Happy reading 🖤
4 tahun sudah berlalu. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada yang berubah. Termasuk kehidupan laki-laki manis yang kini tengah melangsungkan acara wisuda. Di tengah keramaian ia justru merasa sendirian. Melihat mereka yang berfoto ria bersama keluarga menimbulkan setitik rasa iri di dalam hatinya. Ia merindukan kehangatan sebuah keluarga. Ada perasaan mengganjal di hatinya kerap muncul akhir-akhir ini. Ia seperti melupakan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya.
“Kakak!”
Teriakkan melengking khas anak-anak memecah lamunan Danta. Ia berbalik dan mendapati seorang anak laki-laki tengah berlari menuju ke arahnya dengan buket bunga di dalam genggaman kecil. “Sammy.” Panggil Danta bersimpuh menyamakan tingginya dengan Sammy. Membuka kedua tangannya bersiap menyambut pelukan anak kecil itu.
Mereka berdua berpelukan singkat sebelum Sammy mengulurkan buket bunga mawar. “Selamat kakak! Ini bunga dari Mom dan ini coklat dari Sammy.” Tangan kecil Sammy merogoh saku dan mengeluarkan sebungkus coklat.
Senyum manis terulas di bibir Danta. Menahan rasa gemas. “Terima kasih Sammy.” Ucap Danta menerima bunga dan coklat dari Sammy.
“Selamat atas wisudanya nyonya.” Salah satu maid atau lebih tepatnya ibu dari Sammy juga turut mengucapkan selamat. Sedikit membungkuk sebagai sopan santun untuk tuannya.
Danta tersenyum kecil ikut menunduk. “Terima kasih bibi Carl.”
Melihat tuannya seperti mencari-cari sesuatu lantas bibi Carl kembali berbicara. “Maaf nyonya, tuan besar masih ada perjalanan bisnis sehingga tidak bisa pulang dalam waktu dekat. Tapi, tuan besar sudah menyiapkan hadiah untuk kelulusan nyonya di rumah.”
Danta menghela nafas kecil. Entahlah ia hanya merasa sedikit sedih karena orang yang katanya suaminya itu tidak turut merayakan hari bahagianya. “Aku tau bibi, tapi aku malah terus mencarinya.”
“Bagaimana sih paman Damar itu, kakak jadi sedih lagi!” seru Sammy saat melihat perubahan raut wajah kakaknya.
“Samuel.” Bibi Carl menegur putranya agar berbicara sopan. Bagaimanapun Rion adalah tuan mereka.
“Maaf, maksud Sammy tuan besar.” Sammy mengerucutkan bibirnya saat ditegur sang ibu.
“Tidak apa Sammy, paman Damar memang cocok dipanggil paman.” Danta mengusap puncak kepala Sammy lembut. Ia tidak ingin melihat adik kesayangannya murung. “Ayo foto sama kakak.” Ajak Danta yang dibalas Sammy sangat antusias.
Mereka berdua banyak mengambil foto dengan berbagai gaya. Terutama Sammy, bocah laki-laki yang memiliki senyum manis seperti kakaknya. “Fotonya mau kakak cetak nanti.” Danta menggulir foto-foto di kameranya. Tersenyum tipis, setidaknya hari ini masih ada setitik kebahagiaan. “Bibi Carl, kalian ke mobil duluan saja, aku akan berpamitan pada teman-teman.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Teen Fiction[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...