Happy Reading ^^
"Bang, gw sama Zura mau izin buat balik ke rumah, soalnya bunda sama ayah sudah balik dari luar kota," ucap Xavier dengan senyum khasnya yang ditimpali anggukan oleh Xavion.
"Begitu, yaudah nggak papa, balik di jemput kan ya?" tanya Vero kembali yang dibalas dengan acungan jempol oleh Xavier.
"Tenang aja bang, bunda udah kirim pesan kalau nanti dijemput kok sama supir keluarga," ujar Xavier yang dibalas dengan anggukan pelan dari Vero.
"Kalau kalian gimana?" tanya Vero kearah Zayyan dan Ian.
"Gw sih, liat Ian du-" belum selesai Zayyan berbicara, ucapannya sudah terpotong oleh dering telepon yang berasal dari handphone milik Ian.
"Gw angkat telepon dulu ya bang," ujar Ian lalu menjauh sedikit dari sana untuk mengangkat telepon.
"Dari siapa?" tanya Zayyan setelah Ian kembali kearah mereka.
"Dari mommy, mommy bilang mommy hari ini pulang! Jadi kali ini gw bakal tinggal di rumah," ujar Ian dengan bersemangat.
"Owh, kalau lu balik gw juga ikut balik deh, sesekali nemenin ibu di rumah," ujar Zayyan dengan senyuman andalannya.
"Kalau kalian nggak ada yang nginep di markas, gw juga bakalan balik ke rumah," ujar Vero yang dibalas dengan anggukan mereka berempat.
"Sekalian gw mau bilang, mungkin beberapa hari ini gw nggak akan tinggal di markas karena mau berduka selama seminggu nanti." ujar Vero yang membuat keempatnya terdiam.
"Ah iya, sebentar lagi hari itu," gumam Xavion dengan pelan tanpa di dengar oleh Vero.
"Nggak papa bang, palingan nanti gw tinggal di rumah bareng nih anak," ujar Xavier sambil menunjuk kearah Xavion yang membuat orang yang di tunjuk mendengus pelan.
"Kalau lu?" tanya Vero kepada Ian yang terdiam di sana.
"Gw usahain biar mommy atau daddy bakal tinggal bareng gw seminggu, kalau nggak bisa palingan gw bareng Zayyan nanti," ujar Ian dengan senyum tipisnya yang jujur membuat Vero sedikit lega karena Ian adalah salah satu temannya yang tidak boleh di tinggal sendirian di rumah.
"Oke! Jadi sepakat ya kalau nanti nggak ada yang tinggal di markas?" tanya Xavier dengan bersemangat mengembalikan suasana menjadi ceria.
"Ya, sekali-kali balik lah ke rumah, masa punya rumah tapi nggak pernah ditinggali?" tanya Zayyan lalu tertawa ringan yang membuat semuanya tertawa kecil di sana.
"Yaudah ayo ke depan gerbang, jangan lupa di kerjain pr nya kalau udah sampai di rumah nanti," ujar Vero lalu berjalan ke luar yang membuat keempat anak tersebut mendesah lelah.
"Bang, jangan diingetin lagi dong," ujar Ian merenggut kesal sambil mengikuti langkah kaki Vero.
Walaupun dia salah satu murid rajin alias murid teladan, tapi kalau disuruh menulis sejara dengan tulisan tangan dia males juga, bisa-bisa pegel tangannya nanti.
Vero yang mendengarnya hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Daripada di hukum sama Pak Ridwan nanti," ujar Vero yang membuat keempatnya misuh-misuh tidak jelas di sana.
"Udah-udah, itu jemputan lu kan ya?" tanya Vero sambil menunjuk kearah mobil hitam yang nomor platnya sudah dihafal olehnya.
Xavier yang mendengar itu ikut melihat kearah yang ditujukkan dan mengangguk pelan.
"Kalau gitu, bang, Zay sama Ian, gw balik duluan ya sama Zura," pamit Xavier sambil menarik tangan milik Xavion dengan pelan.
"Ya, hati-hati di jalan ya!" balas Ian melambaikan tangannya yang dibalas lambaian tangan juga oleh kedua anak kembar itu sebelum memasuki mobil jemputan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA LAKSAMA 1
Teen FictionIni adalah SMA Laksama 1. SMA dengan nilai akreditasi terbaik di Jakarta. Banyak dari siswa lulusan SMA ini adalah siswa yang memiliki masa depan cerah. Termasuk siswa kelas 11 MIPA 2 ini yang digadang-gadangkan menjadi lulusan terbaik dari semua a...