Chapter; 27.

1K 109 0
                                    

Jngan lupa vote!

Selamat membaca!






















Seluruh destinasi wisata atau destinasi kuliner, sudah di kunjungi Zara dan Chiko. Keduanya menikmati masa honeymoon di labuan bajo selama dua minggu. Dua minggu telah berlalu, waktu honeymoon mereka sudah habis, acara honeymoon mereka di akhiri dengan membeli beberapa oleh oleh, setelah itu mereka langsung pulang menuju Jakarta.

Pesawat yang di tumpangi Zara dan Chiko sudah sampai di jakarta pada pukul lima pagi tadi, tak banyak hal yang bisa mereka lakukan, di karenakan cape dan ingin beristirahat. Keduanya langsung menuju rumah baru mereka, rumah pribadi milik Chiko yang di beli Chiko dari jauh jauh hari. Tidak ada yang tau tentang Chiko membeli rumah ini, bahkan Zara sebagai istrinya pun tak tahu.

Zara sebenarnya ingin bertanya, namun rasa capek dan kantuknya lebih berat daripada rasa penasaran.
























Pasangan suami istri baru ini, sedang bersantai di kasur. Sang istri sedang memerhatikan film yang di tayangkan lewat layar televisi, sedangkan sang suami sibuk dengan handphone. Zara melirik ke arah suaminya yang sedang menonton kartun paw patrol, tangan Zara terus bergerak mengusap rambut Chiko.

" Mas.. " Panggil Zara.

" Iya sayang? " Jawab Chiko sembari mematikan kartun nya.

" Aku boleh nanya, sayang? " Tanya Zara.

" Boleh sayang, mau tanya apa?" Jawab Chiko.

Zara terdiam beberapa detik.

" Kapan kamu beli rumah ini? Dan kenapa kamu gak kasih tau? Aku berhak tau kan?, aku istri kamu " Ucap Zara.

Chiko tersenyum, ia meletakkan handphone dan duduk.

" Aku beli rumah ini, satu minggu sebelum pernikahan kita. Jadi waktu itu... " Jawab Chiko.











***

Chiko duduk di kasur, ia menghembuskan nafas kasar nya. Hari ini ia sangat padat sekali, ia baru saja mengumpulkan persyaratan menikah seorang perwira. Setelah mengabari sang kekasih, Chiko berniat untuk langsung tidur. Namun, aksi nya tertahan saat dia mendapatkan telfon dari nomor tak di kenal.

Alis Chiko tertaut.

" Halo " Sapa Chiko setelah menjawab telfon.

" Halo Chiko, ini papa nak" Jawab Reno dari seberang sana.

Chiko menganggukk lega.

" Ada apa, pa? " Tanya Chiko.

" Kamu sebentar lagi menikah, sudah punya rumah? " Tanya Reno to the point.

" Sudah, pa. Rumah dinas punya Chiko, ada " Jawab Chiko santai.

" Astaga, Chiko. Kau menikahi seorang putri dari Jendral mu " Omel Reno.

" Sudah, besok kamu ke penjara. Ambil surat tanah sekaligus sertifikat rumah, setelah itu kamu ke notaris tanah dan ganti atas nama kamu, setelah itu kamu di tempati rumah papa " Lanjut Reno.

" Tenang, rumah itu belum papa tempati. Buat kamu saja" Sambung Reno.

" Papa beneran? Ngasi rumah itu buat aku? Bukannya rumah itu punya abang? " Jawab Chiko.

" Haishh..., Kau memikirkan abang kau? Abang kau sudah tak tau kemana perginya, Chiko. Sudah rumah itu buat kamu dan istri mu saja " Jawab Reno.

" Iya, pa. Makasih ya pa? Besok Chiko urus " Jawab Chiko.

" Iya nak "

Sambungan telfon terputus, Chiko menutup handphone nya, ia tersenyum.




***













Chiko menatap Zara, ia tersenyum.

" Sudah paham, istriku? " Tanya Chiko.

Zara menganggukk mantap.

" Paham, mas. Jadi, ini dulu punya papa? " Tanya Zara.

" Iya sayang, tapi sekarang sudah punya aku. Karena sudah aku balik nama, jadi atas nama aku. Bukan atas nama papa" Jawab Chiko.

Zara kembali menganggukk. Ia tersenyum.

" Maaf ya sayang, rumahnya gak sebesar rumah kamu" Ucap Chiko.

" Gapapa, mas. Rumah ini akan menjadi lembaran baru untuk keluarga kecil kita " Jawab Zara.

Chiko tersenyum.

" Maksud kamu, Aku, kamu dan anak kita nanti? " Tanya Chiko.

" Iya sayang " Jawab Zara lembut.

Keduanya tersenyum dan saling tatap.

" Ingin punya rumah, tuk tempat bermesra " Ujar Chiko dan Zara bersama.

" Kau di panggil Ibu " Ucap Chiko Zara

" Sementara aku Ayah " Lanjut keduanya

" Bertukar cerita di ruang keluarga " Lanjut keduanya.

" Bercengkrama dan meminang buah hati kita... " Lanjut Zara dan Chiko.

Chiko menempelkan dahi nya ke dahi Zara. Keduanya tersenyum sembari memejamkan mata.

" Sederhana. . . "  Sambung Zara dan Chiko.

Chiko mengakhiri lagu dengan mencium bibir Zara, dengan senang hati Zara membalas ciuman Chiko. Keduanya terkekeh, malam itu menjadi malam yang indah, pasalnya pasutri baru tersebut sedang bertukar cerita sampai mereka tertidur.























Cinta itu, datang dan tumbuh secara tiba tiba. Yang sering kita kira hanya sepele atau kagum, rupanya berlanjut sampai rasa menyukai dan mencintai, bahkan rasa memiliki nya. Cinta tak bisa dipaksa, Cinta tak bisa di ganggu, gugat tak peduli seberapa tinggi kasta dan derajat.

Memiliki pasangan yang langgeng, sampe pernikahan bahkan sampe ajal memisahkan memang impian semua orang yang menjalin hubungan, apalagi jika mendapatkan pasangan sesuai dengan kriteria nya. Chiko dan Zara merasakan hal itu, keduanya menjalin hubungan berpacaran sampai Chiko berani membawa hubungan nya ke jenjang lebih lanjut.

Keduanya hidup berbahagia, menjalani hari hari bersama sebagai sepasang suami-istri. Zara yang humoris dan memiliki Chiko si pelawak. Hari hari Zara maupun Chiko sama sama lebih berwarna, keduanya saling mengisi kekurangan satu sama lain.



















Jangan lupa vote, terimakasih





Rujak Cireng
[26/07/23]






















𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀 ( 𝐄𝐍𝐃)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang