Bab 15 (Flash Back)

51 2 0
                                    

Happy Reading ^^

"Dunia anak-anak adalah dunia yang rapuh sekaligus polos. Mereka akan memaafkan mu jika kamu meminta maaf kepada mereka, tidak peduli berapa banyak rasa sakit yang kalian torehkan kepadanya, mereka akan tetap memaafkan mu."

~Kemalial Rizal Pangestu.

0o0o0o0

Prankk...!

Bunyi pecahan kaca terdengar nyaring dengan suara rintik hujan yang terdengar dari luar.

Teriakan demi teriakan terdengar dengan keras dari arah rumah kecil di lingkungan kumuh yang mungkin tidak layak huni.

"Apa yang kamu bilang tadi?" tanya pria paruh baya dengan kesal.

"A-aku hamil...."

"Lagi?! Yang benar saja?!" teriak pria paruh baya itu dengan marah.

"Hiks! Itu semua karena mu!" balas wanita paruh baya itu dengan tangisan tertahan.

Plakk....!

"Diam kamu! Sekarang gugurkan bayi itu!" ujar pria paruh baya itu yang membuat wanita paruh baya itu menatapnya dengan tidak percaya sambil memegang pipinya yang terasa sangat ngilu akibat tamparan dari suaminya.

"Kamu ingin aku membunuh anakku?!" tanya wanita paruh baya itu dengan marah.

"Memangnya kamu ingin dapat uang darimana untuk anak itu? Gugurkan saja!" balas pria paruh baya itu dengan enteng.

"Tidakkah kamu bisa mencari jalan keluarnya selain mengugurkan anakku?!" tanya wanita paruh baya itu dengan kesal.

"Jalan keluar? Kamu ingin aku mengutang kepada rentenir dan kehilangan anggota tubuhku sebagai bayarannya, hah?!" teriak pria paruh baya itu dengan kesal yang membuat wanita di hadapannya mengigit bibirnya dengan kesal hingga berdarah.

"Tapi aku tidak mungkin membunuh anakku...." gumam wanita itu dengan pelan yang membuat pria itu mendengus kesal.

Dengan langkah tergesa-gesa, pria itu menghampiri wanita yang sudah berlutut sambil menangis dengan sedih dan menggenggam erat kedua pundaknya sambil menatap mata wanita itu.

"Kamu tidak mungkin membuat suamimu ini kehilangan anggota tubuhnya hanya untuk rentenir bukan? Jadi gugurkan saja bayi itu," ujar pria paruh baya itu yang membuta wanita tersebut menatapnya dengan mata berkabut.

"Tapi aku tidak mungkin membunuh anakku-"

Prangg...!

"Kyakk...!" teriak wanita itu dengan keras saat merasakan sebuah gelas kaca terlempar kearahnya.

"Kamu! Dengar baik-baik, bunuh anak itu dengan tanganmu sendiri atau aku yang membunuhnya!" peringat pria paruh baya itu yang membuat wanita paruh baya itu gemetar karena takut.

Dukk...!

"Siapa di sana?!" teriak pria itu sambil memandang kearah pintu yang kini terbuka pelan dengan anak laki-laki berumur 9 tahun yang tengah terduduk dengan tubuh gemetar.

"A-ah... anu-"

"Huh! Untuk apa kamu kesini, hah?!" teriak pria itu yang membuat sang anak tambah gemetar.

"Ah, a-adik ke tujuh menangis di-"

Brukk....!

"Ah...!" seruan anak laki-laki tersebut terdengar saat sang pria paruh baya dengan sengaja menendang perutnya.

SMA LAKSAMA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang