13.

160 24 8
                                    

Happy reading ❗

Bandung pada sore hari sama halnya seperti kota Jakarta, macet adalah hal yang sering kali di temui di jalan-jalan utama. Apalagi untuk jalanan yang sering di lalui oleh para pekerja ketika mereka hendak pulang.

Berdesakan bukan lagi sesuatu yang aneh. Suara bising kendaraan terdengar dimana-mana. Klakson mobil dan motor akan terdengar di hampir setiap jalanan.

Biasanya Sergio akan bersikap biasa, karena macet dan jalanan ramai bukan hal baru bagi dirinya. Pun setiap berkendara Sergio akan selalu lebih awal pergi untuk menghindari hal seperti ini.

Tapi untuk kali ini, seolah kesabaran Sergio bagaikan setipis tisu di bagi dua. Sangat tipis dan mudah robek. Bunyi klakson terus Sergio tekan agar kendaraan di depannya cepat bergerak.

Penyebab dirinya seperti ini adalah sang belahan jiwa Isabella, tidak menjawab satupun pesan dan telfon dari dirinya. Bukan dirinya menaruh curiga akan Isabella pergi dengan laki-laki lain. Tetapi dirinya takut terjadi sesuatu pada sang kekasih.

Sergio akan menaruh kepercayaan setinggi langit bagi Isabella. Sedari dulu tak pernah berubah. Isabella adalah segalanya, wanita yang selalu dan akan mengisi hati dan pikirannya.

Memasuki jalan menuju gang perumahan Isabella, Sergio cukup lega karena sudah terbebas dari macet nya jalan.

Sampai pada depan rumah Isabella, Sergio tidak langsung turun. Ia masih memikirkan apakah Isabella tidak apa-apa jika dirinya berkunjung. Mungkin sang kekasih tengah ingin sendiri mengingat tak ada satu pesan pun di balas.

Setelah lama berfikir, akhirnya Sergio memutuskan untuk menemui Isabella. Jika Isabella tidak ingin di ganggu, biarlah Sergio sehabis ini akan pulang.

Sergio mengetuk pintu selama tiga kali dan tak ada jawaban dari dalam. Terdiam, masih berfikir mungkin Isabella tengah beristirahat atau mungkin tidak ingin di ganggu. Mencoba satu kali lagi untuk mengetuk, jika tidak ada jawaban Sergio akan pulang dan menghubungi Isabella nanti.

Belum Sergio mulai mengetuk, pintu pun di buka dari dalam menampilkan Isabella yang masih mengenakan pakaian seperti tadi pagi. Wajah nya terlihat sembab seperti sehabis menangis.

"Hei, cantik are you oke? Kamu habis nangis?" Maju dan langsung memeluk Isabella erat. Mengelus punggung sang kesayangan dengan hati-hati.

Meski tak lagi ada isakan dari Isabella, Sergio tau jika kesayangan nya ini sehabis menangis.

Isabella lepas pelukan kekasihnya dan mempersilahkan untuk masuk ke dalam. Sergio terus mendekap Isabella, tak lagi bertanya namun terus memberikan rasa nyaman untuk Isabella. Keduanya saling memeluk di ruang tamu milik Isabella.

Perlukan Isabella lepas dan memandang wajah sang kekasih. Kecupan pada bibir di berikan oleh Sergio.

"Mas, jangan tinggalin aku lagi?"

"Tidak akan, tidak akan pernah!"

Ucap Sergio dengan kesungguhan. Entah apa yang membuat kekasihnya bisa mempunyai pikiran seperti itu.

"Maaf tadi gak aku angkat telfon nya sama semua pesan mas aku abaikan"

"Jangan begitu lagi ya, mas hawatir."

Kecup pada rambut sang kekasih dengan sayang. Sergio kembali memeluk Isabella dalam dekapannya.

"Mas, bobo disini?"

Isabella mendongak, menatap sang kekasih. Terlihat sangat gemas dengan wajah memerah.

"Boleh memang?" Tanya Sergio dengan main-main. Isabella hanya mengangguk dalam dekapan Sergio.

Still you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang