Bab 25

384 18 0
                                    

Motor yang di kendarai oleh Agra melewati jalan raya yang sangat sepi, pukul 09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor yang di kendarai oleh Agra melewati jalan raya yang sangat sepi, pukul 09.06 memang waktu yang masih terlalu pagi untuk kedua remaja itu pulang ke rumah mereka.

Dila yang duduk di belakang menjaga jarak dengan Agra agar tak mengenai cowok sedikitpun. Diam-diam Agra melirik wajah tegang Dila dari kaca spion motornya.

Pfft! Lucu. Pikirnya.

Ya Allah, ya Gusti cepetan sampai napa? Udah capek tegang begini, batin Dila merengek.

Motor berbelok ke kanan menunjukkan persimpangan yang sangat sering terjadi macet, Dila merapalkan doa-doa agar mereka cepat sampai ke rumah Agam.

Setelah doa dan penantian akhirnya mereka sampai di depan rumah Agam yang tampak sangat sepi, Dila bergegas turun Agra sudah menghentikan motornya di depan gerbang rumah.

Sepanjang jalanan tadi mereka menjadi pusat perhatian bagi orang-orang yang masih berada di jalanan, melihat mereka berdua yang terkena cat merah di hari selasa.

Dila awalanya berniat untuk pergi begitu saja, tapi ia tiba-tiba teringat dengan Agra yang sudah rela mengantarkan dirinya dan terkena cat juga.

Aduh~ mau ditinggalin nggak tega, mau di diajak ngomong males. Batin Dila mengutuki nasibnya sendiri.

Dengan berat hati Dila berbalik kembali ke arah Agra dengan wajah tertekan, "mau masuk dulu?" Tanya Dila tak menatap ke arah Agra.

Cowok itu menatap Dila dahulu lalu menatap dirinya yang tampak berantakan, "boleh!"

Anjing! Ngapain lu terima? Kan gua cuma tawarin!! Batin Dila mengumpat kesal.

Dila menghela nafas berat dan membuka gerbang rumah Agam perlahan dengan bantuan Agra. Dalam hari ia sudah selesai mengabsen kebun binatang, berbagai macam kata umpatan dan tentunya mengutuki Agra sampai ke moyangnya.

Langkah kedua remaja itu mulai memasuki pekarangan rumah yang tampak bersih dan rapi. Dila bergegas berjalan menuju ke pintu depan yang tertutup rapat. Tangan kanan Dila menjulur dan menekan bel yang sudah tertaruh di dekat pintu tersebut.

Ting-tong!

Dila menunggu agar seseorang membukakan pintu tersebut untuk mereka berdua. Agra yang berdiri di sampingnya menatap gadis itu sambil mengangkat satu alisnya heran.

"Kenapa pencet bel?"

"Biar mastiin Bi Anis masih di rumah," jawab Dila menunggu.

Tak berselang lama pintu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang mengenakan kebaya berwarna hitam putih.

"Lho? Neng Dil- Dira  kok udah pulang aja? Ini kok udah penuh cat?"  Tanya Bi Anis, ia barusaja hampir keceplosan memanggil Dila dengan nama aslinya di dekat Agra.

Dila menyeringai, "hehe tadi nggak sengaja ke tumpahan," jawab Dila tertawa garing sendiri.

Bu Anis menghela nafas panjang, "yaudah masuk neng Dira, Den Agra juga."

Dia Kembaranku [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang