🖤 PRISON: 39. WHO IS THE MASTERMIND 🖤

6.1K 446 68
                                    

Happy reading 🖤

     Bel pulang berbunyi nyaring sampai seluruh penjuru sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Bel pulang berbunyi nyaring sampai seluruh penjuru sekolah. Para guru yang mengajar kompak mengucapkan kalimat penutup untuk mengakhiri kegiatan belajar mengajar hari ini. Setiap lapisan warga sekolah dari murid, guru, staf pengajar, bahkan pedagang kantin kompak memberesi alat-alat mereka bersiap untuk pulang. Tak terkecuali yang masih ada schedule sore ini seperti rapat ataupun perkumpulan ekskul, mereka juga tetap cepat-cepat beberes meninggalkan kelas masing-masing.

     Tapi, ada yang berbeda dengan satu orang yang masih bergeming pada posisi duduknya. Tak berubah sedikit pun. Matanya menatap bangku yang berada di depannya. Tatapan kosong. Dengan alis bertaut seolah sedang memikirkan konspirasi elit dunia tentang lebih dulu ayam atau telur. Sesekali jarinya mengetuk meja dibarengi ekspresi ragu dan bimbang.

     Salah satu perempuan cantik berambut hitam sepunggung menatap salah satu temannya dan kursi yang ditatap temannya itu bergantian. Ikut bingung, merasa tidak ada yang aneh dengan si kursi? Dia lantas bergidik ngeri lalu menepuk pundak temannya pelan agar tidak mengejutkan. “Nan!” panggil Kay berhasil membuyarkan lamunan Nanda. “Jangan ngelamun ah! Serem kalo kesurupan. Rumah ustadz sama pendeta jauh dari sini.”

     Nanda menarik nafas dalam sebelum menghembuskannya perlahan. Mengangguk pelan. Bukannya merasa relaks, Nanda justru merasa semakin letih. Secara fisik, mental, dan otaknya. Ia kembali teringat ucapan kedua kakaknya saat di UKS tadi pagi.

     “Pilih Gua sama Jordan, kita pergi dari sini sejauh mungkin.” Ucap Lian memegang kedua pundak Nanda. Tatapannya sangat dalam dan tegas.

     Nanda menyingkirkan perlahan tangan Lian dari pundaknya. “Kamu gila kak?” Nanda benar-benar menatap tidak percaya ke arah kedua kakaknya. Setelah apa yang terjadi bagaimana bisa mereka memaksa Nanda untuk memilih mereka?

     “Gua ngelakuin ini demi Lo! Kita bisa hidup bareng bahagia di luar sana.” Lian kembali meraih tangan Nanda dan digenggamnya erat.

     “Cuma kita bertiga, Gue ngga mau Lo sakit di sini.” Jordan menyelipkan sejumput rambut Nanda ke belakang telinga.

     “Kalian yang sakit!” sentak Nanda kasar meninggalkan kedua kakaknya. Untuk pertama kalinya Nanda berbicara kasar dan itu berhasil menyakiti hatinya sendiri. Lelehan bening menuruni pipi dari sudut matanya. Ia mengusap kasar dan terus berjalan menjauhi UKS.

     “Nan! Tuh ‘kan ngelamun lagi.” Tegur Kay kembali membawa Nanda ke alam sadar. “Ngeri kesurupan sumpah! Lo masih betah di sini apa gimana? Bel pulang udah bunyi.”

     “Ha?” beo Nanda linglung. Menatap kelas yang sudah sebagian kosong. Sejak kapan? Ia bahkan tidak mendengar bel pulang berbunyi. Jangankan bel pulang, salam guru pun ia tidak dengar.

     “Nah bingung ‘kan Lo, mikirin apa sih Nan?” Kay menunjuk Nanda dengan jari telunjuknya. Menyita atensi temannya kembali.

     “A-aku—ngga kok. Aku ngga mikirin apa-apa.” Jawab laki-laki manis itu sambil mengulas senyum kecil. Bergegas membereskan buku dan alat tulisnya. Saat sedang sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, Nanda baru sadar Keen masih tertidur di sampingnya. “Ini Keen gimana? Ngga mungkin dia pulang pake motor. Kalian ada yang bawa mobil?” Nanda menatap ketiga teman-temannya bergantian.

PRISON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang