Happy reading 🪐
-----Kami sekarang sudah berada di halaman rumahku. Ternyata cukup melelahkan malam ini. Nio sedari tadi terlihat murung. Wajarlah, ia pasti sedang belajar mengikhlaskan semua ini.
"Nio, lo jangan berlarut-larut sedih, ya, lo punya gue dan Satur, kok." Aku menghiburnya, walaupun itu tidak bisa mengurangi kesedihannya, tetapi Nio harus tahu jika aku dan Satur akan tetap menjadi sahabatnya.
"Makasih, Venus. Makasih juga untukmu, Satur. Mungkin saya tidak akan menemui kalian untuk beberapa hari kedepan. Saya pamit, ingin ke rumah sakit menjenguk mama saya."
Ia kemudian menghilang secepat kedipan mata. "Lah? Terus, nyari batu ijo-ijo itu, kita berdua, dong?"
"Iyalah, menurut kamu siapa lagi? Nggak mungkin, kan, tukang sayur depan komplek," sahut Satur.
"Hebat lu, baru beberapa bulan temenan sama gue udah jago ngelawak," ledekku iseng, tetapi memang benar, kan? Satur yang dulunya pendiam jadi banyak omong sejak berteman denganku.
"Temenan? Saya maunya lebih dari temen, Ve."
Deg, ucapannya barusan mampu membuatku mematung sebentar. Sampai kami dikagetkan dengan Mama yang tiba-tiba keluar rumah dan berlari ke arah kami. "Ve, Mama tadi liat kalian di TV, kalian kenapa bisa ada di tempat kejadian, sih? Bahaya, loh. Mana udah jam segini."
Kami hanya bisa saling lihat-lihatan, bingung juga bagaimana menjawabnya. "Soal itu, biar Venus jelasin di dalem aja, Ma. Kasian, tuh, Satur udah ngantuk kayanya."
Satur tersenyum sambil menggaruk tengkuknya, "iya, Tante. Saya pulang dulu, ya," pamitnya lalu berjalan pulang. Sementara aku dan Mama masuk ke dalam rumah.
Aku menceritakan semua kejadian tadi. Namun, aku merahasiakan jika aku berteman dengan Nio dalam wujud arwah. Aku memberitahu Mama kalau aku kenal dengan Nio saat Nio masih hidup. Bercerita juga tentang rumah tua yang menjadi markas bisnis ilegal Om Hendrawan.
"His, jangan gitu lain kali, Ve. Bahaya banget, tau. Apa lagi kamu dan Satur itu masih kecil."
Aku hanya bisa mengangguk pasrah mendengar kekhawatiran Mama sejak tadi. Ia tidak henti-hentinya menasehatiku, aku bersyukur sekali mempunyai ibu sebaik beliau.
"Tapi, Mama nggak habis pikir loh, Ve. Pak Hendrawan itu orangnya terkenal baik, nggak pernah korupsi, ternyata tiba-tiba kesandung kasus pembunuhan." Mama berbicara seolah masih tidak percaya. Ya, mau bagaimana lagi, itulah kenyataannya.
"Demi duit jaman sekarang apa, sih, yang enggak, Ma. Anaknya Om Hendrawan juga temen Venus di sekolah, Ma."
Mama langsung memelototiku. "Yang bener, Ve? Terus-terus, anaknya gimana?" tanyanya tak kalah heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Sunset [END]
Misterio / Suspenso[STORY 2] 🪐GENRE: ROMANCE - MISTERI. Apa jadinya jika seorang laki-laki aneh datang sebagai tetangga, sekaligus teman baru di sekolahmu? Itulah yang dialami Venus Azmeera Nitya, gadis berusia tujuh belas tahun yang mengalami kejadian tak terduga. S...