🪐30. Rencana lanjutan

242 52 96
                                    

Happy reading 🪐-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🪐
-------

Tunggu, kenapa Pak Harsa menyimpan foto Rere? Memang Pak Harsa segabut itukah? Sebentar, kurasa ini ada hubungannya dengan foto anak perempuan yang wajahnya diblur itu, yang ada di lukisan besar.

Aku kemudian menghadap ke lukisan keluarga itu, mencocokkan foto Rere dengan postur tubuh anak itu. Dari bentuk tubuhnya, sih, mirip. Rambutnya juga mirip. Jadi, sudah sangat jelas kalau foto anak yang diblur itu adalah Rere.

Mungkin, jika ini semua dihubungkan, bisa jadi Rere adalah anak Pak Harsa? Namun, ada hubungan apa antara Pak Harsa dan Ellora? Semua konspirasi yang kusimpulkan ini membuat kepalaku pusing. Selain mencari batu permata hijau, kenapa malah sekarang aku juga harus mencari tahu silsilah keluarga orang, sih?

Apa aku keluar saja, ya, dari sini? Lagian, kurasa batu itu tidak ada di sini. Tidak ada yang perlu dicurigai juga.

Aku kemudian benar-benar keluar dari kamar Pak Harsa. Kulihat Satur dan Nio juga belum kembali, mungkin masih sibuk mencari.

"Ve? Kamu sudah selesai mencarinya?"

Astaga, suara Satur yang tiba-tiba saja muncul membuatku kaget. "Udah gue cari nggak ada di sana. Pulang aja, yuk? Nio mana?"

"Masih nyari di ruang kerja Pak Harsa. Atau mau susulin dia aja?" tawarnya.

"Nggak usah, tunggu di sini aja. Bay the way busway, lo tau, nggak, asal-usul Rere? Maksud gue, dia anaknya siapa, gitu?"

Satur menoleh padaku dengan ekspresi wajah heran. "Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?"

"Gue nemuin foto Rere di laci kamar Pak Harsa. Logis nggak, sih, kalau gue simpulin Rere itu anak Pak Harsa? Lo, kan, yang udah lumayan deket sama Rere, masa nggak tau, sih?"

"Nggak, saya nggak begitu tahu tentang Rere ataupun keluarganya," ujarnya.

"Masalahnya nih, Sat, gue tadi juga liat foto keluarga Pak Harsa lengkap sama istri dan anaknya. Tapi foto anaknya diblur, sih. Setelah gue liat-liat, ternyata postur tubuhnya sama kayak Rere. Apa kita tanya langsung ke Rere?"

"Boleh kalau mau. Nanti saya temenin."

Ngomong-ngomong Nio kemana, sih? sudah dari tadi padahal. Jangan bilang kalau dia ketiduran di ruang kerja Pak Harsa?

Cukup lama kami menunggu Nio, syukurlah bocah itu sudah keluar. Mari kita lihat informasi apa yang ia dapat.

"Gimana? Dapet info apa?" tanyaku. Nio kemudian hanya menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada apa-apa di ruangan itu. Terus, apa langkah kita selanjutnya?"

Yaelah, malah nanya. Padahal aku aja ikut-ikutan mereka. Sebentar, aku berfikir sejenak, siapa tahu otakku berjalan sesuai fungsinya.

Before Sunset [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang