Bab 3 : Apakah Louis membenciku?

10.8K 862 14
                                    

Hari tak terasa sudah menjelang sore. Suhu ternyata sudah sangat dingin, gumpalan-gumpalan putih mulai turun dari langit melingkupi beberapa tetumbuhan yang sudah meranggas akibat pergantian musim. Samar-samar terdengar bunyi deru dari sebuah mobil merah Ferari mulai memasuki gerbang utama kediaman itu.

Tuan Axelsen- Louis, turun dari mobil dengan membawa satu tas kertas yang besar, disambut oleh asisten pribadinya. Pintu besar rumah mewah itu terbuka secara perlahan, menampilkan interior yang sangat mewah. Tembok-tembok bercat putih dengan beberapa furniture yang berwarna keemasan. Ditengahnya terdapat sebuah piano dan lampu gantung yang besar, terbuat dari kumpulan kristal yang mahal. Louis melangkahkan kakinya sambil bersenandung kecil-kecil, karena proyek di perusahaan ayahnya berhasil.
Louis melepaskan jasnya, membuangnya ke sofa dan melonggarkan dasinya. Ia kemudian naik ke lantai atas untuk menemui Rheu, putranya tersayang.

"Rhe, Papa pulang!" ucap Louis sembari membuka pintu kamar Rheu yang penuh mainan.

Didorongnya pintu itu, karena seret tertimpa mainan balok warna warni yang disusun menyerupai istana.

"Rhe, papa.... "Kata-kata Louis tercekat ketika melihat sosok yang meringkuk di atas karpet kamar itu.

" Papaa!" Rheu berteriak kegirangan. Ia melompat dari kasur bergambar astronot itu lalu menuju ke dekapan ayahnya.

Louis mengrenyitkan dahinya. Ia masih menatap sosok yang tidur di lantai kamar Rhe.

"Papa, tadi Eu ama Pei bobo dicini. " ucap Rheu dengan pipinya yang menggembung.

Louis mendekati sosok itu lalu menggoncangkannya dengan kakinya hingga terbangun.

🦋🍁🦋

Bergegas aku terkejut dengan sentuhan kasar yang berasal dari sol sepatu milik Louis. Aku pun segera bangun sembari merapikan rambutku yang acak-acakan. Ya, aku tertidur di kamar Rheu karena lelah seharian menemaninya bermain. Aku mengucek-ucek mataku kemudian mengerjap sembari mengenakan kacamata. Di depanku sudah berdiri Louis dengan raut muka nya yang marah sembari menggendong Rheu.

"Tu... Tuan, ma.... Maaf." kataku menghindari tatapan Louis sembari bangkit dan hendak meninggalkan kamar Rheu.

"Siapa yang menyuruhmu tidur disini, hah!" Tegas Louis dengan nadanya yang berat.

Aku terkejut dengan bentakan Louis, tubuhku tiba-tiba gemetaran lalu gugup, sepatahkata pun tidak mau keluar dari mulutku.

Tiba-tiba Louis menyeringai dan tertawa, "Wah, wah, dimana tampang si suka bersosialisasi yang terkenal di sekolah? Sekarang tidak lebih dari seorang pembantu rendahan.

Aku tertegun mendengar perkataan Louis. Aku mengangkat sedikit wajahku kemudian menatap Louis dengan tajam. Bibirku bergetar. Ku eratkan genggaman tanganku.

" Aku..." ucapku namun langsung tersela oleh perkataan Louis.

"Apa? Yang matanya tidak sempurna bisnis keluarga yang hampir bangkrut, lalu dijauhi teman-teman? Haah, jika bukan karena Axelsen kau bukan apa-apa! " Raut wajah Louis menjadi merah penuh kebencian yang besar kepadaku.

Louis kemudian menghempaskan ku, lalu berjalan ke arah tempat tidur untuk menidurkan anaknya.

"Papa, Peii jangan dimalahi, kacian, " Ujar Rheu sembari berkaca-kaca.

"Astaga Rheu, Papa hanya bercanda tenanglah. Sudah sekarang Rheu tidur lagi ya, mama Rheu pasti akan pulang sebentar lagi."

Rheu mengangguk senang, ia memegangi boneka robotnya lalu tidur.

"Maaf, tapi Tuan Rheu belum mandi sore." kataku.

Aku tercekat, Louis menaikkan salah satu alisnya kemudian tiba-tiba menyeretku paksa keluar dari kamar menuju koridor.

"Jangan pernah mengatur Rheu! Dia itu anakku!" Bentak Louis.

Dengan raut wajah dengan kemarahan yang terpendam, aku memberanikan diri lalu menatap Louis.
"Sebenarnya apa lagi salahku, aku hanya mengingatkan bahwa putramu belum mandi, namun kenapa sebegitunya kau membenciku hah!"

****

[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang