22. kembali.

902 71 10
                                    

Sudah sebulan Taeyong berada disini bersama Ten. Banyak kejadian yang membuat Taeyong harus berhati-hati kepada Ten. Kenapa harus berhati-hati? Karena Ten dengan gilanya mau bunuh diri meredam seluruh tubuhnya di bathtub dan tangannya dia goreskan menjadikan airnya berwarna merah. Untung saja disana ada tantenya yang mengecek Ten kalau tidak sudah di pastikan Ten tidak selamat.

Dengan kejadian itu Taeyong selalu mengawasi gerak-gerik Ten sampai sekarang dia  menunggu Ten bangun. Ten pasti sangat terpuruk sekarang dia pasti melakukan itu karena sudah tidak kuat dengan takdir yang menyedihkan. Taeyong paham sekali apa yang di rasakan Ten sama dengan yang di rasakan Taeyong.

Taeyong duduk di kasur dengan menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Taeyong mengelus surai halus Ten, sepertinya Ten terganggu dengan sentuhan Taeyong sampai dia membuka matanya.

"Taeyong!" Padangan pertama yang Ten lihat adalah Taeyong yang tersenyum padanya.

"Iya Ten. Maaf aku mengganggu tidur mu!" Tangan Taeyong berhenti mengusap surai Ten.

"Tidak apa. Yongie ngapain disini?" Ten dengan perlahan membangunkan dirinya untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.

"Menunggu mu bangun." Jawab Taeyong dengan senyuman manisnya.

"Kenapa tidak membangunkan aku saja Tae? Kasian kau menunggu ku lama." Taeyong menjawabnya dengan gelengan kepalanya.

"Kau tidur sangat nyenyak aku tidak tega membangunkan mu. Aku juga tidak menunggu mu lama."

Ten terkekeh dibuatnya. Dia tau Taeyong menunggunya karena takut dia akan berbuat hal yang nekat.

"Kau menjagaku agar aku tidak berbuat gila lagi?" Tanya Ten yang di jawab anggukan kepala Taeyong.

"Benar sekali! Aku tidak mau kau kenapa-kenapa Ten!" 

Ten menunduk merasa bersalah dengan kejadian kemarin. "Maaf aku merepotkan mu! Tidak seharusnya aku melakukan itu. Untung saja baby kuat kalau tidak aku akan menyalahkan diriku sendiri yang begitu bodoh."

Taeyong tersenyum tipis dia mengelus pundak Ten menenangkan. "Tidak apa Ten. Hanya saja kau tidak boleh melakukan hal bodoh lagi! Aku tidak suka!" Ten tersenyum dan mengangguk semangat.

Ten memang menggemaskan Taeyong rasanya ingin mencubit pipi tembam Ten. Karena terlalu gemas Taeyong cubit saja pipi Ten yang di balas marahan Ten.

"Aauu… kenapa di cubit? Sakit tau!"

"Makanya jangan gemas-gemas!"

Ten memprout bibirnya. "Sudahlah. Ayo kita turun aku sudah lapar!" Ten beranjak dari kasurnya dan berjalan meninggalkan Taeyong.

"TEN TUNGGU AKU!"

.

Seorang pria yang terus mengetik dan mengurus semua berkas yang berada di mejanya. Pandanganya terus menatap dengan fokus dia ingin secepatnya selesai dan bisa mencari seseorang yang harus dia temui.

"Akhirnya selesai!" Jaehyun melepas kaca mata yang bertengger di matanya.

Rasa lelah dan kantuk yang dia rasakan tidak di pedulikannya. Dia langsung bergegas pergi membawa kunci mobilnya bergegas bergerak matanya tidak melihat satu pun orang di sana karena memang tanggal merah.

Melaju kecepatan mobil yang cukup cepat. Untung saja jalan sangat sepi. Mobilnya berhenti di sebuah rumah besar bercat putih. Memasukinya dan duduk di sofa sebelah pria itu.

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Jaehyun menyilangkan kakinya.

"Aku belum menemukan nya." Jawab pria itu dengan santai.

Mas Jaehyun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang