louis tertawa kecil.

"Ya, benar Maple. Apa kau tahu? sesudah kematian keluargamu, feromonku menjadi sangat tidak stabil. Dokter mengatakan bahwa aku mengalami kelebihan feromon. Sebenarnya, ia sudah mendiagnosa ku sejak aku masih kecil. Namun semuanya menjadi tidak terkendali setelah aku menghandiri upacara pemakaman ibu dan kakakmu." Louis menatap Maple, kemudian kembali fokus menatap jalanan.

Louis sedikit melengkungkan bibirnya. "Lalu Ben mengenalkanku dengan Rudolf. Awalnya aku menolaknya, namun semuanya berubah ketika pesta promnight di kampus. Mereka mengundang Rudolf. Aku menghabiskan malam bersamanya. Lalu dia hamil Rheu. "

Wajah Louis berkerut dengan matanya yang perlahan sayu.
"Haah... Sebenarnya aku tidak mau, karena aku telah memiliki seseorang yang aku cintai. Namun Ben meyakinkan diriku, terlebih setelah aku berulang kali menjalin hubungan dengan Rudolf. Memang, kurasakan ada perbedaan setelah aku bersama dengan Rudolf. Feromonku yang semula berlebihan perlahan menjadi stabil dan tidak menyebar kemana-mana."

Tiba-tiba mata Maple membulat, ia menatap Louis lekat-lekat.

Louis tertawa kecil. "Ku kira hubunganku dengannya akan selesai begitu saja, namun tidak. Feromon Rudolf seperti narkoba bagiku. Aku menjadi tidak bisa berpikir jernih ketika tidak bersamanya. Kadang bau feromonnya sangat menyengat, seperti bunga namun sangat tajam hingga membuatku pusing. Pada akhirnya, ia berhasil mengendalikan ku seutuhnya."

Maple ternganga mendengar cerita dari Louis. Ia meremas ujung bajunya kuat-kuat.

"Pei, apa kau tahu? Ketika aku di dekatmu, entah kenapa tubuhku merasakan penolakan. Tiba-tiba emosi dalam diriku yang ku pendam, meluap begitu saja dan ku lampiaskan kepadamu. Setelah ku selidiki, ternyata dalang dari semua itu adalah bau feromon Rudolf yang membuatku menjadi agresif kepada orang lain. Bahkan aku pernah melempar vas kepada asisten ku sendiri!"

Louis menepuk wajahnya berulangkali karena kesal.

Tiba-tiba Maple mendekat, tanpa aba-aba memeluk Louis dari samping. "Ya... aku tahu..."

"Aku tahu, karena Louis yang ku kenal bukan seperti itu." Maple mengeratkan pelukan itu.

"Pei... " Louis dengan ragu mengangkat tangannya, kemudian dengan cepat mencengkram kuat baju Maple. Ia meletakkan kepalanya di bahu Maple.

Dengan samar, Louis menghirup sesuatu yang manis seperti madu dari leher Maple. Karena penasaran, ia mendekatkan batang hidungnya dan menghirupnya dalam-dalam, hingga bau manis madu itu semakin kuat.

"Lo... Louis...? " Tubuh Maple seketika memanas, ia merasakan ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya.

Louis tersadar, lalu melepaskan pelukan itu. Perlahan-lahan bau manis madu dari tubuh Maple menghilang.

🦋🍁🦋

Akhirnya mereka berdua telah sampai di apartemen sederhana milik Maple. Tubuh Maple mulai merasakan lelah dan tidak bertenaga.

"Maple, duduklah disitu." kata Louis sembari menata sofanya sebentar kemudian beranjak membongkar isi tas yang berisi uang penjualan hari itu.

Maple dengan hati-hati duduk di sofa yang cukup empuk itu. Namun selang tak berapa lama muncul mual hebat sehingga ia tidak bisa menahannya. Maple buru-buru bangkit menuju kamar mandi.

Louis terkejut, ia melihat Maple terlihat sakit.

"Pei... Apa kau baik-baik saja?" teriak Louis dari luar kamar mandi.

"Uh, umm.. a.. aku..huegh...baik-baik saja." kata Maple sambil terbata-bata.

Setelah sekian lama, Maple masih saja mengalami mual-muntah yang hebat. Tubuhnya sampai kedinginan karena terlalu lama di dalam kamar mandi.

"Pei... mari ku antar ke kamar?" kata Louis sembari menuntun Maple.

Maple menggeleng, "ti... tidak usah, aku baik-baik saja. Mungkin asam lambungku kambuh, " ujarnya sembari menepis Louis lalu duduk di sofa.

Di meja depan sofa itu, uang jualan mereka terkumpul. Maple dengan hati-hati menghitung hasil jualan.

"Pei! Sudah ku bilang, biar aku saja."

Maple keras kepala, ia menghiraukan perkataan suaminya.

Louis mengacak-acak rambutnya dengan perasaan khawatir, kemudian duduk di samping Maple.
"Pei, aku akan pergi ke apotek sebentar, tolong tunggu sini ya!" Kata Louis sembari memegangi tangan Maple yang agak dingin.

Maple mengangguk lemah.

🦋🍁🦋

"Maaf apa kalian punya obat asam lambung?" kata Louis setiba di apotek.

Apoteker yang berjaga kemudian menanyakan keluhan yang di derita pasien kepada Louis. Selang tak berapa lama, apoteker itu sudah mulai paham dan mengerti akan maksud Louis.

"Ini obat untuk mengurangi frekuensi mual muntahnya. Diminum 30 menit sebelum makan, " ucap Apoteker itu kepada Louis.

Louis mengangguk dengan tergesa-gesa.

Apoteker itu tersenyum, kemudian menunjukkan obat yang satunya.

"I... Ini bukannya.. " Louis tertegun melihatnya..

"Ini bukan obat Tuan, ini testpack. Dari keluhan yang ada memang mirip dengan tanda-tanda pria omega yang hamil." ucap Apoteker itu.

Louis terkejut bukan main.
"Istriku beta, bukan omega! Bagaimana bisa??"
Ia memijit kepalanya.

"Tidak salah bukan jika di coba. Memang ada beberapa kasus langka yang terjadi pada pria beta. Jika anda kurang yakin, anda bisa memeriksanya ke dokter obgyn." Apoteker itu menjelaskan dengan serius kepada Louis.

Louis menghela napasnya. "Baik, aku ambil satu strip obat dengan satu pcs testpack itu."

****

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang