[END]
Terjebak seperti dalam penjara?
Begitu dingin dan juga mengekang.
Posesif dan juga menggairahkan.
Romantis dan juga cemburu.
Sakit tapi candu.
Nanda dengan kedua kakak tirinya.
Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan?
Nanda h...
Ayo malmingan bareng Nanda buat yang terakhir kali🖤 Happy reading 🖤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari telah menyingsing tinggi. Banyak orang berlalu-lalang menunjukkan betapa sibuknya dunia. Derit roda dan derap langkah terdengar memekakkan. Tak urung suara cengkerama mereka yang saling mengenal.
4 pasang mata tak berhenti meliar. Memindai seluruh penjuru yang bisa dijangkau dengan penglihatan. Memperhatikan setiap orang bahkan tidak melewatkan celah sedikit pun barangkali temannya menyempil di antara lautan manusia dewasa. Mereka adalah Keen, Kay, Lili, dan Zain.
“Nanda di mana? Ini udah hampir jam 7.” Tanya Lili gelisah.
Mereka berempat sudah menunggu hampir 1 jam. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Nanda akan muncul. Kemarin Nanda bilang jam 6 sudah ada di bandara untuk check in, dan itu membuat mereka berempat berangkat lebih awal untuk bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Nanda. Nyatanya sampai detik ini Nanda tak kunjung datang. Nomor ponselnya juga tidak aktif. Keen tidak berhenti mencoba menelepon Nanda sejak 30 menit yang lalu.
“Ngga aktif.” Ucap Keen masih terus menghubungi Nanda. Dari banyaknya panggilan yang ia lakukan selalu suara operator yang menjawab. Membuat Keen ikut khawatir karena tidak biasanya Nanda susah dihubungi seperti sekarang.
“Samperin ke hotelnya aja gimana?” Kay mengusulkan pada teman-temannya yang langsung diangguki setuju.
“Tumben banget.” Gumam Zain mengikuti Keen yang sudah pergi lebih dulu. Ia juga mengirimi Nanda beberapa pesan dan hasilnya tetap sama, hanya centang satu abu-abu.
Dugaan mereka tidak ada lagi selain hotel. Sangat tidak mungkin kalau Nanda tiba-tiba berada disekolah. Jika iya, seharusnya pesan dan telepon mereka menyambung. Semoga saja benar dan alasan Nanda tidak berada di bandara karena bangun kesiangan atau alasan sepele lainnya.
2 motor dan 1 mobil telah berhenti di parkiran hotel tempat Nanda menginap. Terlihat 4 remaja turun dari kendaraan masing-masing. Masih menggunakan seragam SMA membuat mereka terlihat sangat kontras dengan yang lain. Banyak pasang mata menatap penasaran. Tak sedikit juga yang melirik sinis. Dunia memang penuh penghakiman tak berdasar.
Resepsionis menjadi tujuan utama. Mereka tidak bisa langsung masuk karena tidak memiliki kartu kunci penyewa kamar hotel. Hanya bisa sampai di lobby hotel. Beruntung kondisi tidak begitu ramai. Semoga saja resepsionis bisa diajak bekerja sama.
Kay maju paling pertama untuk bertanya. Ikut tersenyum kala resepsionis menyapa. “Permisi, saya ingin memastikan teman saya masih menyewa kamar di sini atau tidak, apakah boleh?” tanya Kay sangat sopan. Sebenarnya ia cukup gugup. Tapi, demi Nanda semua akan Kay lakukan.
“Maaf, itu bagian dari privasi customer kami.” Jawab resepsionis menolak permintaan Kay.
“Saya mohon, ini sangat penting buat kami.” Kay terus berusaha membujuk resepsionis yang terlihat kekeh menolak.