🪐4. Yang sebenarnya

432 86 146
                                    

Happy reading 🪐--------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🪐
--------

"Lo pake softlens kelap-kelip, ya?" tanyaku yang masih tidak bisa mempercayainya.

"Tidak, ini asli." Bola matanya berubah merah lagi, tunggu-tunggu, tadi katanya itu asli? Lah, kok bisa?

"Lo bukan manusia?" tanyaku dengan wajah penuh curiga.

"Ayo, pulang. Mama kamu sudah cemas," ucapnya kemudian langsung naik ke motorku. Aku lalu berjalan malas menyusulnya.

"Ya, udah, pegangan. Kalo jatoh bukan salah gue." Ia menurut, lalu memegang pundakku. Dingin tangannya yang dapat menembus bajuku, masih sama seperti yang ia lakukan di kamarku kemarin.

"Sat, gue boleh cerita ke lo?" tanyaku, tapi ia tidak menjawab untuk beberapa detik, mungkin karena sedang naik motor.

"Boleh."

"Tapi, lo gak akan cepu, kan?" Ia diam, tidak menjawab. Oke, aku akan langsung bercerita.

"Crush gue, ternyata suka sama sahabat gue sendiri. Gue tadi marah, terus milih cabut aja. Bodo amat, lah, kalau gue besok dihukum. Gue males kalo lama-lama liat Anis. Lo tau, kan? Sahabat gue yang selalu bareng gue kalau di sekolah? Nah, ternyata Rama suka sama dia, anjir! Lo tau Rama, kan? Kapten tim basket sekolah kita?"
Aku bercerita panjang lebar, entah Satur mendengarkan atau tidak.

"Saya tidak tahu, kan saya murid baru."

"Anjrit banget emang ngomong sama lo!" Aku juga aneh, lupa kalau dia adalah murid baru.

"Saya memang tidak tahu. Namun, apapun yang sudah jadi takdir kamu, esok akan kembali ke kamu," ucapnya.

"Kalo dia ga balik ke gue?"

"Berarti bukan takdirmu, simple."

Aku mengangguk sok paham, tapi memang ada benarnya juga kata-kata Satur.

Tidak beberapa lama kemudian, kami sampai. Di depan pintu sudah ada Mama yang memang terlihat sangat cemas. Aku dan Satur turun dari motor. Mama langsung menyambut kami.

"Ve, kamu kemana aja, Sayang? Mama khawatir nyariin kamu." Mama segera memelukku.

"Mama yang nyuruh Satur buat nyariin Ve?"

"Iya, habisnya Mama khawatir banget. Satur, masuk dulu yuk, makan bareng-bareng sama Venus." Mama tersenyum ke Satur.

"Mama, Satur pasti capek tuh, butuh istirahat." Lagian Mama apa-apaan, sih, malah ngajak Satur makan malam, nanti yang ada dia ngelunjak minta makan di rumah orang.

"Nggak papa dong, sebagai ucapan terima kasih karena dia udah nyari kamu." Kemudian Mama menarik tangan Satur.

"Satur tunggu di sini dulu, ya? Tante mau siapin makanannya, sambil nunggu Venus mandi," titah Mama, sementara Satur hanya mengangguk saja.

Before Sunset [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang