Bab 40 : Maafkan Aku

5.2K 406 9
                                    

"Pei, kau tidak apa-apa, hm? " kata Louis sembari meraba wajah Maple.

Maple dengan segera mengangguk.

Mereka berdua kemudian beranjak dari tempat atm itu, mencari gerobak hotdog yang mereka tinggalkan di pinggir jalan tadi.

Sesampainya di tempat dimana gerobak hotdog itu berada, Louis tampak terkejut. Matanya berkaca-kaca melihat gerobak yang ia beli dengan susah payah telah rusak dan sebagian kacanya pecah akibat tembakan, dan sisa isinya berhamburan keluar.

Louis akhirnya beranjak dengan tertatih-tatih, menuju gerobak hotdog mereka yang terbalik. Maple berpengangan erat dilengan Louis sembari ikut meraba gerobak yang telah terbalik itu.

"Maple, jangan sentuh itu. Banyak kaca yang pecah, nanti kau terluka, " kata Louis sembari memegang jari Maple dengan menjauhkannya.

Louis kemudian menyuruh Maple untuk duduk bersender di depan bangunan tidak jauh dari situ dan menunggunya untuk memunguti saos dan berbagai perlengkapan jualan mereka yang berceceran.

Maple memeluk kakinya dengan tubuhnya yang gemetaran parah. Ia duduk tidak jauh dari Louis yang sedang sibuk memunguti gerobak jualan mereka.

Louis sesekali menengok ke arah Maple yang duduk sendirian, dengan keadaan yang kacau dan bajunya yang kotor, beberapa bekas sol sepatu berada di sweaternya.
Sesekali Maple mengusap matanya yang berlinang air dengan kedua tangannya.

🦋🍁🦋

"Pei, ayo pulang. " ucap Louis sembari mengulurkan tangannya mengajak Maple untuk berdiri.

Maple mengangguk singkat. Ia meraba kedepan, kemudian menggapai tangan Louis dengan ragu-ragu.

"Pegangan yang erat, Pei..." kata Louis sembari membenahi tangan Maple ke lengannya.

Perasaan lelah dan pusing luar biasa dirasakan oleh Louis. Darah yang mengalir di pelipisnya sudah mengering sejak lama. Sesekali Louis bergumam untuk menguatkan dirinya agar tidak pingsan di jalan. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong gerobaknya yang kebetulan menuju sedikit jalan menanjak. Tangan Louis mulai gemetaran, wajahnya memerah menahan pusing yang semakin menjadi.

"Louis, kau tidak apa-apa?" Maple menoleh ke arah Louis. Lengannya basah oleh peluh namun tubuhnya gemetaran.

Maple melepaskan lengan Louis, kemudian berhenti sesusai di tanjakan.

"Tidak, aku tidak apa-apa, " jawab Louis sekadarnya.

🦋🍁🦋

Tepat di depan rumah sakit pemerintah yang jaraknya tidak jauh dari apartemen milik Maple, akhirnya Louis memutuskan untuk berhenti sejenak memeriksa kondisinya. Tubuhnya juga sudah lemas, dengan kepala yang pusing.

"Pei, kau harus memeriksa kandunganmu juga, " kata Louis sembari mengatur napasnya.

Ia berjalan tertatih bersama Maple yang menggandeng erat lengan Louis memasuki resepsionis rumah sakit tersebut.

"Selamat malam, sus..." ucap Louis sambil menahan sakitnya.

"Astaga!!" Kata suster itu yang terkejut melihat kepala dan kerah baju Louis yang sudah dipenuhi darah yang mengering. Dengan segera suster itu merujuk Louis langsung ke unit gawat darurat.

🦋🍁🦋

Luka Louis akhirnya dijahit dan diperban. Ia juga mendapat infus nutrisi karena Louis telah kehilangan cairan tubuh akibat kelelahan dan dehidrasi. Untung saja Louis adalah seorang alpha, cidera seperti ini untung saja tidak menyebabkan ia harus menjalani transfusi darah.

Energinya kini mulai terisi kembali akibat cairan infus. Pandangannya yang tadi sempat berputar kini sudah lebih jelas dan terang. Louis mengamati ruangan itu sekeliling, kemudian menoleh ke samping. Terlihat Maple sedang dicek oleh dua dokter langsung sembari memberikan beberapa obat melalui injeksi.

"Tuan Alpha, untung saja anda cepat kesini untuk mendapat pertolongan. Karena luka anda sudah dibiarkan di luar tanpa mendapatkan pertolongan pertama akan memperbesar terjadinya infeksi." ucap salah seorang dokter berkacamata.

"Bagaimana dengan... " kata Louis sembari menoleh ke arah Maple.

"Tenang, kondisi istri dan bayi anda sehat. Kami juga sudah menyuntikkan penguat kandungan kepadanya. Mereka berdua adalah sosok yang tangguh." kata dokter itu sembari tersenyum ke arah Louis.

Maple penasaran dengan keadaan Louis . Ia mencoba mengamati sekeliling ruangan bau obat itu dengan mata kanannya yang ia rasa semakin bertambah buram.

"Louis, dimana kau? " kata Maple, sembari meraba-raba ujung tempat tidur, untuk beranjak mencari Louis.

"Ah, Tuan Omega, mari saya bantu berdiri, " kata Suster sembari memegang lengan Maple.
Suster yang menangani Maple sungguh baik, ia akhirnya memapah Maple dengan hati-hati menuju bed Louis yang berada di sebelahnya.

"Maafkan, aku Pei seharusnya jika kita langsung pulang semua ini tidak akan terjadi. Ah, tidak seharusnya aku tidak pernah setuju tinggal bersamamu, lihat ini semua adalah salahku!!" Louis sedikit mengeratkan pelukannya di tubuh Maple.

Maple menepuk-nepuk punggung Louis, "Ssh, sudah... sudah, "

"Maafkan..uh.." Louis memeluk erat Maple. Ia membenamkan wajahnya ke tengkuk Maple. Dengan samar ia bisa mendengar isakan dan gumaman Louis yang teredam di balik bahunya.


****



[BL ABO] All The Lonely HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang