Natha mengernyitkan dahi begitu melihat jam tangannya. Rasanya dia ingin berlari sekencang mungkin ke kelas. Semalam dia tidur larut malam, padahal sudah berulang kali dibangunkan oleh Elano. Sayangnya, kata ajaib lima menit selalu berkumandang dari bibir mungilnya.
Keringat dingin mengucur dari dahinya, sekujur badannya terasa dingin. Dia tidak ingin terlambat. Natha baru saja naik ke kelas. Ini tahun terakhirnya di SEMENAL. Tidak mungkin dia mencetak rekor terlambat di hari pertama masuk sekolah setelah sekian lama merayakan masa libur sekolah.
"Astaga! Kenapa pake macet segala tadi?" gerutunya kesal. Natha berlari menyusuri lorong yang ada, sayangnya dia tidak melihat ada siswa lain yang berjalan berlawanan arah dengannya. Sekuat apapun Natha berusaha mengerem badannya tetap tidak mampu membuat mereka terhindar dari tabrakan.
"Aduh!" pekik Natha. Namun, gadis itu tetap berdiri tegap dengan tangan berada di depan dadanya. Dia berusaha melindungi kepala dan juga badannya dari tabrakan itu.
Natha memejamkan mata, lalu membuka pejaman itu perlahan.
"Ck! Siapa, sih? Udah tahu ada orang bukannya menghindar. Aku, kan, lagi buru-buru," omelnya kesal. Keningnya berkerut, wajahnya memerah, belum lagi peluh yang mengalir dari dahi. Dia memicingkan mata melirik orang yang ditabraknya.
"Apa lihat-lihat? Udah nabrak bukannya minta maaf malah ngomel," omel balik cowok yang dia tabrak barusan.
Ekspresinya berubah. Di depannya terlihat seorang cowok dengan rambut pendek, dia mengenakan seragam yang sama dengannya. Namun, Natha tidak pernah melihatnya di ruang kelas. Wajahnya terlihat asing baginya.
Cowok itu mengusap pantatnya perlahan sambil meringis. Dia melirik kesal ke arah Natha, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sementara Natha, masih terdiam di posisinya dan menatap keindahan ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya. Cowok tampan, dengan warna kulit kuning langsat, manik matanya berwarna cokelat gelap. Helai-helai rambutnya terlihat sehalus kain sutera, warna rambutnya hitam legam membuatnya ingin mengusap helai-helai rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Ini terlihat gila, tapi Natha menyadari suatu hal. Dia terkena sindrom salah tingkah setiap melihat cowok tampan di depannya! Dia sudah sering mengalami hal ini, dari awal dia berada di SEDASA hingga masuk ke SEMENAL. Sayangnya, dia akan berakhir dengan dicampakkan karena tidak ada satupun dari mereka yang menyukainya kembali.
Natha masih membeku di posisinya, dinginnya hembusan angin menyadarkan Natha dari lamunan setengah panjangnya. "Hah? Dimana dia?" gumam Natha heran.
Dia tidak lagi melihat cowok tampan tadi, padahal dia ada di hadapannya. Hanya melamun beberapa saat dan dia menghilang. Natha menggaruk kepalanya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun, dia tidak mendapati cowok tampan itu.
"Hmm, apa aku ngelindur, ya? Masa orang bisa menghilang secepat itu?" tanya Natha lagi. Perasaan sedih melingkupi relung batinnya, menyayangkan kesempatan untuk berkenalan dengan cowok tampan yang sudah hilang dari hadapannya.
Natha kembali melanjutkan perjalanan ke kelasnya. Namun, dari ujung lorong ada sepasang mata yang meliriknya sambil mengulum senyum. "Natha, kamu tidak ingat aku, ya? Masih aja diam kayak orang bego kalau lihat cowok tampan," gumamnya menahan tawa.
Pandangannya tidak lepas dari punggung Natha, melihatnya hingga dia masuk ke dalam kelasnya. "Akhirnya kita bertemu lagi, tapi aku tidak akan langsung kasih tahu tentang pertemanan kita dulu. Sampai saat itu tiba, aku akan tetap memantaumu. Masih jadi orang ceroboh atau tidak? Aku pikir, sih, masih," ujarnya sambil menggelengkan kepala lalu melanjutkan perjalanan ke kantor kepala sekolah.
Cowok dengan manik mata cokelat ini mengetuk pintu lalu masuk ke dalam ruangan itu. Di dalam sana terlihat seorang pria tua dengan warna rambut putih melihatnya sambil tersenyum. "Gimana, Wen? Sudah selesai dengan urusan alamnya?" tanya pak Sihan sambil terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wish- TAMAT
RomanceWen Sidharta hanya ingin mati.Hidup pun percuma, tiap hari Ayahnya semakin tidak tahu diri menyakiti hati ibu. Dia tidak pernah melupakan cinta pertamanya, meninggalkan Wen dan ibu hidup berdua hingga tetangga barunya datang, Natha Maheswari. Berdua...