LF - 7

1K 71 1
                                    


Usia Ren sudah memasuki bulan ke 6. Sedang lucu-lucunya juga. Dia bahkan sudah bisa tengkurap sendiri. Tangan dan kakinya mulai kuat untuk menopang tubuh mungilnya.

"Eh anak Daddy udah bangun sayang" ucap Yon menggendong Ren yang sudah terbangun dari tidurnya.

Ren melihat Daddynya pun tertawa seakan senang karena akan di angkat dari box bayi.

"Pinternya anak Daddy gak nangis" ucap Yon sambil mengangkat tinggi sang putra membuat tawa putranya semakin pecah.

"Mommy lagi mandi sayang" ucap Yon setelah mengendong Ren menghadap depan.

Yon berjalan ke arah jendela supaya sang putra bisa melihat ke arah luar.

Ren menepuk-nepuk kaca jendela dan Dia suka mendengar suara ketika tangannya bersentuhan dengan lapisan kaca membuatnya melakukan berulang-ulang.

"Udah nanti tangannya sakit" Yon mengehentikan tangan Ren lalu mengusap-usap telapak tangan Ren yang merah.

"Ren udah bangun" ucap Jie yang baru selesai mandi.

"Iya, Mommy" ucap Yon dan Ren langsung mengulurkan tangannya seakan ingin menghampiri Mommynya.

"Mau nen ya" ucap Jie menyisir rambutnya sebentar lalu mencepolnya.

"Sabar" ucap Yon saat sang putra mulai semakin memberontak seakan ingin menerjang Mommy dari pelukan sang Daddy.

"Iya Ayo" Jie mengambil alih Ren dari gendongan sang suami.

"Yon, minta Bibi siapin MPASI Ren ya" ucap Jie saat melihat suaminya yang akan keluar dari kamar.

"Iya" jawab Yon lalu meninggalkan sang istri yang menyusui putra mereka.

Ren sudah mulai MPASI, di mulai dengan makanan yang halus.





Jie mulai menyuapi Ren hanya saja baru 3 kali suap Ren mulai tidak mau membuka mulutnya dan selalu menghindar ketika Jie akan menyuapi nya.

"Sayang, satu lagi" ucap Jie membujuk Ren namun Ren tetap menghindar dan semakin membungkam bibirnya.

"Gimana anak Daddy gak mau makan?" Yon berjalan menghampiri mereka.

Ren melihat Yon pun tersenyum sambil menepuk-nepuk meja makannya.

"Kalau gak mau makan nanti ini gak gembil lagi" ucap Yon mencubit pipi gembil Ren.

"Na na na" oceh Ren.

"Baru 3 sendok" ucap Jie.

"Coba sini" ucap Yon mengambil mangkuk MPASI Ren.

"Ayo A, Aaa~" ucap Yon dan berhasil.

"Kok sama Daddy mau tapi kalau sama Mommy susah" ucap Jie seperti merajuk.

Namun Ren hanya fokus memainkan mainannya yang berada di atas meja makannya.

"Cemburu kamu?" Tanya Yon.

"Enggak" Jie.

"Tuh Mommy jadi ngambek" ucap Yon membuat Ren yang awalnya menunduk pun mendongah dan melihat ke arah Mommy nya sambil mengulurkan mainan di tangannya.

"Mana bisa Mommy ngambek sama kamu" ucap Jie lalu menciumi pipi Ren membuat Ren tertawa karena geli.

"Udah ya, di suapin Mommy lagi. Daddy mau kerja ada meeting soalnya" ucap Yon.

"Iya, Dadah Daddy" ucap Jie melambaikan tangan kecil Ren.

"Dah sayang" ucap Yon sebelum akhirnya pergi.

Kegiatan pagi Yon setiap hari lebih berwarna sekarang.

.

.

"Nyonya ada yang datang" ucap Bibi pada Jie yang sedang menyusui Ren.

"Iya, sebentar lagi saya turun" ucap Jie.

Jie lalu turun dengan Ren di gendongannya.

"Haiii" Jie.

"Haii, Sorry nih" ucapnya pada Jie sambil menunjuk sang anak.

"Haii, Sorry nih" ucapnya pada Jie sambil menunjuk sang anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuh dedenya lagi nenen kaya Ren yah" ucap Jie pada Ren.

"Gimana kabar?" Tanya Jie cipika-cipiki dengan temannya itu.

"Baik, udah lama gak ketemu sama-sama udah punya anak aja" ucap Vanya.

"Ya siapa yang tau" Jie.

"Elo sih yang lebih mengejutkan" Vanya tertawa mengingat bagaimana keluh kesah temannya itu soal Suaminya.

"Udah lewat, anak Gua udah segede ini" Jie.

"Ganteng loh bibitnya Yon" ucap Vanya membuat Jie tersenyum bangga.

"Ganteng lah, bapaknya aja ganteng" Jie.

"Muji sekarang Lo, dulu Lo sumpah serapah mulu" Vanya.

"Dulu, itu Dulu" Jie tidak mau menyangkal Karena dulu memang yahh begitu.

"Udah, tuh malu sama Ren" ucap Vanya pada sang anak.

"Bangun tidur, tadi tidur di mobil pas turun terus kebangun" ucap Vanya.

"Beda sebulan kan anak kita?" Jie.

"Rea April"

"Ren Maret, berati Rea belum MPASI?"

"Minggu depan nanti mulai deh"

"Tuh Ren mau main sama Rea? Mana mainannya Ren. Main sama-sama ya" ucap Jie mencari mainan Ren lalu menaruh di karpet supaya kedua bayi ini bisa bermain bersama dan Ia bisa mengobrol dengan Vanya.

Saat Jie dan Vanya sedang mengobrol sambil mengawasi kedua bayi tiba-tiba.

Tuk

Huaaaa

"Eh, Loh Ren" Jie panik.

"Duh, Gak papa sayang" Vanya menghampiri putrinya yang menangis karena di pukul Ren.

Huaaa

Ren juga malah ikut nangis.

"Enggak, gak papa. Makannya jangan pukul-pukul temennya" Jie.

"Lucu banget si Ren" ucap Vanya yang sudah membuat sang putri diam dengan menyusuinya.

"Tau nih, kalau ada yang nangis ikut nangis" Jie.

"Ren gak boleh kaya gitu, tuh temennya nangis kan" Jie pada sang putra yang sedang menatap ke arah Rea yang sedang nenen.

"Baru ketemu temen yang seumuran sih ini" Jie.

"Bisa sering ketemu nih biar semakin kenal" Vanya.

"Boleh ya Tante, nanti biar Rea sering main bareng Ren" ucap Jie sambil menatap sang putra yang belum melepaskan tatapannya dari Rea.




La Famille Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang