Bab 10

59 4 0
                                    

Happy Reading ^^

Suara ketukan sepatu pantofel terdengar dari luar kelas dengan sangat jelas. Bahkan tanpa Sura memberitahukan kepada mereka, anak-anak kelas dapat mendengarnya walaupun tertutupi dengan kebisingan suara yang terjadi.

Dengan ekspresi gugup dan jantung yang berdegup kencang, seluruh sorot mata anak dikelas terarahkan kearah pintu kelas.

Setelah beberapa menit yang menegangkan, kini muncul sosok laki-laki sekitar umur 20 an keatas yang memiliki paras tampan dengan beberapa buku tipis ditangannya diikuti dengan penggaris kayu andalannya di tangan kirinya.

Kania yang melihat guru sekaligus wali kelas tercintanya memasuki kelas segera mengambil aba-aba untuk bersiap memberikan salam.

"Bagun!" seru Kania sambil bangkit dari duduknya yang diikuti oleh seluruh murid di kelas minuskan Ilsa yang sudah tertidur setelah membaca pesan yang dikirim oleh Vero.

"Ucapkan salam!"

"Selamat pagi, Pak!" ucap semua murid di sana. Kenapa selamat pagi dan bukan assalamualaikum walaupun Pak Barrow islam? Simpelnya rasa toleransi karena kelas mereka memiliki dua murid yang berbeda agama di sana.

"Selamat pagi dan silahkan duduk kembali dibangku kalian," ujar Pak Barrow yang membuat semua murid mematuhi ucapannya.

Dengan gerakan santai, kini tangan kanan milik guru itu sudah memengang buku absen dan menceklis absensi semua murid tanpa memandang anak murid di hadapannya.

"Bagus, semuanya masuk kecuali Vero yang sibuk untuk mengurus urusan osis," ujar pak Barrow yang membuat semua murid tanpa sadar menelan ludah mereka dengan gugup.

"Untuk hal pertama yang akan kita lakukan seperti biasa adalah kumpulkan pr kalian ke depan meja saya jika saya memang memberikan pr kemarin," ujar Pak Barrow yang membuat semua murid bergegas mengumpulkan pr mereka tak terkecuali Javier yang membawa dua buku, buku miliknya dan buku milik Ilsa.

Setelah memeriksa semua buku yang terkumpul di atas meja, kini guru muda itu mulai mengambil spidol bertinta hitam dan menuliskan materi yang akan di bahas mereka kali ini.

"Kali ini kita akan membahas mengenai persamaan dan fungsi trigonometri, melanjutkan materi sebelumnya," ujar pak Barrow setelas selesai menuliskan judul dari materi yang akan dibahas olehnya.

Sebenarnya pelajaran mengenai itu tidaklah menyusahkan anak-anak kelas, lagipula mereka itu termasuk kedalam jenius jika menyangkut urusan pembelajaran.

Bahkan cara mengajar pak Barroe bisa dikatakan cara mengajar yang efisien sehingga membuat para siswa dapat memahami materi dengan mudah.

Hanya saja jika kalian ingin bersunguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran darinya maka kalian harus bisa menggunakan kedua otak kalian sekaligus, otak kiri dan otak kanan kalian.

Itu semua karena Pak Barrow adalah tipe orang yang malas mengulangi sesuatu dua kali, jadi saat dia menuliskan sesuatu di papan tulis maka dia akan sekaligus menjelaskannya dengan lisan yang membuat para siswa harus mengingat apa yang dia ucapkan dalam waktu singkat sekaligus memahaminya dan menuliskannya dengan segera di buku mereka.

Kenapa tidak merekamnya menggunakan handphone? Sekolah mereka memang membiarkan para siswanya membawa handphone hanya saja siswa tidak diperbolehkan untuk mengunakannya di dalam kelas, karena sang kepala sekolah percaya jika handphone hanya menghambat para siswa dalam mencermati materi dengan sungguh-sungguh.

Bahkan jikapun itu digunakan untuk kepentingan belajar. Selain itu, hal-hal yang membantu para siswa untuk mempercepat cara berpikir mereka tapi membuat mereka bergantungan, seperti kalkulator atau tabel rumus juga tidak di perkenankan.

SMA LAKSAMA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang