16. 🔞

547 31 15
                                    

Happy reading ❗

Kecupan-kecupan yang lembut pada bibir tipis Isabella menjadi hisapan dan cumbuan yang panas dan menuntut. Sang dominan tak memberi waktu untuk Isabella sedikit menghirup nafas dengan benar.

Gairahnya semakin terbakar kala mendengar setiap lenguhan dari sang belahan jiwa. Untuk waktu yang lama Sergio kembali mendengar melodi sehalus harpa.

Entah sejak kapan helaian baju yang keduanya kenakan sudah berserakan di lantai. Udara yang dingin tak menghalangi gairah keduanya. Bibir Isabella sudah habis di hisap Sergio, bentuknya sudah bengkak dan memerah seperti delima. Melihat itu Sergio semakin lahap mencumbu belahan jiwa.

Berasa di atas ranjang, Isabella pasrah di cumbu sedemikian rupa oleh sang kekasih. Bukan hanya Sergio yang menginginkan ini tapi Isabella juga ingin. Kembali menikmati peraduan untuk menuju puncak surga dunia bersama.

"Apa ini pernah ada yang mencumbu selain mas?"

Tepat di telinga Isabella, Sergio bertanya. Bibir Isabella kelu tak bisa menjawab oleh cumbuan dan juga tangan Sergio yang nakal meremas payudara dan juga mengelus bibir vaginanya.

Sergio bertanya dengan suara serak sangat dominan. Ia menatap tajam Isabella, tidak berhenti sampai Isabella menjawab.

"Jawab mas,"

Tak bisa menjawab dengan kata-kata, Isabella hanya beri gelengan pada pertanyaan sang kekasih. Tidak mungkin ia bisa melakukan itu dengan orang lain.

Dua bulatan payudara, berbentuk bulat di hiasi puting cantik berwarna merah muda. Masih dalam ingatan yang sama bentuk dan ukurannya, sangat pas ketika tangan Sergio menggenggam.

Melihat sepenuhnya bentuk tubuh Isabella membuat sesuatu di bawah sana sudah mengacung tegak. Mungkin jika penis nya bisa berbicara, dia akan girang bertemu lawannya.

Mata elang Sergio terus memindai seluruh tubuh Isabella, indah dan sangat seksi. Tak pernah Sergio bosan untuk selalu memandangi keindahan ini. Malu-malu Isabella tutupi dua payudara dengan tangan.

"Kenapa di tutup?"

"Malu, mas liatin terus."

"Buka sayang, mas mau liat puting cantik nya."

Tangan di lepas, lalu Sergio mulai mencumbu payudara Isabella. Mengemut bagai permen. Mengigit nya main-main, satu tangan lainnya terus meremas payudara dan juga putingnya. Stimulasi yang menambah gairah, mulut mendesah dan tangan terus menekan agar Sergio lebih dalam mencumbu payudara nya.

Sergio masih mengingat dimana bagian tubuh Isabella yang paling sensitif adalah payudara. Tubuh polos tanpa kain, membuat bagian penis Sergio menekan vagina Isabella.

Tanpa sadar kaki Isabella mulai membuka dan seperti mempersilahkan penis Sergio untuk segera masuk. Cairan yang keluar sudah sangat banyak, mungkin Sergio masih ingin bermain-main untuk sampai pada inti permainan ini.

Bunyi basah oleh permainan mulut Sergio, bunyi desah dari sang Isabella terus mengisi ruang kamar yang sunyi. Hujan terlah reda hanya ada rintik kecil di luar sana.

Puas dengan dua tonjolan payudara Isabella, Sergio turun ke bawah. Mengecup perut rata Isabella. Turun lagi sampai paha dalam Isabella. Rasanya bagai kupu-kupu terus menggelitik perut Isabella.

Kaki Isabella tak bisa untuk diam, terus membuka dan saling menggesek. Bagian bawahnya sudah gatal dan becek ingin segera di isi oleh sesuatu yang besar.

Sampai pada bagian vagina, Sergio diam memandangi. Isabella yang tak lagi mendapat rangsangan terbangun memandang sayu pada sang kekasih, seolah bertanya mengapa berhenti.

Still you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang