Bab 11

62 4 1
                                    

Happy Reading ^^

Suara bising para siswa terdengar di seluruh penjuru kantin. Tapi tidak dengan satu meja panjang yang berada di stand mpok Cici saat ini.

Keempat belas murid yang merapatkan meja dan bangku itu sedang menyandarkan punggung mereka di sandaran bangku seolah sudah kehilangan nyawa mereka.

Siapa lagi jika bukan murid-murid tercinta dari wali kelas Pak Barrow yang baru saja menyelesaikan jam pelajaran Pak Barrow yang dilanjut dengan pelajaran sejarah dari Pak Ridwan.

Terlebih lagi Sheiren yang merupakan murid baru di kelas mereka. Sepertinya dia masih belum terbiasa dengan jam pelajaran Pak Barrow yang terbukti dengan wajahnya yang lebih pucat dari yang lain.

"Kalian nggak makan?" tanya Ilsa, satu-satunya murid yang tidak pucat seperti keempat belas temannya itu.

"Hahh, nggak nafsu makan gw tiba-tiba," ujar Xavion dengan muka yang seperti terkena tipes itu.

"Makan, jangan nggak makan! Mau masuk rumah sakit lagi?" tanya Xavier dan mengguncang tubuh adiknya dengan pelan.

"Ukhh, seluruh tubuh gw sakit!" rengek Xavion yang membuat Xavier menghela nafas lalu mulai memijat tubuh adiknya itu dengan pelan walaupun saat ini seluruh tubuhnya juga terasa sakit.

Maklum bucin adik dia, dia lebih suka ngeliat adiknya nantangin malaikat maut daripada harus berbaring di ranjang rumah sakit.

Ilsa yang menatap seluruh temannya itu yang seperti kehilangan nyawa, mau nggak mau sedikit bersimpati.

Bagaimanapun juga mereka itu temen seperbobrokannya Ilsa. Apalagi ngeliat Xavion harus ngedrop entah yang ke berapa kalinya dan ngelihat Xavier kehilangan setengah nyawanya karena ngeliat Xavion ngedrop.

Gini-gini Ilsa lebih milih kalau mereka mengganggu waktu tidurnya daripada ngeliat mereka kaya gini. Ini juga termasuk kepada murid baru di kelasnya.

Walaupun Ilsa nggak deket dengannya tapi dia yakin jika rasa solidaritas murid baru itu pasti setara dengan temennya yang lain.

"Mau gw pesenin makan nggak?" tanya Ilsa berbaik hati.

Keempat belas yang mendengar ucapan Ilsa langsung menatap horror kearahnya tidak terkecuali Sheiren, walaupun baru dua hari dia masuk tapi dia sadar jika Ilsa dan tidurnya itu mustahil untuk dipisahkan.

Bahkan dengan waktu sedetik saja, kecuali jika dia benar-benar niat atau terpaksa. Jadi sangat mustahil seorang Ilsa ingin mengurangi waktu tidur berharganya hanya untuk memesankan mereka makanan.

"Ilsa! Lu ke sambet setan di taman belakang ya?!" tanya Zayyan dengan heboh yang membuat Nara langsung menuju kearahnya.

"Sa, gw tau lu atheis tapi kira-kira mempan gak ya tuh setan kalau gw bacain ayat kursi?" tanya Nara.

"Kalau nggak mempan, gw bacain alkitab deh, bentar ya gw cari dulu di internet!" ujar Kayla lalu mengambil handphonenya.

"Bentar deh Sa, perasaan gw deh yang dari taman belakang, kenapa jadi lu yang ke sambet?" tanya Rose sambil memijat kepalanya yang masih pusing akibat pelajaran Pak Barrow.

"Mungkin setannya lebih demen sama Ilsa kali?" ungkap Ian sambil menatap Ilsa dengan polos.

Itulah pemikiran yang dapat diambil oleh Ian setelah memutar balikkan otaknya dan setelah di pikir-pikir sepertinya pernyataan Ian masuk akal.

Alice kini sudah meraih kepala Ilsa dan menekan jidatnya dengan kuat menggunakan tangan kanannya yang membuat Ilsa memberontak.

"Apa-apaan sih kalian?!" tanya Ilsa dengan kesal.

SMA LAKSAMA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang