Hari Sabtu tinggal menghitung hari. Semakin dipikirkan hanya akan membuat Wen sakit perut. Dia terus memikirkan kalimat penjelasan model apa yang akan dia dengar dari Natha. Wen tidak sadar dengan Natha yang baru kembali dan duduk di kursi sampingnya.
Dengan kesengajaan, dia memilih diam dan memperhatikan Wen. Entah apa yang dia pikirkan, tapi Wen terlihat gusar. Natha baru ingin menyapa Wen begitu Amerta datang dan menepuk pundak Wen pelan.
"Wen, ini ada air putih hangat. Aku bawain teh manis hangat juga. Ini manjur buatku saat aku nggak enak badan, mungkin bisa manjur juga di kamu," ujarnya sambil mengulurkan dua cangkir padanya.
"Oh, makasih. Ini udah lebih baik, kok. Aku cuman butuh istirahat aja," balasnya sambil tersenyum. Dia tetap menerima pemberian Amerta.
"Sama-sama. Wen, mamaku tadi kirim pesan buat ajakin kamu makan malam. Mama senang aku akhirnya punya pacar setelah sekian purnama. Kamu harus datang ya!" ajak Amerta dengan semangat.
Sementara Natha terdiam dengan wajah pucatnya. Dia menggigit bibirnya perlahan-lahan kebiasaanya setiap kali merasa kesal. Dia sudah merasa gusar sedaritadi, entah apa yang ada dalam pikirannya, padahal Natha ingin menyenderkan kepala di bahunya saja dia tolak.
"Kapan?" tanya Wen lagi. Natha tercekat mendengarnya, selama ini Wen selalu menolak ajakan dari teman-temannya untuk nongkrong atau pergi ke luar selain untuk mengerjakan tugas kuliah. Namun, Wen tidak menolak ajakan Amerta.
Amerta terlihat girang mendengar kalimat positif dari Wen. Ya, dia menganggapnya sebagai kalimat positif. Mereka terlihat seperti dua pasangan yang serasi, sama-sama cantik dan tampan. Amerta dan Wen mungkin tidak menyadari ini, tapi Natha sadar jika banyak pasang mata memperhatikan mereka berdua. Sudah banyak gosip yang diperbincangkan tentang hubungan Wen dan Amerta, bahkan ada yang terang-terangan menanyakan hubungan meerka berdua kepada Natha, karena menurut mereka Natha ini orang yang dekat dengan Wen.
Natha hanya bisa meringis lalu menjawab seadanya, dia tidak tahu hubungan pasti diantara mereka berdua karena Wen juga tidak mengatakan apa-apa padanya, hanya interaksi yang meyakinkan jika dugaan-dugaan itu benar adanya.
Natha mengepalkan tangannya, dia ingin pergi dari sini, pergi sejauh mungkin sehingga dia tidak bisa melihat kemesraan Wen dan Amerta lagi. Sayangnya, tidak bisa. Dia terjebak dalam situasi menyebalkan seperti ini.
Wen masih setia memandang wajah cantik Amerta, kulitnya yang mulus dan putih, badannya yang langsing dan tinggi. Belum lagi, rambutnya lurus dan terlihat begitu sehat. Amerta masuk dalam kategori cewek incaran kaum adam di sekolah ini, sedangkan Natha dilirik pun tidak.
Amerta terkekeh pelan lalu menatap kembali ke arah Wen. "Kalau bisa, sih, secepatnya. Nanti malam mungkin?"
Wen terdiam seperti menimbang-nimbang. "Nanti aku kabarin lagi, deh. Aku pastikan dulu semua aman, kalau nggak bisa nanti malam akan aku kabari secepatnya. Jangan tungguin aku, masih belum pasti soalnya."
"Tenang, pintu rumahku selalu terbuka buatmu, Wen."
Perasaan Natha semakin kacau balau, amarah menguasainya hingga ke titik terdalam. Namun, status menahannya karena dia tidak berhak marah ke Wen. Mereka hanya teman, tidak ada hubungan spesial diantara mereka berdua. Namun, benarkah demikian?
Natha menyandarkan badannya ke sandaran bangku dan menghela napas panjang. Ekspresinya tidak lagi ceria, binar di matanya sudah meredup sedari tadi. Natha tidak tahu apa yang harus dia lakukan, bagaimana menghadapi Wen selepas ini? Ekspresi macam apa yang akan dia tampilkan? Dia juga tidak tahu kenapa dadanya terasa nyeri menusuk hingga ke tulang-tulang.
Wen melirik ke arah Natha lalu mengerutkan kening heran. "Natha? Dari kapan kamu ada di situ? Aku nungguin kamu dari tadi, rupanya kamu udah di sini."
Natha menyadari ucapan Wen, dia menatap Wen lekat-lekat begitu saja, tidak ada balasan ucapan ataupun ekspresi ceria yang biasa dia tampilkan,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wish- TAMAT
RomanceWen Sidharta hanya ingin mati.Hidup pun percuma, tiap hari Ayahnya semakin tidak tahu diri menyakiti hati ibu. Dia tidak pernah melupakan cinta pertamanya, meninggalkan Wen dan ibu hidup berdua hingga tetangga barunya datang, Natha Maheswari. Berdua...