17.

231 25 15
                                    

Happy reading ❗

Pukul dua belas siang, Sergio berjalan menuju rawat inap Nadia. Ia sudah meninggal kan Nadia selama dua hari bersama orang suruhan pak Adi sang sekertaris orang tuanya. Mungkin selama ia di Bandung sang ayah mengirimkan mata-mata untuk dirinya. Tapi Sergio cukup bersyukur kemarin bisa menjemput Isabella meski tak bisa nonton konser bersama.

Pesan maupun panggilan dari Nadia sengaja ia abaikan, Sergio lebih memilih waktu bersama sang kekasih. Keduanya masih terus bercinta sepanjang hari. Mengingat itu ia jadi ingin cepat-cepat pulang.

Sampai pada kamar VVIP ruang rawat Nadia, Sergio melihat sang ajudan menunggu di depan pintu rawat Nadia. Ketika ia sampai sang ajudan membungkuk hormat pada Sergio.

"Selamat siang tuan Sergio" Ucap sang ajudan.

"Siang, kenapa tidak menunggu di dalam saja?" Tanya Sergio masih heran.

"Maaf tuan, nona Nadia menolak jika saya berada di dalam dan mengamuk."

"Ya sudah, kamu bisa pergi tidak usah menunggu lagi. Terimakasih sudah menemani Nadia." Ucap Sergio lagi.

"Tapi tuan,"

"Saya yang bertanggung jawab, tidak apa-apa."

"Baik tuan kalau begitu saya permisi."

Sergio pun mengangguk dan segera membuka kamar rawat Nadia. Di dalam sana Nadia tengah memainkan ponselnya, mendongak ketika ada yang membuka pintu dan langsung meletakkan ponselnya di bawah.

"Sudah makan?" Tanya Sergio lalu duduk di sebelah Nadia.

"Aku gak selera makan, mulut nya pahit." Ucap Nadia sedikit merengek pada Sergio.

"Ya sudah, saya suapin." Lalu Nadia pun dengan sumringah mengangguk pada Sergio.

"Kenapa gak bisa di hubungin sih? Kan aku sendiri disini, masa kamu suruh orang lain jagain aku."

Sergio tak menanggapi perkataan Nadia, ia terus menyuapi Nadia makan. Itu membuat Nadia kesal.

"Gi, kamu kan tau aku gak boleh stres terus aku di sini sendiri." Ucap Nadia lagi meski Sergio tak menanggapi obrolan dengan Nadia.

"Gio," Nadia kesal karena Sergio hanya diam.

"Habiskan makanan kamu, nanti kita bicara."

Mau tidak mau Nadia diam dan terus menerima suapan dari Sergio, sampai makanan habis lalu Sergio meletakkan kembali wadah makannya ke nakas.

"Kenapa baru kesini?" Nadia memulai pembicaraan setelah cukup lama hening.

"Dokter bilang apa? Terus kapan kamu boleh pulang?" Tanya Sergio, ia sekali lagi tak menanggapi pertanyaan Nadia, justru ia membahas hal lain.

"Gi, aku ini lagi sakit. Kamu kenapa pertanyaan nya seperti itu?"

"Nadia, dengar ini semua kamu yang memulai. Saya gak pernah minta kamu untuk kesini, dan untuk urusan perasaan kamu lebih baik kamu berhenti sampai disini. Saya dan Isabella tengah memulai hubungan baru dan saya tidak mau kehilangan dia lagi. Saya akan telfon orang tua kamu jika kamu ingin di temani."

Lalu Sergio keluar tanpa mendengar jawaban dari Nadia. Nadia semakin kesal dan membanting piring bekas makan dari nakas.

Selang tiga puluh menit Sergio keluar dari ruangan. Pintu kembali di buka dan Nadia pikir itu adalah Sergio. Nadia masih berbaring dan membelakangi pintu masuk.

"Pura-pura sakit?"

Seketika Nadia segera melihat ke arah pintu. Memastikan siapa yang masuk ke dalam ruangan nya.

Still you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang