Bab 59

232 9 0
                                    

Dua hari setelah kejadian kecelakaan ibu Agra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari setelah kejadian kecelakaan ibu Agra. Media massa di hebohkan akan kejadian tersebut, artis terkenal mengalami kecelakaan tunggal di jalan tol pada jam 10 malam. Hampir seluruh saluran televisi menyiarkan kecelakaan tersebut sampai beberapa rekaman kejadian dimana Milfa di bawa ke rumah sakit pun ada. Dua hari pula Agra tak datang ke sekolah, ntah kemana anak itu. Bisa jadi tetap menemani ibunya di rumah sakit atau sedang mengurung diri di rumahnya.

Dila menghela nafas panjang, hari ini pembelajaran bahasa Indonesia menjadi membosankan baginya. Tak ada lagi bahan ledekan bagi Dila, biasanya gadis itu akan meledek Agra karena anggota OSIS yang sangat patuh pada sekolah. Clara juga menjaga jarak dengan Dila karena merasa Lancie sedang memantaunya. Bermain dengan teman-temannya lain hanya membuatnya lelah, terlalu banyak menggibah membuat rencana tak berkembang.

Bel tanda istirahat pun berbunyi. Para murid berhamburan ke luar kelas menuju ke kantin sekolah yang menyiapkan menu makanan ayam goreng dan bihun wortel serta makanan sehat lainnya. Dila ikut bangkit dari bangkunya menatap Clara yang bangkit hendak keluar kelas. Clara belum tahu sama sekali kalau artis terkenal yang mengalami kecelakaan itu adalah ibu Agra.

Gua musti beritahu Clara biar dia nggak nanyain terus. Batin Dila.

"Clara!" Panggil Dila dengan suara kencang. Lancie dan Acha yang sudah di luar kelas pun sampai menoleh dan menatap ke arahnya.

Clara yang dirinya dipanggil hanya melirik dengan tatapan sinis, lalu hendak pergi mengabaikan panggilan Dila barusan. Dila tak terima begitu saja diabaikan gadis itu, lagipula ia juga harus memberitahukan kalau dirinya dan Agra sudah mendapatkan bukti kebusukan kepala sekolah mereka.

"Lu budeg ya?" Dila mencegat tangan Clara.

Gadis itu langsung menepisnya, "apaan sih lu?" Seru Clara dengan wajah galak. Lancie dan Acha menonton pertengkaran mereka. Bukan hanya mereka berdua bahkan murid yang masih di kelas menatap mereka penasaran.

Dila menatapnya tajam, memberikan tanda kalau dirinya hendak memberitahukan sesuatu pada Clara. Gadis itu mendelik tak peduli dan meninggalkan Dila menuju ke arah bertolak belakang dengan kantin.

"Clara! Woi!" Dila berseru kesal apa salahnya mendengarkan dirinya sejenak.

Clara mempercepat langkahnya, mereka hampir sampai di laboratorium sekolah yang kosong. Anak kelas tiga yang sebelumnya belajar disana telah meninggalkan ruangan. Dila mencegat tangan Clara dan menariknya dengan wajah jengkel.

"Apa?" Tanya Clara dengan tatapan sinis.

"Gua ma-"

"Iya emang gua! Kenapa nggak puas lu?" Clara berkata dengan nada galak. Dia menepis lagi tangan Dila dan mendekatkan bibirnya ke telinga gadis di hadapannya.

Dila tak paham apa yang sedang dilakukan Clara ini. Namun begitu gadis itu membisikkan sesuatu. "Lancie sama Acha ngikutin kita."

Dila mengangguk paham. Ini drama agar mereka tak curiga kalau kami berdua telah bersekongkol. Dila menatap marah ke arah Clara membalas pura-pura menampar wajah Clara.

"Gila lu! Beraninya lu naruh bangkai tikus di loker gua!" Dila berseru marah. Dia belum tahu dimana Lancie dan Acha sedang menonton mereka sekarang.

Clara mendengus sambil tersenyum miring. "Peduli apa gua? Hah? Gara-gara lu bokap gua sampai ambil balik semua properti atas nama gua, tahu nggak?" Anak itu berseru balik, lebih galak daripada Dila barusan.

Benar kata Clara. Lancie dan Acha sedang menonton mereka dari balik persimpangan antar kelas dua dan tiga. Mereka mengintip mereka berdua yang dari belakang terlihat sedang bertengkar. Dila juga beberapa kali menunjuk-nunjuk Clara dan sebaliknya Clara juga mendorong sedikit tubuh Dila dengan tangan kirinya.

"Mereka masih disana?" Bisik Dila.

"Iya kenapa lu hah? Ngajak ribut lagi lu?" Clara menjawab sambil mempertahankan drama pertengkaran mereka.

Dila mengumpat dalam hati. Padahal ia ingin memberitahukan segera akan kejadian malam dua hari yang lalu pada Clara namun para geng bully itu malah menghambat semuanya. Clara dan Dila masih berpura-pura bertengkar dengan alasan Clara menaruh bangkai tikus di dalam loker Dila. Acha dan Lancie seolah tak terlalu tertarik akan hak sepele seperti itu. Mereka langsung beranjak pergi saat Clara mendapatkan tamparan (palsu) kedua dari Dila.

Lengang, hanya ada mereka berdua di lorong laboratorium sekolah itu. Dila menyeret Clara dengan kasar sampai akhirnya cctv tak lagi menangkap mereka berdua dengan jelas. Kedua gadis itu bergegas menuju ke gudang penyimpanan alat olahraga yang kosong.

"Kenapa?" Tanya Clara tanpa basa-basi. "Gua yakin gua udah bilang sama lu kalau di sekolah selama beberapa hari ke depan jangan ngajak ngomong gua."

Dila berdecak sebal. "gua tahu, tapi ini mendesak Clara. Gua musti beritahu lu seharusnya sejak dua hari yang lalu." Ujar Dila menghenyakkan badannya ke atas matras olahraga.

Clara menatap bingung, ia masih berdiri menunggu Dila membuka mulut untuk bicara.

"Gua sama Agra usah dapet buktinya." Dila akhirnya mulai bicara. Clara yang mendengar kalimat pembuka tersebut terkejut bukan main.

"Apa?" Serunya.

"Gua tahu ku bakal kaget. Dua hari yang lalu gua sama Agra masuk diam-diam ke ruangan pak Mahessa. Kami menemuin bukti di dalam sana. Banyak bah-"

"Lu masuk ke sana? Gila ku Dila! Kalau ketahuan gimana?" Clara memotong tak sabaran. Jelas dia sedang marah saat ini pads gadis itu.

Dila menghela nafas singkat, "nggak bakal. Agra udah pastiin kalah cctv di ruangan pak Mahessa nggak bekerja malam itu selama 3 jam jadi kami berdua aman. Buktinya Clara, buktinya. Bahkan masalah rekaman di ruangan pembullyan Lancie juga ada, di halus secara bertahap setiap minggunya. Dan yang lebih parahnya lagi lu nggak bakal nyangka."

Clara menelan ludah, suasana diantara mereka berdua terlihat tegang. Dia akhirnya duduk dan juga hendak menyampaikan sesuatu.

"Gua juga, sebenarnya dua hari yang lalu gua udah dapet bukti penggunaan narkoba Acha."

Kali ini Dila yang syok sampai menganga tak percaya. Kenapa Clara tak memberitahunya?

"Gua belum kasih tahu karena mereka berdua akan curiga. Buktinya pas saat gua datang ke rumah Acha jadi lebih baik tunggu beberapa saat lagi." Timpal gadis itu sambil mengusap pelan wajahnya.

"Tapi apa maksud lu dengan 'lu nggak bakal nyangka?' ada yang aneh?"

"Aneh banget malahan." Jawab Dila. Dia sudah tak tahan untuk menceritakan semua hal yang dia dan agra temukan di ruangan kepala sekolah dua hari yang lalu. Di lemari dokumen tersebut, bahkan dua lemari dengan barang-barang aneh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia Kembaranku [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang