🪐21. Guru nyebelin

235 35 73
                                    

Happy reading🪐----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading🪐
----

Selesai cuci tangan, aku benar-benar pergi ke lapangan dan bergabung bersama teman-teman lainnya.

"Loh, Ve? Tadi katanya, lo nggak bawa baju? Terus, ini baju siapa? Mana kegedean gini, pffttt ...." Anis keheranan karena mungkin aku terlihat aneh mengenakan baju ini. Sialan, dia sekarang malah tertawa dengan renyah.

"Ck, bajunya Satur ini. Tadi gue udah nolak padahal, tapi dia tetep kekeh nyuruh gue pake. Katanya, sih, biar dia aja yang dihukum."

"Serius? Peduli banget dia sama lo, sampe ngasih baju segala haha, awas nanti lo baper, lagi."

Apaan, sih. Sumpah, Anis malah membuat mood ku jadi jelek.

"Stttt ... Pak guru datang!" Herman memberi instruksi agar kami diam, guru olahraga baru yang super menyebalkan itu berjalan dari kejauhan, lalu berdiri di depan kami yang berjejer dan sedang bersiap pemanasan.

"Oke, ada yang sudah kenal dengan saya?" tanyanya begitu sampai di depan kami. Lawak banget, nih, guru. Harusnya dia yang memperkenalkan diri, lah. Ini malah nanya ke murid-muridnya.

"Nama Bapak, Harsa Halim Widianto, kalian bisa panggil Pak Harsa. Panggil Sayang juga boleh," ucapnya, lalu mengedipkan sebelah matanya. Buset, kenapa, Pak? Kelilipan, tuh, mata?

"Kiw kiww ...," sorak murid laki-laki saat mendengar perkenalan singkat Pak Harsa.

"Ck, basi," ucapku lirih lalu memalingkan wajah ke samping.

"Heh? Siapa yang bilang basi tadi?!" bentaknya dengan tiba-tiba, membuat semua teman sekelasku diam. Mampus, kenapa dia pake dengar, sih? Padahal aku cuma berbisik. Ternyata pendengarannya lumayan tajam.

"Ve? Lo jangan cari masalah, deh. Kalo dia lagi ngelawak, pura-pura ketawa aja. Nanti ribet urusannya," bisik Anis, aku tahu guru baru itu pasti dengar kalau aku tadi keceplosan.

"Iya-iya, gue tadi keceplosan, njir."

"Pak, ceritain tentang Bapak, dong!" Teriak salah satu siswi bernama Nia, yang lumayan terkenal genit, semua yang ganteng dia sikat. Eh, bukan pakai sikat gigi loh, ya.

"Baik, Saya yang akan menggantikan Pak Rudi untuk ke depannya. Saya tinggal dekat sini. Ada lagi yang mau ditanyakan lagi?"

"Pak, umur dong! Bapak, kok, keliatan masih muda banget?" Nia yang genit terus-terusan melempar pertanyaan tidak masuk akal, pertanyaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelajaran.

"Usia? Coba kalian tebak. Nanti yang jawabannya benar, Bapak kasih coklat."

"Dua puluh sembilan, Pak!"

"Ih, nggak mungkinlah. Orang Pak Harsa masih muda gini. Dua puluh lima, kan, Pak?!"

Siswi perempuan berlomba-lomba menebak umur guru baru itu. Aku hanya diam memperhatikan mereka yang sedang berteriak-teriak menebak. Terlihat, Anis pun ikut menebak.

Before Sunset [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang