🖤 PRISON: 33. LOLLIES 🖤

8.7K 489 35
                                    

Happy reading 🖤

     Bulir-bulir air menuruni lekukan demi lekukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Bulir-bulir air menuruni lekukan demi lekukan. Kulit seputih susu dan selembut bayi dengan harum semerbak sehabis mandi. Hanya handuk putih yang terlilit di bagian tubuh bawahnya sebagai penutup. Sibuk mencari pakaian untuk ia kenakan.

     “Ini aja lah.” Putusnya meraih kaos putih polos dan celana training hitam panjang. Lalu kembali memasuki kamar mandi untuk memakainya.

     Selesai berganti pakaian dan mengeringkan rambut Nanda berniat langsung keluar kamar untuk membantu menyiapkan makan malam. Tapi atensinya teralihkan saat tidak sengaja melihat benda di atas meja sebelah tempat tidur. Langkahnya berbelok menuju benda yang terlihat tidak asing. Kedua sudut bibirnya terangkat setelah melihat dengan jelas. Meraih benda berbingkai itu dengan hati-hati. Ibu jarinya mengelus permukaan kaca yang menunjukkan foto dua orang sedang duduk di atas motor dan tersenyum ke arah kamera. Laki-laki yang lebih manis mengalungkan tangannya di leher sang kekasih. Kalau boleh jujur Nanda merindukan masa-masa ia masih bisa tersenyum bebas tanpa beban. Dulu Geo sering mengajaknya sunmori keliling kota. Entah itu bersama anak-anak motor ataupun mobil.

     “Liatin apa hm?”

     “Ge!” tegur Nanda menepuk pelan punggung tangan yang tiba-tiba melingkari pinggangnya. Karena ulah laki-laki itu dirinya sampai terlonjak kaget. Jantungnya seakan hampir loncat keluar. Ditambah suara rendah yang tiba-tiba berbisik tepat ditelinganya.

     Bukannya meminta maaf Geo justru terkekeh semakin mengeratkan tangannya. Menumpukan dagunya di pundak Nanda. Ikut melihat benda yang Nanda pegang. Foto itu adalah miliknya yang disimpan sepenuh hati. Bahkan saat pindah ia sama sekali tidak lupa membawanya.

     “Gege masih sering sunmori?” tanya Nanda disela keheningan mereka. Matanya melirik Geo yang bertumpu nyaman di pundak kiri.

     “Ngga.” Jawab Geo sembari merubah posisi kepalanya bersandar. Ujung hidung mancungnya bersentuhan dengan leher Nanda. Wangi manis masih tetap ada walaupun Nanda mandi menggunakan sabunnya.

     “Kenapa?” Nanda sama sekali tidak merasa risih oleh perbuatan Geo. Mungkin karena sudah terbiasa?

     “Sendirian.” Geo semakin menyamankan posisinya. Menghirup dalam-dalam aroma yang membuatnya candu.

     “Jangan bohong, banyak anak-anak pasti.” Nanda sebenarnya tahu maksud ucapan Geo. Hanya saja ia tidak ingin memperjelas karena semakin merasa bersalah telah meninggalkan laki-laki itu.

     Geo mengurai pelukannya. Memutar tubuh Nanda menjadi menghadapnya penuh. Tidak sampai di situ, ia mengangkat tubuh kecil itu dengan mudah dan mendudukkannya di atas meja. Kedua tangannya bertumpu pada meja. Mengukung Nanda di antara tangan kekarnya. Netra gelapnya menyelami netra hazel milik Nanda yang terlihat sangat cantik. Lalu turun ke hidung kecil dan bibir penuh yang sedikit terbuka.

PRISON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang