Bab 3

138 9 2
                                    

Happy Reading ^^

"Wish, kayaknya hoki gw masih ke pakai deh. Buktinya, sampai sekarang aja belum ada guru yang masuk ke sini," ucap Zayyan dengan wajah sombongnya.

"Lah, emang tadi hoki lu ke pakai buat apaan dah?" tanya Xavier sambil berjalan menuju kursinya untuk meletakkan tas yang dibawanya.

"Hehehe, ke pakai pas pelajaran Pak Barrow tadi, gw lupa kalo hari ini kita harus ngumpulin pr yang dikasih di semester lalu dan gw nggak ngerjain. Untung banget anak kelas bisa diajak kerjasama buat nggak ingetin itu ke Pak Barrow," ucap Zayyan dengan senyum andalannya.

"Wish, gila juga ya lu? Kok bisa sih lu sehoki itu?" tanya Xavion sambil duduk di bangkunya.

"Dih, lu baru tahu jika temen lu emang sehoki ini? Asal lu ingat ya, dia pernah lebih hoki daripada ini," jelas Ian yang membuat Xavier memasang tampang bingungnya.

"Lho? Emang iya?" tanyanya dengan bingung.

"Itu loh, pas ulangan dadakan yang dikasih sama Pak Barrow, dia kan nggak masuk gara-gara sakit, eh tau-tau pas besok bukannya malah ngerjain ulangan susulan sendiri dia malah dibiarin gitu aja gara-gara ulangannya udah nggak berlaku," jelas Ian dengan kesal.

"Oh, yang kata seluruh anak kelas dapet nilai tinggi ya?!" tanya Xavier dengan tidak selow.

"Iya, pas itu!" balas Ian sambil memukul mejanya dengan pelan.

"Gila sih, gw bahkan sampai bertanya-tanya kenapa dia bisa sehoki itu," gumam Xavion dengan pelan.

"Nggak! Justru gw bertanya-tanya kenapa Pak Barrow malah bilang ulangan kita nggak berlaku. Padahal itu adalah momen sekali seumur hidup gw dapet nilai bagus di ulangan Pak Barrow," jelas Xavier yang di angguki oleh Ian.

"Gw juga, bahkan gw sedikit heran kenapa otak pinter gw nggak bisa digunain di mata pelajaran dia ya?" ucap Ian dengan bertanya-tanya.

"Harusnya Pak Barrow senang nggak sih kalau anak muridnya dapet nilai ulangan bagus dimata pelajarannya dia?" tanya Xavion.

"Boro-boro seneng, ujung-ujungnya kita malah dimarahin satu kelas gara-gara nilai ulangan kita tinggi," ucap Xavier sambil mendengus pelan.

"Mungkin karena Pak Barrow curiga kali sama kalian, lagian biasanya nggak pernah lulus kkm di ulangan dia malah satu kelas lulus dengan nilai tinggi, ya curigalah dia," ucap Zayyan yang mengundang tatapan tajam dari satu kelas.

Iya satu kelas, salah sendiri kenapa Zayyan kalo ngomong suaranya nggak bisa dikontrol.

"Enak aja! Walaupun rasa solidaritas kita emang tinggi tapi nggak nyontek berjamaah juga kali," ucap salah satu laki-laki yang berada di meja depan. Kalian bisa manggil dia dengan sebutan Arjun.

"Tau tuh, ini gara-gara kita mati-matian belajar biar dapet nilai tinggi di mata pelajaran Pak Barrow," ucap salah satu siswi dengan rambut sebahu dan terdapat bando berwarna merah di kepalanya. Kalian bisa manggil dia dengan sebutan Alice.

"Btw gw masih dendam sama lu ya, bisa-bisanya lu nggak kena omelan Pak Barrow saat itu," seru siswa di samping Arjun yang memiliki rambut sedikit ikal. Kalian bisa manggil dia dengan sebutan Rizal.

"Wess, tenang dong wahai kawan-kawan ku yang cantik dan tampan ini, gw minta maaf sama perkataan gw. Lagian gw tahu kok standar kelas kita itu gimana," ujar Zayyan sambil berjalan menuju Arjun dan Rizal lalu merangkul mereka berdua seraya menampilkan senyum khasnya.

SMA LAKSAMA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang