22.

177 26 4
                                    

Happy reading ❗

Emosi yang menguasai jiwa tidak akan pernah berakhir baik. Namun semua itu seolah Sergio hiraukan. Ia tetap berjalan masuk ke dalam gedung perusahaan dengan tergesa dan luapan emosi tak terbendung.

Ketika salah satu karyawati yang berjaga di resepsionis, meminta dirinya untuk membuat janji temu terlebih dahulu dengan bos mereka di saat itu juga emosi yang selama ini terbendung meluap keluar begitu saja. Seperti aliran api tanpa ujung.

Sergio marah dan juga membentak karyawati tersebut. Keributan tentu saja terjadi di lobby perusahaan. Pihak keamanan mendatangi Sergio dan meminta dirinya untuk meninggalkan kantor tersebut.

Sergio yang tetep kekeh untuk bertemu dengan Daniel tentu saja menambah keributan yang ada. Aksinya ini menjadi pemandangan bagi karyawan yang keluar dan masuk.

Daniel yang baru keluar dari pintu lift langsung terfokus pada keributan yang ada.

"Ada apa ini?"

Semua yang ada di sana langsung menoleh pada sang bos dan semuanya menunduk terkecuali Sergio, ia sudah benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih dan langsung memberikan bogem pada Daniel tepat di pipi sebelah kanan.

Dengan Daniel yang belum siap, dia pun tersungkur oleh tonjokan yang di berikan oleh Sergio. Semua yang ada di sana semakin ingin membawa Sergio keluar.

Tangan Sergio pun sudah di apit oleh dua petugas keamanan. Daniel bangun dan meminta karyawan untuk tidak ikut campur.

"Ini maksudnya apa?" Daniel masih mencoba untuk bertanya baik-baik pada Sergio.

"Jangan berpura-pura tidak tau. Saya tau kamu yang menculik Isabella buka?" Tanya nya dengan nada tidak ramah sama sekali.

Akhirnya Daniel pun mengerti mengapa Sergio berada di sekitar kantor nya. Rupanya ia sudah ketahuan. Melihat sekeliling, masih banyak karyawan yang memperhatikan dirinya dan Sergio membuat Daniel merasa tidak enak. Lalu ia pun meminta Sergio untuk mengikuti dirinya menuju ruang pribadi miliknya.

"Bisa ikut saya? Nanti saya akan jelaskan."

Meski marah yang teramat sangat tetapi pada akhirnya Sergio pun mengekor kemana Daniel melangkah.

Sesampainya di ruang pribadi milik Daniel. Sergio di persilahkan untuk duduk. Daniel tak ingin berbasa-basi lagi karena ia yakin Sergio masih dalam emosi tinggi.

"Isabella dalam keadaan aman untuk saat ini."

"Maksud kamu dengan menculik istri orang lain dan dengan seenaknya kamu bilang dia dalam keadaan baik."

"Maaf sepertinya ini salah paham."

"Bagian mana saya salah paham?"

"Pertama saya sama sekali tidak menculik Isabella."

"Kalau bukan kamu yang menculik lalu mengapa kamu menggunakan koneksi untuk menutupi keberadaan Isabella?"

"Saya bisa jelaskan itu. Saya menemukan Isabella tengah berjalan sendiri tanpa alas kaki di daerah Braga, pertama saya hanya memperhatikan tetapi saya melihat ada yang aneh, dia seperti berjalan tanpa arah tujuan."

Daniel tak melanjutkan pembicaraannya, ia memastikan terlebih dahulu respon dari Sergio. Ia lihat Sergio begitu kaget terlihat dari wajahnya.

"Baik saya lanjutkan. Kemudian saya keluar dari mobil untuk menghampiri Isabella. Belum saya menyapa ia sudah pingsan. Karena panik saya membawanya ke rumah sakit terdekat bukan ke rumah sakit tempatnya bekerja. Setelah sadar dokter mengatakan kemungkinan Isabella tengah hamil."

Still you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang