Bab 53

209 9 0
                                    

"Ngeselin banget sih, apa susahnya jawab pertanyaan gua sebelum minggat," Dila masih mengomel sambil kembali duduk ke matras olahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngeselin banget sih, apa susahnya jawab pertanyaan gua sebelum minggat," Dila masih mengomel sambil kembali duduk ke matras olahraga.

Agra tertawa kecil, "kayaknya Clara mau pakai rencananya pas datang ke rumah Acha hari ini." Ujar Agra sambil mengambil sebotol minuman.

Dila mengangkat satu alisnya bingung, "rencana apaan?"

"Rencana buat nyari bukti kalau Acha beneran pake narkoba," jawab Agra laku meneguk minuman dari botol berwarna hijau ditangannya.

Dila mulai mengangguk-angguk memahami perkataan Agra yang cukup masuk akal dengan sikap Clara tadi. Dila meriah sebuah kotak berisi salad buah yang terlihat sangat menyegarkan.

"Rencananya gimana?" Agra mendadak mengubah topik pembicaraan mereka.

Dila mendengus sebal teringat perkataan Clara yang menolak mentah-mentah rencana tadi. "Nggak tahu." Jawabnya dengan wajah sebal.

"Menurut gua nggak terlalu jelek kok, tapi harus benar-benar tahu kapan waktu dimana cctv itu di nonaktifkan beberapa saat dan berapa lama." Ujar Agra yang seolah pro dengan pendapat Clara, membuat wajah Dila semakin sebal.

"Au ah!"

Agra tersenyum menahan agar suara tawanya nggak keluar, "tapi bukan berarti gua nggak tahu, gua usah hampir dua tahun jadi OSIS dan tahun ini ketua OSIS." Tambah Agra membuat Dila sedikit melirik ke arahnya.

Ni anak ngomong apaan? Kagak paham gua, bisa langsung ke intinya aja nggak? Batin Dila tak sabaran.

"Gua tahu kapan cctv di nonaktifkan di ruangan kepala sekolah, tepatnya setiap waktu ada dimana cctv di sekolah ini dinonaktifkan selama 1 jam ntah demi apa yang pasti itu teratur dan simetris. Siklusnya selalu dari ruangan kepala sekolah hingga ke gedung Komite sekolah."

"Terus? Sekarang udah dimana?" Tanya Dila tak sabaran.

Senyum Agra lagi-lagi terbentuk, "beruntung banget, malam ini cctv di ruangan kepala sekolah yang bakal di nonaktifkan." Jawab Agra langsung membuat wajah Dila cerah.

"Jadi?".

"Rencana itu bener-bener harus di lakuin malam ini." Tambah Agra membuat Dila melonjak kegirangan.

Dila masih sibuk melompat sambil mengangkat kedua tangannya kegirangan. Ini benar-benar tak ia sangka sampai rencananya yang selama ini membuat Dila harus bergadang agar diterima oleh Agra dan Clara. Tapi lihatlah sekarang waktunya datang sendiri.

"Mau ngajak Clara?" Tanya Agra. Senyum Dila langsung hilang digantikan wajah masam.

"Nggak, dia pasti bakal ngapain lagi, terus bilang nggak boleh kalau nggak pake rencana! Lu udah gila? Rencana lu nekad! Pasti bakal gitu. Nggak usah ikut si Clara." Jawab Dila langsung berseru tak setuju.

Agra mengangguk, lagipula Clara juga ada urusan dengan Acha di rumahnya dan jelas-jelas itu kesempatan emas juga untuknya. "Jadi cuma berdua."

"Kok berdua?" Dila tampak bingung. Bukankah hanya dia yang akan menyusup masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.

"Lu nggak bakal bisa meretas cctv yang menuju ruangan kepala sekolah, jadi lu nggak bakal bisa pergi sendirian. Gua bakal ikut lu buat menyusup ke ruangan kepala sekolah." Ujar Agra dengan senyum ramah.

Dila menatap cukup lama kemudian mengibaskan tangannya seolah tak peduli, "terserah pokonya malam ini kita berangkat ke ruangan kepala sekolah." Jawabnya tampak tak peduli dengan perkataan Agra tadi.

"Oke, nanti bakal gua kabarin jam berapa kita bakal ke sekolah ini. Jadi siap-siap aja di rumah bakal gua jemput nanti." Ujar Agra sambil bangkit dari matras olahraga yang ia duduki.

Dila mengangguk dengan wajah bersemangat akhirnya setelah hampir menghabiskan waktu sebanyak 6 bulan untuk balas dendam Dira akhirnya mereka memasuki tahap awal pemberian attack untuk keluarga Mahessa dan koruptor lainnya.

                                ✨✨✨

Pukul 8 malam Dila sudah berada di kamarnya setelah selesai makan malam bersama Santi dan Agam. Sesuai janji Agra akan mengabari Dila sekitar jam 6-7 malam, gadis itu sudah bersiap dengan baju ala-ala penyusup di dalam film-film Hollywood. Mengenakan Hoodie hitam, memakai celana panjang hitam, sepatu bot hitam, topi, masker, dan sebuah kacamata hitam intinya yang dikenakan Dila saat ini hitam semua.

Agra :
Udah di belakang rumah.

Dila mengangguk bergegas keluar dari kamarnya sambil menaruh sebuah tas hitam polos di pundaknya. Dila berjalan diam-diam menuju belakang rumah yang memiliki sebuah pintu darurat.

Nggak ada orang kan? Batin Dila.

Awalnya terlihat tak ada seorang pun di ruangan tengah namun tiba-tiba tawa Agam terdengar dan juga suara Santi.

"Denger-denger kalau saham perusahaan pak Jodie turun makanya ada perayaan tadi di kantor," ujar Agam sambil tertawa puas.

"Kayaknya pak Jodie bakal ngamuk beberapa waktu ke depan." Sahut Santi juga tertawa kecil.

Dila tak peduli soal pembahasan mereka yang sama sekali tak ia pahami. Dila melanjutkan langkahnya diam-diam, mengendap-endap disepanjang jalan menuju halaman belakang rumah. Sebisa mungkin Dila menghindari kawasan yang menangkap kehadirannya di cctv rumah.

Cukup banyak namun ada beberapa tempat yang membuat Dila tak tertangkap oleh cctv contohnya saja melewati halaman belakang yang beberapa pohon Bidara India tumbuh dengan subur. Dila semakin dekat dengan pintu darurat yang ada di balik sebuah air mancur yang memiliki akses menuju belakang. Dila menarik sebuah batu yang mirip dengan patungan kasti lalu sebuah pintu kayu muncul dari balik air mancur yang mendadak terhenti.

"Ayok semangat," ucap Dila untuk dirinya sendiri sebelum membuka pintu darurat tersebut.

Dila akhirnya membuka pintu dan bergegas melewatinya. Di belakang sana sudah ada Agra yang menunggu dengan sebuah motor baru yang tak memiliki plat nomor ataupun kelengkapan lainnya. Dila melambaikan tangan sambil memanggil nama Agra.

"Sorry lama, ada Om sama Tante di ruangan tengah tadi," Dila berkata sambil mengusap belakang kepalanya.

"Nggak kok," jawab Agra sambil menatap Dila dari atas sampai bawah, "udah siapkan?"

Dila mengangguk, "siap dong."

Agra menyerahkan sebuah helm berwarna abu-abu gelap pada Dila. "Pake biar aman selama perjalanan nanti." Ujarnya sambil mulai menyalakan mesin motor.

Helm abu-abu gelap tersebut langsung dikenakan Dila ke kepalanya. Kemudian ia naik ke motor dan duduk di jok belakang motor. Agra menatap Dila dari kaca spion sambil tersenyum simpul.

"Kita berangkat Dila."

"Berangkat!"

Motor langsung melesat cepat meninggalkan rumah Agam yang jelas-jelas tak mereka ketahui kalau anak gadis mereka sudah kabur dan sedang merencanakan sebuah tindakan yang nekad demi balas dendam sang adik.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia Kembaranku [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang