Airine tersenyum tipis, "Dia mungkin tetap hidup dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama kita, tapi jiwanya tidak demikian. Tidak ada yang tahu dengan efek dari kesedihan, kan? Mama nggak mau itu terjadi dengan papamu. Biarkan dia jalani hidupnya, Nak. Mama tidak masalah asalkan ada kamu di sisi mama, sayang."
Wen mengerutkan keningnya. Untuk kesekian kalinya dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Airine. Wen menyadari bobot tubuh Airine menyusut dari hari ke hari, kerutan di wajahnya bertambah seiring dengan bertambahnya rambut putih yang terlihat darinya.
"Ma, tumben nggak cat rambut lagi? Salonnya udah tutup?" tanya Wen sambil terkekeh pelan. Airine suka berperan menjadi pegawai salon, bertugas memotong rambut Dandy ataupun Wen jika rambut mereka sudah panjang hingga leher. Airine juga suka mengecat rambutnya dengan warna hitam, supaya tetap terlihat awet muda dan cantik. Padahal tanpa semua itu juga dia tetap terlihat cantik.
"Ih, dasar. Kalau mama buka salon juga kamu sering gangguin, mama. Ejekin juga, kan? Giliran mama udah nggak buka salon aja dicariin. Kamu labil, Nak," gerutu Airine kesal.
Wen tersenyum, dia melepaskan jaket yang dia kenakan. Menaruh kembali helm di tempat penyimpanan helm. Dia menatap layar ponsel, di sana tertera pesan dari Natha, gadis yang ingin dijemputnya beberapa saat yang lalu.
"Loh? Nggak jadi jemput Natha, Nak?" tanya Airine penasaran.
Wen menatap lekat wajah Airine, wanita kesayangannya di seantero Tora raya. Wanita yang tidak pernah mengeluh seberapa capek dia mengurus Wen seorang diri.
Meskipun dia tidak hidup berdua dengan Airine saja, tapi rasanya seperti itu. Dandy pulang ke rumah ini, tapi dia tidak pernah lama menghabiskan waktu bersama mereka. Hanya pulang dan tidur, lalu pergi pagi-pagi buta hingga larut malam. Selalu seperti itu dari dulu hingga sekarang.
Wen tidak tahu seberapa capek Airine, tapi beberapa kali dia menjumpai Airine menangis sesenggukan di tengah dinginnya malam. Memeluk dirinya erat, berselimutkan selimut tebal. Air matanya terus mengalir menemaninya hingga tertidur lelap. Matanya sembab, lingkar hitam menghiasi kantong matanya. Wanita itu semakin tua hari demi hari, menyisakan kesedihan di hati Wen. Namun, Wen tidak bisa melakukan apapun selain mendoakan Airine diberikan kekuatan sekuat mungkin.
Wen tidak tahu masalah apa yang ada di antara mereka, Wen juga tidak tahu kenapa Airine menangis. Hanya dugaan jika hal itu berkaitan dengan Dandy dan kebiasaanya menghabiskan waktu di luar rumah. Pada akhirnya dia hanya akan mengepalkan tangan dan pergi mencari Natha. Gadis itu tahu permasalahan Wen di rumah, dulu Natha sering main ke rumah untuk membantu Airine membuat kue.
Natha suka membantu Airine dalam memperiapkan pesanan kue dari beberapa orang, terutama jika mereka butuh bantuan lebih untuk menyelesaikan pesanan, Natha selalu hadir meramaikan suasana. Gadis dengan senyuman manis dan pipi gembul membuat suasana menjadi hangat, meskipun tidak ada Dandy bersama mereka.
"Ma, Wen tidak mungkin membiarkan mama sendirian. Lagipula, Natha sudah di rumah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Wen lagi. Disadari atau tidak, ada binar dari manik mata Airine. Pancaran kebahagiaan, Airine sangat menyukai setiap detik yang dihabiskan bersama anak gantengnya,
Airine mengangguk paham, dia mengelus puncak kepala Wen berulang kali. Kembali berbincang di meja makan dan menikmati secangkir teh jahe hangat. Wen teringat akan percakapan mereka sebelum membahas Natha. "Ma, tadi maksud mama apa?"
"Hmm? Tentang apa?" tanya balik Airine. Dia sudah lupa apa yang mereka bicarakan beberapa saat yang lalu. Lebih tepatnya apa yang dimaksud Wen, mereka membicarakan banyak hal malam ini.
"Tentang papa. Maksud mama apa?"
"Ah itu," ujarnya lalu tersenyum tipis. Ada pancaran kekecewaan dari manik mata Airine. Memberikan rasa sedih dan sesak di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wish- TAMAT
RomansaWen Sidharta hanya ingin mati.Hidup pun percuma, tiap hari Ayahnya semakin tidak tahu diri menyakiti hati ibu. Dia tidak pernah melupakan cinta pertamanya, meninggalkan Wen dan ibu hidup berdua hingga tetangga barunya datang, Natha Maheswari. Berdua...