20.

162 22 11
                                    

Happy reading ❗

Bandung

Seminggu setelah kepulangan dari panti, Isabella semakin sering bermimpi buruk. Tidur malam nya tak nyenyak dan kini ia sering mengalami pusing dan mual di pagi hari. Nafsu makan nya berkurang jauh dari sebelum ini.

Sebagai seorang kekasih tentu Sergio sangat hawatir. Ia pun dengan telaten mendampingi Isabella yang sering mengeluh ini dan itu. Sering marah dan kadang menangis.

Diam-diam Isabella membeli alat tes kehamilan tanpa sepengetahuan sang kekasih. Ia ingin memastikan dugaannya selama ini. Ada rasa takut membayangi dirinya karena mimpi-mimpi yang selalu menghantuinya selama ini.

Pagi hari ketika Sergio izin untuk operasi darurat subuh tadi, Isabella segera pergi ke kamar mandi. Di tangannya sudah ada dua alat tes kehamilan yang akan memastikan segalanya.

Setelah menaruh air pipis nya di dalam tabung, meletakkan di atas meja di kamar mandi. Dengan tangan gemetar Isabella membuka dua alat tes kehamilan yang telah ia beli. Lalu mencelupkan nya ke dalam tabung urine.

Menunggu sekitar lima sampai sepuluh detik dengan dada yang terus berdebar. Dua alat tes kehamilan menunjukkan hasil yang sama. Pikiran Isabella semakin berisik dengan berbagai hal termasuk mimpinya selama ini. Ia bangun dan terus pergi dari kamar mandi setelah membereskan dua alat kehamilan dan membuang tabung urine ke dalam tong sampah.

~~~~~

Setelah operasi yang cukup melelahkan dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan. Tepat pukul tujuh pagi, Sergio bergegas untuk pulang ke apartemen sebelum memulai poliklinik pagi.

Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sergio mampir ke tukang bubur langganan untuk membeli dua porsi bubur untuk dirinya dan sang kekasih.

Akhir-akhir ini, Isabella sang kekasih sering mengalami mual dan pusing untuk itu Sergio melarang sang kekasih untuk membuat sarapan. Sebelumnya memang Isabella lebih senang memasak untuk sarapan ataupun makan untuk keduanya.

Setelah dua porsi bubur berada di tangan, Sergio langsung kembali menjalankan mobilnya untuk segera pulang. Rasanya meninggalkan Isabella di rumah sendiri membuat nya tak tenang, tapi bagaimanapun pekerjaan mengharuskan ia siap jam berapapun jika di perlukan rumah sakit.

Sampai di basemen apartemen, menyapa seceruity dan resepsionis yang berjaga. Sergio langsung memencet tombol untuk naik ke apartemen miliknya.

Begitu berada di depan pintu apartemen, Sergio kaget mendapati pintunya tak terkunci. Apa mungkin sang kekasih tengah berada di luar, lalu lupa untuk mengunci pintu. Dengan segera, Sergio pun masuk ke dalam unit apartemen.

Mencoba mencari Isabella di dalam kamar. Tetapi kamar dan kamar mandi pun kosong. Ada rasa tak nyaman di hati Sergio, tetapi ia berusaha tepis. Sergio pun berjalan ke arah dapur namun tetap tak menemukan sosok sang kekasih.

"Sayang,,sayang?" Panggil Sergio. Apartemen miliknya tak cukup besar, dan semua tempat telah ia kelilingi tetap saja sang kekasih tak berada dimana pun.

Dengan jantung yang berdetak cepat, Sergio segera membuka ponsel miliknya. Ia segera mendial nomor sang kekasih. Begitu panggilan berdering, saat itu juga bunyi ponsel dari sang kekasih terdengar. Ponsel Isabella masih berada di apartemen tetapi pemiliknya kemana.

Sergio duduk di sofa, mencoba tenang dan menghubungi beberapa orang di rumah sakit. Mungkin saja sang kekasih pergi kesana. Tapi seingat Sergio, hari ini tak ada jadwal Isabella untuk jaga.

Still you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang