🪐14. Makan bareng

325 71 121
                                    

Happy reading 🪐----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🪐
----


"Sat, lo udah kenal sama Rere?" tanyaku pada Satur. Namun, dia hanya diam. Sementara Nio, ia menatap heran sama sepertiku.

"Jelas kenlah, Kak. Kak Satur ini, kan--" Seketika ucapan Rere terhenti saat Satur memotong kalimatnya.

"Kita mulai saja, lebih cepat lebih baik, kan? Jadi, Rere silakan kamu ceritakan tentang kastil ini."

Rere pun ikut menatap bingung pada ucapan Satur barusan, ada apa ini?

Kami kemudian duduk lesehan di depan kastil ini. Duduk melingkar bersama.

"Jadi, Rere mulai dari mana ceritanya, nih, Kak? Rere bingung."

"Gini, Re. Kastil ini punya siapa? Kamu sudah bekerja lama di sini?" tanyaku.

"Rere di sini kerja untuk Nyonya Ellora, Kak."

Deg. Ellora? Jadi, Ellora mempekerjakan anak sekecil Rere? "Lalu, kenapa kamu bisa di alam ini? Bukannya kamu manusia biasa seperti aku?" tanyaku lagi, Nio dan Satur dari tadi hanya diam.

"Rere nggak tahu, Kak. Rere nggak bisa pulang. Rere sudah lama berada di tempat ini. Waktu itu dia berjanji akan mengembalikan Rere ke alam manusia, tapi, itu hanya bisa di lakukan saat malam ...."

Ucapannya berhenti cukup lama. Kenapa bocah ini kalau ngomong suka setengah-setengah, sih?

"Kak, Rere harus kembali ke rumah Datuk. Rere nggak bisa lama-lama. Kak Nio, ayo antar Rere," ajaknya pada Nio.

"Ve, saya antar Rere dulu. Dia tidak bisa lama-lama bersama kita."

Kemudian Nio membawa Rere menghilang. Aneh, bocah itu seperti aku pernah melihatnya, tapi entah di mana, otakku tidak bisa mengingat begitu cepat.

"Kita pulang," ajak Satur. Ia yang dari tadi diam, sekalinya bersuara malah minta pulang. Dih, apa-apaan!

"Nanti, mau liat-liat dulu." Sayang, kan, kalau misal datang ke sini malah langsung pulang.

"Lihat apa? Nanti Mama kamu nyariin, Ve," ucapnya dengan nada gelisah. Loh? Kenapa, sih, padahal Mama belum tentu sudah pulang jam segini.

"Lo kenapa, sih, Sat? Aneh gitu, celingak-celinguk. Lo nyari siapa?" tanyaku. Jelas aku penasaran, sikapnya begitu aneh dari tadi.

"Tidak, saya cuma nggak mau nanti Mama kamu nyalahin saya, karena ajak kamu pergi terlalu lama," ujarnya. Apa ia berkata jujur?

"Santai aja, kali. Mama gue belum pulang jam segini. Oh, gue tau!"

"Tahu apa?"

"Lo laper, kan, makanya buru-buru ngajak pulang, hayo ngaku!"

"Iya, terserah kamu mau menganggapnya apa, yang penting sekarang kita pulang, ya? Ayo, pegang tangan saya dan tutup mata."

Before Sunset [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang