Bab 6

76 5 0
                                    

Happy Reading ^^

"Ian, maafin gw dong!" ujar Xavier sambil bersimpuh dengan tampang memelas miliknya yang membuat Ian mengerutkan keningnya.

"Ian, lu tega ngacuhin temen masa kecil lu ini? Maafin gw dong...," ujar Zayyan yang ikutan bersimpuh sambil menatap Ian dengan mata berkaca-kaca.

Mereka bertiga sedang berada di ruang TV dengan Ian yang duduk di atas sofa serta Xavier dan Zayyan yang sedang duduk bersimpuh di sebelah kiri dan kanan Ian.

Oh, jangan lupakan Vero yang sedang duduk di singel sofanya dengan laptop yang berada di pangkuannya dan Xavion yang sedang duduk lesehan di dekat Vero dengan segelas susu putih miliknya.

"Ck, lu pada bisa diem nggak sih?" tanya Ian dengan sewot karena kupingnya yang terasa pengang akibat ucapan yang selalu di lontarkan mereka berdua.

"Maafin kita dulu, abis itu kita berhenti bicara deh," ujar Xavier yang di angguki oleh Zayyan.

"Gw beliin lu milkshake deh sama cheesecake juga, tapi maafin kita ya!" ujar Zayyan yang dibalas dengan tatapan tidak terima oleh Xavier.

"Pstt, emang lu punya duit buat belinya?" ucap Xavier tepat di telinga Zayyan.

"Di dompet gw cuman ada 20 ribu!" ujar Zayyan setelah memeriksa dompetnya.

"20 ribu mana cukup buat beli milkshake sama cheesecake!" jawab Xavier dengan gemas.

"Ya, makanya lu ikut patungan buat nambahin uang gw!" ucap Zayyan yang membuat Xavier segera mengecek dompetnya.

"Duh, sorry. Dompet gw kosong. Adanya cuman kartu-kartu nggak guna di dompet gw," ujar Xavier sambil menunjukkan beberapa debit card yang ada di dompetnya.

"Lah, lu udah ngambil semua duit mingguan lu?" tanya Zayyan yang dibalas anggukan oleh Xavier.

"Lu pakai buat apa? Kok lu boros banget sih duit 300 ribu per minggu udah habis di hari pertama," tanya Zayyan tidak mengerti.

Hee, mereka itu dikasih uang mingguan sebanyak 300 ribu dan ini baru hari pertama tapi Xavier sudah menghabiskan semuanya? Masih bagusan Zayyan yang uangnya masih tersisa 20 ribu di dompetnya.

"Atau jangan-jangan lu main judi monopoli kelas sebelah ya?!" tuduh Zayyan yang membuat Xavier memukul kepalanya pelan.

"Sembarangan! 200 ribu nya gw tabung! Sedangkan 100 ribu sisanya gw sedekahin ke pengemis," ujar Xavier yang membuat Zayyan memicingkan matanya.

"Lu ngasih pengemis 100 ribu? Yang bener aja!"

"Dih, nggak percaya? Tanya Xavion, dia yang jadi saksi kalo gw sedekahin 100 ribunya ke pengemis," ujar Xavier sambil menunjuk kearah Xavion.

Xavion yang di tatap oleh Zayyan mengangguk pelan seolah bersaksi atas ucapan abangnya itu.

"Tapi kenapa harus 100 ribu? Lu kan bisa ngasih dia 20 ribu," ujar Zayyan dengan bingung.

"Aduh Zayyan, gw itu abis narik duit gw di atm, tiba-tiba ketemu anak kecil yang minta-minta di jalan, gw nggak tega dong. Gw pengen kasih duit ke dia buat makan, tapi di dompet gw cuman ada selembar 100 ribu. Masa gw suruh anak kecilnya buat ngembaliin 80 ribu, nggak elit banget lah dikira dia jualan? Jadinya gw kasih semuanya deh," ujar Xavier panjang lebar.

"Sedekah bisa, tapi bayar utang lu di mpok Cici nggak bisa," cibir Vero yang membuat Xavier membantah.

"Dih, kapan gw ngutang sama mpok Cici? Utang gw udah lunas ya yang semester lalu!" ujar Xavier.

"Terus tadi pas nongkrong di standnya mpok Cici kalian nggak bayar kan. Kalau bukan ngutang terus apa?" tanya Vero sambil menutup laptopnya.

"Lah kalian nggak bayar?" tanya Xavier kepada ketiga orang lainnya.

SMA LAKSAMA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang