Natha dan Wen sudah berada dalam taksi online yang mereka pesan. Natha serius dengan bacaan pada layar ponselnya, dia bahkan tidak menyadari Wen beberapa kali memperhatikannya. Menyadari raut di kening Natha menarik perhatian Wen.
Dia mengulurkan tangan, meraih helai-helai rambut Natha yang terlepas dari jepitan dengan bentuk kupu-kupu berwarna hitam. Natha masih serius dengan bacaannya, langsung terdistraksi dan menatap Wen dengan tatapan melotot.
"Hah? Kenapa, Wen?"
Wen terdiam beberapa saat sebelum tertawa pelan. "Kamu serius banget, aku nggak ngapa-ngapain cuman rambutmu berantakan," jawabnya sambil menggeleng heran.
"Hah? Astaga, poniku, ya? Biasa, deh, suka ngajak gelud memang rambut ini," jawab Natha seadanya lalu kembali fokus dengan ponselnya.
"Serius banget, sih. Emang lagi chat sama siapa?" tanya Wen mencoba menarik kembali perhatian Natha kembali kepadanya.
"Oh, nggak, sih. Bukan chat sama siapa-siapa. Lagi baca artikel aja, seru soalnya."
"Tentang apa?"
"Dilema pasien gagal ginjal kronis di balik praktik ilegal jual beli organ. Aku baca di BBC news dari negara Indonesia. Kita sama-sama tahu kalau pasien gagal ginjal kronis harus mengantre lama untuk dapat donor secara legal, dan ada taruhan nyawa juga, kan? Pasti ada perasaan putus asa, karena bertaruh dengan nyawa. Hal macam ini yang buat orang akan melegalkan segala cara demi mendapatkan apa yang dia mau, termasuk mendapatkan donor secara ilegal."
"Indonesia? Kenapa kamu tertarik dengan negara Indonesia?"
"Selain karena idolaku dari negara Indonesia, aku ingin pergi ke Bali. Lihat sunset, makan jajanan khas di sana. Pasti menyenangkan, Wen," ujar Natha sambil tersenyum.
Wen mengelus kepala Natha, dia takut mereka tidak punya kesempatan untuk mewujudkan keinginan gadis manis ini.
"Yah, sebenarnya karena artikel ini muncul di kolom pencarian, aja sih. Jadi, kubaca lebih lanjut. Perjuangan antara hidup dan mati, ya, Wen."
Perubahan ekspresi Wen cukup menggambarkan suasana hatinya, dari biasa saja menjadi sedih. Natha akan ikut sedih kalau melihat pujaan hatinya bersedih, karena itu dia ingin menjadi pendonor baginya.
Dia tidak ingin Wen tersiksa lebih lama lagi, Natha tidak ingin Wen frustasi menunggu giliran mendapatkan donor sedangkan dia tersiksa dengan penyakitnya. Wen sedang bertaruh dengan waktu, Natha sadar kalau semangatnya mulai memudar sedangkan Natha tidak ingin kehilangan dia.
"Yah, kamu tahu sendiri, Nath. Ini masalah hidup dan mati, Semua orang kejar-kejaran dengan waktu. Dalam keadaan terdesak, semua hal akan dilegalkan, kan?"
"Iya, aku paham, Wen. Tetap bertahan ya, Wen? Aku yakin kamu akan dapat donor, kamu pasti bisa hidup lebih lama lagi. Kamu kuat, Wen," balas Natha penuh keyakinan.
Wen menyeringai, "Darimana kamu tahu? Aku bahkan sudah menyerah dengan diriku sendiri. Aku capek bolak-balik kontrol ke dokter, aku capek konsumsi obat, aku capek kesakitan, Natha. Aku nggak yakin bisa bertahan lebih lama lagi, aku pengen udahan aja, Nath."
Natha terkejut mendengar penuturan Wen, dia segera meraih jemari Wen dan menggenggamnya dengan erat.
"Wen, dengar. Kalau kamu sudah lelah dengan dirimu sendiri, tolong bertahan demi tante Airine dan aku. Kamu mau aku bertahan, kan? Kamu tahu aku sudah sering bilang kalau aku ingin mengakhiri hidupku? Kamu minta aku bertahan demi kamu, sekarang aku minta hal yang sama, Wen. Bertahan demi aku dan aku akan hidup untukmu."
Wen menghela napas panjang, "Menunggu sampai mati? Itu maumu, Nath? Apa lagi yang kamu baca di artikel itu?"
Natha menatap Wen lekat-lekat sebelum kembali mengalihkan atensi ke layar ponsel. "Prevalensi gagal ginjal di negara Indonesia naik dari 0,2% di tahun 2013 menjadi 0,38% di tahun 2018 berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018. Dari prediksi di antara pasien yangs sedang menjalani cuci darah, ada tiga ratus sampai empat ratus ribu orang yang menunggu transplantasi ginjal."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wish- TAMAT
RomanceWen Sidharta hanya ingin mati.Hidup pun percuma, tiap hari Ayahnya semakin tidak tahu diri menyakiti hati ibu. Dia tidak pernah melupakan cinta pertamanya, meninggalkan Wen dan ibu hidup berdua hingga tetangga barunya datang, Natha Maheswari. Berdua...