Natha Maheswari berlari menaiki tangga Peringgi, kampusnya. Dua tahun berlalu sejak malam itu, kini dia sudah menjadi mahasiswi Peringgi bersama Wen.
Mereka menjadi bagian dari angkatan yang terkena masa pandemi karena virus yang menyerang sistem imunitas warga Tora satu tahun silam sehingga semua kegiatan beralih menjadi kegiatan yang dilakukan secara online.
Hal itu sangat menguntungkannya yang gemar bangumn siang. Kalau bukan karena Wen yang rajin menelpon untuk membangunkannya, mungkin dia harus mengulang kembali pelajaran karena keseringan bolos.
Masa-masa awal pandemi begitu sulit karena perekonomian menurun drastis. Beruntung dengan adanya vaksinasi membuat kekebalan tubuh yang dirasakan masyarakat, menurunkan angka kejadian penyakit. Dengan mendapatkan imunisasi maka tubuh dapat mengenali bakteri sehingga upaya perlindungan dari tubuh akan terjadi dan membentuk antibodi yang spesifik.
Pada awalnya himbauan untuk mendapatkan imunisasi ditolak oleh sebagian besar kelompok dengan dalih ini adalah cara untuk menguasai negara Tora oleh pendatang dari negeri lain. Beruntung pada akhirnya mereka menyadari jika ini hanya akal bulus dari pihak yang tidak bertanggung jawab dan mulai mengikuti himbauan yang ada.
Pada akhirnya, angka kejadian pasien yang positif virus ini mulai menurun dan kegiatan online mulai berganti menjadi offline, salah dua contohnya adalah kegiatan di kantor dan Peringgi.
Hari ini Natha ada kelas pagi, sayangnya dia kembali mengulang cerita lama. Natha tidur tengah malam, sehingga terlambat bangun. Hal klise yang terjadi berulang kali, sialnya hari ini dia ada kelas pagi dan yang mengajar adalah dosen killer menurutnya.
"Harusnya aku langsung bangun pas dengar bunyi alarm, sial," umpatnya berulang kali sambil tergesa-gesa menaiki tangga. Seperti biasa, saat jam masuk kelas pagi sudah tiba, maka lift di Peringgi akan penuh dengan segerombolan mahasiswa, pemandangan yang biasa dijumpai oleh mahasiswa yang gemar terlambat.
Di Peringgi manapun, pasti akan dijumpai hal seperti ini. Sebagian terlihat santai saja sambil melirik ke layar ponsel dan memainkan permainan di aplikasi ponsel, sebagian lagi menguap dan mengucek matanya dengan ekspresi wajah yang menyiratkan dia masih mengantuk, sebagian lagi terlihat grasak-grusuk dan gelisah sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Jalan terakhir bagi mereka yang gelisah adalah naik tangga dan mengejar waktu supaya bisa sampai di kelas tepat waktu.
Apapun akan ditempuh bagi pejuang waktu, kaki keram dan peluh keringat yang menyusuri wajahnya tidak lagi mereka pedulikan. Urusan capek dan badan keram akan menjadi urusan belakang, yang penting adalah tidak diusir dari kelas oleh dosen. Dosen di Peringgi tempat Natha berkuliah terkenal dengan dosen killer dan disiplin. Di antara semua dosen killer, dosen yang akan mengajar kelas Natha pagi ini adalah yang paling disiplin dan kaku seperti kanebo kering.
Natha menggenggam erat pegangan tangga yang ada, berharap membantunya untuk tetap berdiri dan naik tangga secepat kilat. Seakan-akan jika tidak ada pegangan itu, dia akan terjatuh saking lelahnya bergerak cepat. Keram sudah terasa di otot tangan dan kaki, serta punggung. Kelas bahkan belum dimulai, dan dia sudah kelelahan. Bayangan kasur empuk di rumah membuatnya ingin pulang dan mengambil jatah bolos.
Sayangnya, pikiran Natha terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang satu mengatakan dia harus menggunakan jatah ini dalam kondisi mendesak, sedangkan kubu lainnya mengatakan dia balik saja ke kantin dan makan atau pulang lalu melanjutkan istirahatnya. Natha akan selalu memilih pilihan pertama yaitu tetap mengusahakan yang terbaik dan pergi ke kelas. Apapun yang akan terjadi, sudah menjadi resiko karena dia bangun terlambat.
Natha sudah sampai di depan kelasnya, dari kaca terlihat teman-temannya sudah duduk rapi dan memperhatikan ke papan tulis. Wajahnya semakin memucat, dia yakin dosennya sudah ada di dalam kelas. Setelah meneguk ludah, dia mengetuk pintu pelan lalu masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wish- TAMAT
RomanceWen Sidharta hanya ingin mati.Hidup pun percuma, tiap hari Ayahnya semakin tidak tahu diri menyakiti hati ibu. Dia tidak pernah melupakan cinta pertamanya, meninggalkan Wen dan ibu hidup berdua hingga tetangga barunya datang, Natha Maheswari. Berdua...