Bab 43

17 2 0
                                    

Happy Reading ^^

Tepat setelah berkendara kurang lebih 3 jam, kini mereka sampai di sebuah gedung luas seperti auditorium yang megah. Banyak sekali kursi di sana yang terbentuk melingkar mengelilingi panggung luas di tengah.

"Wow, Alice, lu bakal tampil di panggung itu?" tanya Xavier sambil menunjuk panggung yang di maksud.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Alice dengan bingung.

"Itu luas banget! Udah gitu kursinya banyak lagi, udah pasti bakalan banyak orang yang ngelihat, sekarang aja udah banyak banget orang di sini. Lu nggak gugup kah?" tanya Xavier sambil tetap berjalan mengikuti langkah guru pembimbing mereka yang kini tengah menuju ruang tunggu untuk peserta perlombaan.

"Ya gugup lah, gila aja gw nggak gugup diliatin banyak orang gitu. Tapi daripada gugup, gw lebih ke bersemangat aja sih, kapan lagi coba gw tampil di panggung besar kaya begitu?" tanya Alice dengan senyuman yang menandakan jika ia tengah excited saat ini.

"Lu keren Lice, bisa sampai ke tahap ini dengan hobi lu," ujar Sheiren jujur.

"Yo jelas lah, siapa sih gw? Alice gitu loh!" ujar Alice dengan bangga yang membuat Sheiren menyesal seketika saat memujinya tadi.

"Alice, cepat ganti baju lu, terus make up sana, udah di tunggu sama penata riasnya," ujar Rose setelah berbicara dengan guru pendamping.

Alice yang mendengar itu mengangguk pelan lalu berbalik ke ruang ganti dengan pakaian yang akan di kenakan olehnya.

"Rose, gw mau nanya, orang tuanya Alice nggak dateng ya?" tanya Sheiren dengan berbisik pelan ke arah Rose yang kini tengah duduk di salah satu sofa dekat dengan Vero.

"Gw nggak tau, mungkin nggak dateng. Lagian ada gw sama Vero yang ngewakilin buat orang tuanya," ujar Rose dengan acuh yang membuat Sheiren bingung.

"Tapi masa saat anaknya tampil di panggung luas kaya begini mereka nggak dateng?"

"Mereka sibuk Ren, terlalu sibuk sampai Alice nggak punya pilihan lain selain mengundang kita buat pengganti keluarganya," balas Xavier dengan senyuman tipis yang membuat Sheiren terdiam.

"Betul itu! Ortu gw terlalu sibuk, lagipula mana berani mereka ninggalin kakak gw di rumah sendirian," ujar Alice dari arah belakang dengan kostum tampil miliknya yang sudah ia gunakan.

"Sorry, gw nggak bermaksud, cuman sedikit penasaran," balas Sheiren yang membuat Alice tertawa pelan.

"Santai, udah biasa juga sih. Btw gimana penampilan gw?" tanya Alice sambil memasang pose ala-ala model dengan ekspresi percaya dirinya.

"Cantik," puji Sheiren dengan jujur karena Alice memang terlihat cantik dengan dress putih panjangnya.

"Kata gw sih lebih ke imut," ujar Xavier yang membuat Alice merenggut.

"Bisa nggak lu bilang gw cantik? Gw udah 17 tahun! Malu tau kalau di bilang imut," ujar Alice sambil duduk di meja rias menunggu penata rias menghias wajahnya.

"Kalau cantik mah, kaya Rose atau nggak Ren, lu mah imut Lice," balas Xavier dengan meledek.

"Apa bedanya gw sama mereka berdua? Sama-sama perempuan kok, tapi kenapa lu bilang mereka cantik sedangkan gw imut?" tanya Alice dengan tidak mengerti.

SMA LAKSAMA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang